1-12 Macam-macam Orang Kafir – Terjemah Tauhid Sabilul Abid KH. Sholeh Darat

TERJEMAH TAUHID

سَبِيْلُ الْعَبِيْدِ عَلَى جَوْهَرَةِ التَّوْحِيْدِ
Oleh: Kiyai Haji Sholeh Darat
Mahaguru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufrohah
Penerbit: Sahifa Publishing

Macam-macam Orang Kafir

 

Ketika arti iman adalah tashdīq-ul-qalbi (pembenaran hati) disertai idz‘ān (إِذْعَانٌ) (mengakui dan menerima syariat Islam), dan hal yang di-tashdīq ada 77 cabang, maka kufur pun juga terbagi menjadi bermacam-macam. Kebalikan dari iman adalah kufur, dan kebalikan dari tauhid adalah syirik.

Maka kufur adalah mendustakan Allah dan Rasūl-Nya. Seorang mu’min harus mengetahui penyebab dan macam-macam kufur agar bisa menghindarinya. Sebab, jika tidak mengerti, bagaimana dia bisa menghindarinya. Seorang mu’min harus mengetahui dan meneliti agamanya melebihi pengetahuannya dari pada istrinya. Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat keimanan sampai pengetahuannya pada agama melebihi pengetahuannya dari pada istrinya. Jika setiap lelaki tidak ridha dan tidak suka istrinya bersama lelaki lain, maka demikian halnya seorang mu’min, tidak akan ridha jika agamanya bercampur dengan agama lain. Orang yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya, tidak ada bedanya dengan keledai, kerbau, atau sapi, begitu pula orang yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap agamanya, dia seperti orang tak beragama, dan orang yang tak beragama tidak termasuk keturunan Nabi Ādam a.s.

Ketahuilah bahwa benih kekufuran ada 20 macam:

 

1. Kāfir Dahriyyun.

Kafir dahri berkeyakinan bahwa alam raya ini pada zaman azali (481) berupa sesuatu yang tunggal, yang bergerak-gerak secara tidak teratur, lalu terbentuklah alam raya ini. Jadi menurut mereka alam raya ini qadīm (dahulu).

Manusia, kerbau, dan sapi seperti rumput dan dedaunan. Ketika turun hujan, rerumputan akan tumbuh sendiri tanpa ada yang menciptakan. Ketika air mani berada dalam rahim seorang wanita selama empat bulan, maka secara otomatis akan berubah menjadi janin. Manusia berasal dari air mani dan air mani berasal dari manusia, ayam berasal dari telur dan telur berasal dari ayam. Kāfir dahri ini sangat bodoh, bagaimana bisa ada mashnū‘ (ciptaan) tanpa adanya shāni‘ (pencipta)? Tidakkah mereka mengetahui bahwa banyak sekali air mani yang masuk ke rahim seorang wanita, tapi tidak bisa menjadi janin? Banyak air hujan yang turun, tapi tak bisa menumbuhkan rerumputan dan tumbuh-tumbuhan?

Kesimpulannya, kāfir dahri meyakini bahwa pergerakan cakrawala langit dan bumilah yang menjadi penyebab terciptanya alam raya yang lain, bukan sebab ada pencipta. Na‘ūdzu billlāhi min dzālik.

 

2. Kāfir Filsuf.

Tokoh utamanya adalah Plato, dari negara Yunani. Kāfir Filsuf adalah bentuk kekufuran yang paling jelek dan paling bodoh, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat cerdas. Kāfir Filsuf ada bermacam-macam, adapun inti dari keyakinan mereka adalah:

  1. Tuhan ada 3 (tiga): yaitu al-mabda‘ (permulaan), akal, dan nafsu.
  2. Akal dan nafsu bersifat qadīm (dahulu), ada sejak zaman azali.
  3. Allah tidak bersifat ḥayyun (Maha Hidup) ‘ālimun (Maha Mengetahui), qādirun (Maha Kuasa), murīdun (Maha Berkehendak), dan mutakallimun (Maha Berfirman).
  4. Pergerakan tata surya itu qadīm (dahulu) dan tidak akan berubah.
  5. Asal alam ini adalah hayūlī (bahan atau materi), yaitu jauhar yang tunggal. Seperti kapas adalah asal dari alam, setelah terkena pergerakan cakrawala, kapas-kapas tersebut tersusun secara teratur menjadi alam, maka satuan dari bagian-bagian alam adalah hayuli. Hayūlī adalah sesuatu yang basīth (tunggal), bukan ‘aradh (sifat), tidak murakkab (tersusun), tidak ijtimā‘ (berkumpul) dan juga tidak iftirāq (terpisah-pisah). Hayūlī tersebut kemudian tersusun menjadi alam karena pengaruh dari empat unsur.

Keyakinan seperti ini sangatlah bodoh, bagaimana bisa ada langit, bumi, rembulan, matahari, manusia, dan makhluk lain tanpa adanya dzāt yang menciptakan? Hal itu tidak masuk akal. Apakah bisa hayūlī tersusun jika tidak ada campur tangan pencipta? Jelas tidak bisa!

 

3. Kāfir Thabā‘iyyah.

Tokoh utama Kāfir Thabā‘iyyah adalah Socrates dan Plato. Mereka berpendapat: “Asal mula terciptanya alam raya ini adalah dari empat hal: pertama, Ḥarārah (panas), kedua, Burūdah (dingin), keduanya merupakan fā‘il (pelaku), ketiga, Ruthūbah (basah), keempat, Yabūsah (kering), keduanya memiliki pengaruh dalam penciptaan.

Sebagian ahli thaba‘i menyatakan bahwa empat hal tersebut (panas, dingin, basah, kering) bisa memengaruhi sesuatu secara mandiri (tanpa campur tangan pencipta). Misalnya, saat cuaca sangat panas, kemudian tiba-tiba berubah menjadi dingin, seseorang yang tidak mengerti, tidak akan bisa mengantisipasi, sehingga badan orang tersebut akan terpengaruh bahkan dia bisa mati karena tidak tahan pada suhu yang sangat panas atau sangat dingin.

Keyakinan seperti ini adalah kufur, karena apakah mungkin ada sesuatu yang tidak memiliki pencipta? Hal ini jelas mustahil.

 

4. Kāfir Ahli Nujūm.

Tokoh utama ahli nujūm yang bernama Batlimus, berkata: “Angkasa raya dan semua isinya yang berupa tujuh sayarah adalah qadīm (dahulu)”. Tujuh planet tersebut adalah zuhal, marih, musytari, syamsun, zhararun, ‘atharid, dan qamar. Sayarah inilah yang menentukan bahagia dan celaka berdasarkan wataknya. Adapula yang berpendapat berdasarkan ikhtiyār, karena sayarah mampu menghidupkan, mengetahui, dan berkuasa. Adapula yang berpendapat bahwa sayarah tidak menciptakan apa-apa, hanya sebagai pertanda baik dan buruk saja, pada hakikatnya, pencipta sayarah adalah Allah, dan Allah telah memberi kekuasaan pada sayarah. Inilah keyakinan kāfir ahli nujūm, dan keyakinan seperti ini adalah kufur.

Sedangkan dalam keyakinan orang mu’min, bintang-bintang tidak memiliki pengaruh apapun, baik berdasarkan wataknya atau ikhtiyār, semuanya hanya sebagai sebab saja. Seperti musim kemarau, sudah menjadi kebiasaan bahwa adanya musim kemarau karena suhu yang panas, dan adanya musim hujan karena suhu yang dingin. Pencipta angkasa raya dan sayarah adalah Allah, tidak ada satu makhluk pun yang memiliki kekuasaan menyamai kekuasaan Allah.

 

5. Kāfir Mulḥidun.

Kāfir Mulḥidun adalah orang-orang yang menyelewengkan lafazh-lafazh al-Qur’ān. Keyakinan mereka bermacam-macam, di antaranya:

  1. Syariat Islam memiliki bāthin yang tidak diketahui oleh kebanyakan ulama zhāhir, seperti puasa, artinya hifzhu sirri (menjaga rahasia), shalat berarti mendoakan dan mendekatkan diri pada imām, haji berarti menziarahi imām, jinābah berarti membersihkan hati.
  2. Pada hari kebangkitan, yang hidup hanyalah rūḥ, adapun jasadnya telah hancur lebur kembali ke asal penciptaannya, yakni debu. Rūḥ tidak akan disiksa karena yang melakukan amal adalah jasad, dan jasadnya telah hancur menjadi debu.
  3. Mereka mencela dan menghina para Nabi.
  4. Orang-orang yang melakukan shalat, puasa, dan amal-amal lainnya dengan susah payah adalah orang-orang bodoh yang tidak akan mendapatkan apa-apa. Hanya golongan kami yang benar, karena kita menjalankan bāthin dari syariat Islam.

Orang-orang yang memiliki keyakinan di atas dihukumi kafir. Na‘ūdzu billlāhi min dzālik.

 

6. Kāfir Tsanwiyyah.

Kāfir tsanwī meyakini bahwa semua perbuatan berasal dari zhulmah (kegelapan) dan nūr (cahaya). Zhulmah menciptakan perbuatan buruk, dan nūr menciptakan perbuatan baik. Zhulmah ibarat syaithan dan nūr ibarat malaikat.

 

7. Kāfir Majusi.

Kāfir majūsī berkeyakinan bahwa tuhan ada 2:

  1. Yazdan, tuhan yang menciptakan kebaikan dan kenikmatan.
  2. Ahriman, tuhan yang menciptakan keburukan.

 

8. Kāfir Ḥizāmiyyah.

Kāfir Ḥizāmiyyah sama dengan kaum Ibāḥiyyah. Mereka menuruti apa yang mereka inginkan, apa-apa yang diinginkan oleh akal dan nafsu maka hukumnya boleh.

 

9. Kāfir ‘Abadat-ul-Autsān (Penyembah Berhala).

Kāfir ‘Abadat-ul-Autsān adalah orang-orang kafir yang menyembah berhala, syaithan, atau danyang (hantu penjaga (rumah, pohon dsb)).

 

10. Kāfir Barāhimah.

Kāfir Barāhimah adalah para penyembah berhala yang tidak mau memakan daging. Mereka berkeyakinan bahwa tidak boleh dan tidak masuk akal jika ada manusia yang menjadi utusan Allah, karena bagaimana bisa manusia bertemu dengan Allah sedangkan Allah tidak bertempat. Jika dengan perantara malaikat maka ada kemungkinan itu bukan malaikat, melainkan syaithan, darimana manusia yang mengaku menjadi rasul mengetahui kalau itu malaikat? Dan juga apa gunanya mengutus utusan? Sebab, kebaikan dan keburukan sudah bisa diketahui dengan akal, maka cukuplah akal sebagai pegangan. Jika ada seorang rasul yang memerintahkan sesuatu yang tidak masuk akal, maka apa manfaatnya? Seperti perintah menyembelih hewan, hal itu zhalim karena menyembelih atau membunuh hewan yang tidak berdosa.

Semua keyakinan mereka hukumnya kufur.

 

11. Kāfir Shaba’iyyah.

Ada perbedaan pendapat terkait siapakah Kāfir Shaba’iyyah, ada yang berpendapat bahwa Kāfir Shaba’iyyah adalah golongan Yahūdi, ada yang berpendapat dari golongan Nashrāni, ada juga yang berpendapat bahwa mereka adalah sisa-sisa umat Nabi Nūḥ a.s. yang menyembah tujuh binatang.

 

12. Kāfir Ḥulūliyyah.

Kāfir Ḥulūliyyah adalah orang-orang yang meyakini bahwa Allah s.w.t. menitis pada makhluk-Nya, seperti perkataan kaum nasrani: “‘Īsā adalah Allah, Allah adalah ‘Īsā” atau “Muḥammad adalah Allah, Allah adalah Muḥammad”, keyakinan ini dinamakan “manunggaling kawula gusti”. Keyakinan seperti ini jelas kufur berdasarkan nash al-Qur’ān. Na‘ūdzu billlāhi min dzālik.

Allah berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah al-Masīḥ putra Maryam.” (QS. al-Mā’idah [5]: 72).

 

13. Kāfir Tanāsikhiyyah.

Kāfir Tanāsikhiyyah adalah golongan yang meyakini bahwa hari dibangkitkan dari kubur, perhitungan amal, dan dikumpulkan di padang mahsyar tidak ada. Sebab, setelah mati, ruh manusia reinkarnasi pada anak cucunya secara terus-menerus sampai hari Kiamat.

Orang yang meyakini bahwa setelah mati ruh manusia akan reinkarnasi pada keturunannya, dia dihukumi kafir berdasarkan nash al-Qur’ān.

 

14. Kāfir Yahūdi.

Di antara keyakinan Kāfir Yahūdi adalah sebagai berikut:

  1. Kitab Taurat tidak boleh di-nasakh (salin/hapus) dengan kitab Injil dan al-Qur’ān.
  2. Tidak ada Nabi setelah Nabi Mūsā a.s. Oleh karena itu, mereka tidak mempercayai Nabi ‘Īsā a.s. dan Nabi Muḥammad s.a.w.

 

15. Kāfir Sāmiri.

Kāfir Sāmiri adalah pengikut Mūsā Sāmiri yang menyembah anak sapi kencana.

 

16. Kāfir Nashrāni.

Kāfir Nashrāni berkeyakinan bahwa Allah s.w.t. adalah dzāt yang berdiri sendiri yang tersusun dari tiga sifat:

  1. Sifat wujud yang dinamakan Bapak.
  2. Sifat ilmu yang dinamakan Anak.
  3. Sifat hidup yang dinamakan Rūḥ-ul-Qudus.

Tuhan ada tiga, tuhan wujud, tahun ilmu, dan tuhan hidup, ketiganya adalah tuhan yang satu.

Keyakinan orang Nashrāni ini benar-benar bodoh, bagaimana mereka bisa menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi banyak, dan sesuatu yang banyak menjadi satu?

Mereka juga berkeyakinan bahwa sifat ilmu berpindah ke jasad ‘Īsā bin Maryam, maka bercampurlah lāhūt illā ilahi (unsur ketuhanan) dengan nāsūt ‘Īsā (unsur kemanusiaan).

Itulah sebagian dari keyakinan kāfir Nashrānī, sebagaimana yang telah disebutkan dalam al-Qur’ān.

 

17. Kāfir Penyembah Sapi.

Kāfir penyembah sapi adalah orang-orang kafir beragama Hindu yang menyembah sapi.

 

18. Kāfir al-Ilyah.

Kāfir al-Ilyah meyakini bahwa semua perbuatan yang ada berasal dari nujūm (perbintangan).

 

19. Kāfir Mutaḥayyirah.

Kāfir Mutaḥayyirah adalah orang-orang yang tidak memiliki agama, mereka bingung, tidak mengerti apa yang mereka inginkan dan apa yang harus mereka ikuti.

 

20. Kāfir Bāthiniyyah Muzdakiyyah.

Kāfir Bāthiniyyah Muzdakiyyah adalah jenis kafir yang paling buruk. Anjing dan babi boleh masuk negara atau wilayah Islam, tapi orang kafir jenis ini tidak diperbolehkan masuk negara atau wilayah Islam. Pemerintah wajib melarang golongan ini masuk daerahnya, karena akan merusak keyakinan masyarakat.

Di antara keyakinan Kāfir Bāthiniyyah adalah:

  1. Tidak mengakui syariat Islam, mereka berkata: “Hukum taklif yang disebutkan dalam al-Qur’ān hanya perumpamaan saja, bukan berarti perintah untuk melakukan.”
  2. Allah bertempat pada semua makhluk, mereka berkata: “Kayu itu Allah, manusia itu Allah, setiap sesuatu ditempati Allah.” Allah adalah sifat yang bertempat pada setiap sesuatu, Allah bukan Dzāt.

Orang yang memiliki keyakinan seperti itu berhukum kafir, dan orang Islam yang meyakini hal ini dihukumi murtad.

Orang yang memiliki salah satu keyakinan dari 20 (dua puluh) macam kekufuran di atas maka tidak sah menjadi wali, tidak sah pula menjadi pengantin, tidak halal sembelihannya, dan jika dia mati maka tidak boleh dikuburkan bersama orang-orang Islam Ahl-us-Sunnah wal-Jamā‘ah.

Dua puluh golongan kafir itu terpecah lagi menjadi beberapa golongan, seperti Falāsifah Majūsiyyah yang terpecah lagi menjadi beberapa golongan. Seorang mu’min wajib mengetahui satu persatu dari dua puluh golongan tersebut, agar bisa menghindari dan menjauhinya.

Catatan:


  1. 48). Azali adalah ungkapan dari tidak adanya awal atau keberadaan di suatu zaman tertentu yang tanpa batas di masa lampau. (Syaikh Ibrāhīm al-Bajūrī, Tuḥfat-ul-Murīdi ‘alā Jauharat-it-Tauḥīd, taḥqīq: Dr. ‘Ali Jum‘ah, Kairo – Mesir, Darussalam, 2002, hal. 173). 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *