1-17 Pohon Kurma Yang Berpindah – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Pohon Kurma yang Berpindah

 

Ada seorang sahabat bernama Abū Dujānah. Nama aslinya adalah Samak ibn Kharsyah. Ialah sang pemilik ikat kepala merah dan pemegang pedang Rasūlullāh Saw. pada Perang Uhud. Setiap kali usai berjamaah shubuh, Abū Dujānah buru-buru keluar tidak mengikuti doa Rasūlullāh Saw.

Suatu hari Rasūlullāh saw. menegurnya: “Apakah kau tidak butuh kepada Allah?”

“Tentu saja, yā Rasūlullāh,” jawab Abū Dujānah.

“Tetapi, mengapa kau tidak diam dulu sampai tuntas doaku?”

“Maafkan aku, wahai Rasūlullāh, aku ada keperluan.”

“Apa keperluanmu?”

Sejenak Abū Dujānah terdiam, lalu menuturkan: “Ya Rasūlullāh, rumahku berdekatan dengan rumah tetanggaku. Di rumahnya ada sebatang pohon kurma yang condong ke rumahku. Jika angin berhembus di malam hari, buah kurma yang matang berjatuhan di halaman rumahku. Bila anak-anaku bangun pagi dan merasa lapar, mereka akan makan apa yang mereka lihat di halaman rumah. Karena itulah, aku bergegas pulang sebelum mereka bangun untuk mengumpulkan kurma-kurma itu dan memberikannya ke tetanggaku.

Suatu hari, aku melihat seorang anakku memasukkan kurma ke mulutnya. Aku mengeluarkannya dengan jariku dan kukatakan kepadanya: ‘Hai Anakku, jangan membuka aib ayahmu kelak di akhirat!’ Ia menangis karena merasa sangat lapar. Aku berkata kepadanya: “Aku tidak akan membiarkan barang haram memasuk perutmu!” Lalu, Aku segera memberikan kurma-kurma itu kepada pemiliknya.”

Mendengar penjelasannya, mata Rasūlullāh tampak berlinang dan beliau bertanya siapa pemiliknya. Abū Dujānah mengatakan bahwa kurma itu milik seorang munafik. Maka, Rasūlullāh Saw. memanggilnya dan berkata: “Juallah pohon kurma di rumah itu dengan sepuluh kurma di surga yang akarnya berupa intan berlian putih berserta bidadari sebanyak bilangan kurma yang matang.”

Orang munafik itu menjawab: “Aku bukan pedagang. Aku mau menjual pohon kurma itu jika kau membayarnya dengan harga yang tinggi dan kontan.”

Abū Bakar menawarnya: “Maukah pohon kurmamu itu ditukar dengan sepuluh pohon kurma di tempat lain?”

Di antero Madīnah tidak ada pohon kurma yang sebaik pohon kurma itu. Si pemilik mau menjualnya karena ditukar dengan sepuluh pohon kurma. Ia berkata: “Kalau begitu, baiklah, aku mau menukarnya.”

Abū Bakar berkata lagi: ‘Ya, aku membelinya!”: Lalu, pohon kurma itu diberikan kepada Abū Dujānah.

Rasūlullāh bersabda: “Aku akan menanggung penggantinya, hai Abū Bakar.” Tentu saja Abū Bakar dan Abū Dujānah merasa senang mendengar ucapan beliau.

Orang munafik itu pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya: “Sungguh kita telah mendapatkan keuntungan yang sagnat besar hari ini!” Lalu ia menceritakan apa yang baru saja terjadi, “Aku mendapat sepuluh pohon kurma yang ditukar dengan satu pohon kurma di samping rumah ini untuk selama-lamanya. Kita masih bisa makan kurma yang jatuh dari pohon kurma itu dan aku tidak akan mengembalikan sedikit pun kepada pemiliknya.”

Malam harinya, ketika Abū Dujānah tidur, dengan kuasa Allah, pohon kurma itu pindah ke samping rumah Abū Dujānah. Keesokan harinya, orang munafik itu terkesiap heran melihat pohon kurma itu tidak lagi ada di samping rumahnya. Inilah mukjizat Rasūlullāh Saw. Kekuasaan Allah lebih besar dari itu.[]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *