KEDELAPAN
Ketundukan Binatang pada Manusia dan Sebabnya.
Tidaklah engkau perhatikan keledai, bagaimana binatang itu tunduk untuk menarik alat penumbuk tepung dan memikul beban? Bagaimana unta, yang tidak dapat ditahan oleh beberapa orang kalau membangkang, dapat tunduk kepada anak kecil? Bagaimana sapi jantan patuh pada pemiliknya sehingga diletakkan bajak pada pundaknya? Bagaimana kuda patuh untuk menyenangkan penunggangnya? Sekawanan kambing sehingga hanya digembalakan oleh satu orang? Walaupun kambing-kambing itu tersebar dan masing-masing menempati suatu tempat, maka ia tidak perlu mengikutinya. Demikian pula kelompok-kelompok binatang lainnya yang ditundukkan pada manusia, seperti itu keadaannya. Padahal binatang-binatang itu tidak memiliki akal dan pikiran. Karena, kalau binatang-binatang itu mampu berpikir dalam berbagai hal, niscaya diciptakan untuk mengacaukan manusia dalam banyak keperluannya sehingga unta menghindar dari penuntunnya dan kuda lari dari pemiliknya, kawanan kambing meninggalkan penggembalaannya, dan sebagainya.
KESEMBILAN
Binatang Buas tidak Memiliki Akal dan Pikiran, dan Hikmatnya.
Demikian pula kalau binatang buas memiliki akal dan pikiran sehingga berkumpul dengan manusia, maka akan membinasakan mereka. Maka siapa yang akan menghadapi singa, serigala, harimau dan beruang, kalau binatang-binatang saling tolong dan saling bantu melawan manusia? Tidakkah engkau perhatikan, bagaimana hal itu tercegah pada binatang-binatang tersebut dan ditakuti kedatangannya? Binatang-binatang itu pun takut pada tempat-tempat tinggal manusia dan menjauhinya. Kemudian, binatang itu tidak tampak dan tidak berkeliaran untuk mencari makan kecuali di malam hari. Kendati binatang-binatang itu memiliki kemampuan menerkam, tetapi takut kepada manusia, bahkan terpaksa tunduk dan terhindar dari mereka. Kalau tidak demikian keadaannya, niscaya binatang-binatang itu akan menyerang rumah-rumah manusia dan mengurung mereka.
KESEPULUH
Kasih Sayang dan Perlindungan Anjing kepada Manusia.
Kemudian, dijadikan di antara binatang-binatang buas itu yang mengasihi, melindungi dan menjaga pemiliknya. Anjing biasanya pergi ke samping atau halaman rumah dalam kegelapan malam untuk menjaga rumah dan menghilangkan ketakutan pemiliknya. Hal itu dilakukannya sebagai kecintaannya kepada pemiliknya hingga merelakan dirinya mati dalam menjaga jiwa dan harta pemiliknya. Anjing mencintai pemiliknya sedemikian rupa hingga mampu bersabar dari rasa lapar dan berlaku kasar. Mengapa anjing diciptakan dengan kasih sayang dan kecintaan seperti ini? Tiada lain karena anjing menjadi penjaga bagi manusia. Ia memiliki tubuh yang kekar dengan taring, cakar dan gonggongan yang menakutkan untuk mempertakuti pencuri dan menjauhkannya dari tempat-tempat yang dilindungi dan dijaganya.
KESEBELAS
Rupa, Mulut dan Ekor Binatang Ternak.
Wahai Mufadhdhal, perhatikanlah rupa binatang ternak, bagaimana keadaannya? Engkau akan lihat dua mata yang menatap ke depan untuk melihat apa yang ada di hadapannya agar tidak menabrak dinding atau terperosok ke dalam lubang. Engkau lihat mulutnya terbelah di bagian bawah moncongnya. Kalaulah mulutnya terbelah seperti tempat mulut manusia pada bagian atas dagu, maka tidak akan dapat meraih sesuatu dari atas tanah. Tidakkah engkau perhatikan bahwa manusia memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Namun manusia memasukkan makanan ke mulutnya dengan tangannya sebagai kemuliaan atas binatang. Karena binatang tidak memiliki tangan untuk mengambil makanan, maka ada yang diberi belalai di bagian bawah kepalanya untuk meraih makanan kemudian melembutkannya. Dan ada pula yang diberi bibir untuk mengambil makanan yang dekat dan yang jauh.
Perhatikanlah ekornya dan manfaat yang dihasilkannya. Ekor itu sebagai penutup dubur dan alat kelaminnya. Dan di antara manfaatnya adalah jika tampak dubur dan terbuka bagian dalamnya yang kotor, maka lalat dan nyamuk akan berkumpul di tempat itu. Maka ekor itu berfungsi untuk mengusir lalat dari tempat tersebut. Dan manfaat lainnya adalah bahwa binatang ternak beristirahat dengan menggerak-gerakkan ekornya ke kanan dan ke kiri. Karena, binatang ternak berdiri di atas keempat kakinya, dan kedua kaki depannya digunakan untuk menahan tubuhnya agar tidak terbalik dan terjatuh. Maka menggerak-gerakkan ekor memberikan ketenangan baginya. Di dalam hal itu pun terdapat berbagai hikmah yang tidak dijangkau pikiran. Diketahui fungsinya ketika diperlukan. Selain itu, binatang ternak suka berkubang di dalam lumpur. Maka tidak ada yang dapat membangkitkannya selain dengan memegang ekornya. Pada bulu ekor pun terdapat banyak manfaat bagi manusia yang dapat dipergunakan untuk keperluan mereka.
Kemudian, punggungnya dijadikan berbentuk bidang yang bertumpu di atas empat kaki agar dapat ditunggangi. Dijadikan pula kelamin tampak di bagian belakang agar jantannya dapat dengan mudah mengawininya. Kalau saja kelaminnya terletak di bawah perutnya seperti manusia, maka tidak mungkin jantannya dapat mengawininya. Tidakkah engkau perhatikan bahwa si jantan tidak dapat mengawininya secara berhadap-hadapan sebagaimana yang dilakukan manusia.
KEDUABELAS.
Gajah dan Belalainya.
Perhatikanlah belalai gajah dan keindahan susunannya. Belalai itu berfungsi sebagai tangan untuk mengambil makanan dan air, lalu memasukkannya ke mulutnya. Kalau saja tidak ada belalai, maka gajah tidak akan dapat mengambil apa pun dari tanah, karena ia tidak memiliki leher yang menjulur seperti yang dimiliki binatang-binatang lainnya. Ketiadaan leher diganti dengan bibir yang panjang. Dengan belalai itu gajah dapat mengambil apa saja yang dibutuhkannya. Maka siapa lagi yang mengganti tempat anggota tubuh yang hilang selain Yang Maha Pengasih kepada makhluk-Nya? Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi secara kebetulan – sebagaimana yang dikatakan orang-orang yang sesat? Jika seseorang mengatakan: Mengapa gajah tidak diciptakan seperti binatang-binatang lain yang memiliki leher yang menjulur? Jawabnya adalah bahwa gajah memiliki kepala dan dua telinga yang besar. Kalaulah ia memiliki leher yang menjulur, maka hal itu akan melelahkannya. Maka dijadikanlah kepalanya menempel pada badannya agar tidak terjadi apa yang kami sebutkan. Dan sebagai ganti leher, diciptakanlah untuknya belalai untuk meraih makanannya. Ketiadaan leher diganti dengan sesuatu yang lain yang dapat memenuhi kebutuhannya.
KETIGABELAS.
Kelamin Gajah Betina.
Kini perhatikanlah, bagaimana kelamin gajah betina berada di bawah perutnya? Jika gajah itu terangsang untuk kawin, maka kelaminnya muncul sehingga memungkinkan si jantan mengawininya. Kajilah, bagaimana dijadikan kelamin gajah betina berbeda dari kelamin binatang ternak. Kemudian, dijadikan tabiat ini untuk melanjutkan keturunan dan kelestariannya.