BAB: BERSIWAK
Imām Syāfi‘ī berkata: Diriwayatkan dari Abū Hurairah r.a. bahwa Rasul s.a.w. bersabda:
لَوْ لَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءٍ وَ بِتَأْخِيْرِ الْعِشَاءِ.
“Seandainya aku tidak takut memberatkan umatku, niscaya aku akan perintahkan kepada mereka bersiwak setiap kali hendak berwudhu’ dan mengakhirkan shalat ‘Isyā’.” (HR. Baihaqī, juz 1, hal. 35).
Dari ‘Ā’isyah r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda:
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ.
“Bersiwak itu menyucikan mulut dan membuat Tuhan ridha.” (351).
Imām Syāfi‘ī berkata: Dari hadits ini dapat diketahui bahwa bersiwak tidak wajib dan hanya berbentuk pilihan (baca: sunnah). Karena jika bersiwak itu wajib, maka beliau s.a.w. akan memerintahkan umatnya untuk bersiwak, baik dalam keadaan sulit maupun luang.
Imām Syāfi‘ī berkata: Saya menyukai agar seseorang bersiwak pada setiap keadaan; baik ketika bau mulut berubah atau ketika bangun dari tidur, diam yang lama, dan setiap kali memakan makanan atau meminum minuman yang dapat mengubah bau mulut, atau setiap kali hendak shalat. Namun barang siapa tidak bersiwak, lalu mengerjakan shalat, maka ia tidak usah mengulangi shalatnya dan tidak wajib atasnya berwudhu’.
Catatan: