1-3 Kewajiban Ketiga – I’tiraf bil-‘Ajz – Rambu-rambu Berteologi Imam al-Ghazali

RAMBU-RAMBU BERTEOLOGI
(Judul Asli: Iljām-ul-‘Awāmi ‘an ‘Ilm-il-Kalām)

Oleh: Imām al-Ghazālī

Alih Bahasa: Kamran As‘ad Irsyady
Penerbit: Pustaka Sufi

001-3

Kewajiban Ketiga.

 

Kewajiban ketiga: i‘tirāfu bil-‘ajz (mengakui kelemahan diri). Artinya setiap orang yang tidak mengerti esensi makna-makna ini dan hakikat kesejatiannya, serta tidak mengetahui ta’wil, makna, dan maksudnya, maka ia harus mengakui kelemahan dirinya. Dalam kondisi demikian, tashdīq (membenarkan) menjadi sebuah keharusan, dan jika ia mengaku tahu maka ia berarti telah berbohong. Inilah makna statemen Imām Mālik bahwa “kayfiyyah tidak diketahui,” atau dengan bahasa lain rincian hal yang dimaksudkan belum diketahui. Bahkan para ulama dan kaum ‘ārif dari para wali meskipun mereka telah melampaui batas-batas orang awam dan telah menempuh bermil-mil samudera pengetahuan, toh masih banyak hal-hal yang belum mereka ketahui. Lebih banyak hal yang masih tersembunyi daripada yang sudah terungkap. Tentang hal yang masih tersembunyi, Rasūlullāh s.a.w., penghulu para nabi bersabda:

Aku tidak mampu lagi menghitung pujian atas-Mu sebagaimana pujian-Mu yang layak atas diri-Mu.

Dan tentang hal yang terungkap (al-Maksyūf), beliau bersabda:

Aku adalah orang yang paling tahu tentang Allah di antara kamu sekalian, namun aku juga orang yang paling takut dengan-Nya.

Karena adanya kelemahan dan kekurangan pada akhirnya Abū Bakr ash-Shiddīq berkata: “Kelemahan untuk meraih pengetahuan adalah pengetahuan.” Hakikat pertama (awal) makna-makna ini bagi orang awam adalah sama dengan hakikat akhirnya bagi orang terpelajar, lalu bagaimana bisa orang awam tidak wajib mengakui kelemahan dirinya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *