Kerikil pun Bertasbih
Suatu hari seorang laki-laki mendatangi rumah Rasūlullāh Saw., tetapi beliau tidak ada di rumah. Ia bertanya kepada pelayan beliau yang mengatakan bahwa Rasūlullāh Saw. sedang berada di sebuah tempat. Maka, ia pergi ke tempat yang ditunjukkan si pelayan itu.
Tiba di tempat tujuan, ia melihat Rasūlullāh Saw. sedang duduk sendirian, tanpa seorang sahabat pun menemaninya. Ia mengira Rasūlullāh Saw. sedang menerima wahyu. Ia berjalan mendekati beliau, mengucapkan salam, dan Rasūlullāh Saw. menjawabnya. Namun, laki-laki itu tidak berani mengucapkan sepatah pun kata sehingga ia hanya duduk di samping beliau.
Tidak lama kemudian, datang Abu bakar berjalan cepat. Setelah menjawab ucapan salam Abū Bakar, Rasūlullāh Saw. menyuruhnya duduk di sebelah laki-laki itu. Lalu, datang ‘Umar ibn Khaththāb yang disuruh duduk di sisi Abū Bakar. Tak lama kemudian datang ‘Utsmān ibn ‘Affān yang disuruh duduk di samping ‘Umar Ibn Khaththāb.
Rasūlullāh Saw. mengucapkan beberapa kalimat yang tidak dipahami laki-laki itu. Ia hanya mendengar beliau mengatakan: “Sedikit yang tersisa.” Lalu, Rasūlullāh Saw. mengambil beberapa butir kerikil. Dan, sungguh ajaib! Kerikil itu bertasbih di tangan beliau hingga semua yang hadir mendengarnya dengan jelas.
Kemudian Rasūlullāh Saw. memberikan kerikil-kerikil itu kepada Abū Bakar, dan lagi-lagi kerikil itu bertasbih di tangannya, juga ketika diberikan kepada ‘Umar, dan terakhir kerikil itu bertasbih saat ada di tangan ‘Utsmān.
Anas r.a. menuturkan bahwa suatu saat Rasūlullāh Saw. mengambil beberapa kerikil dan semuanya bertasbih di tangan beliau hingga para sahabat mendengar tasbihnya. Mengenai peristiwa itu, Ibn Mas‘ūd r.a. mengatakan: “Kami sedang makan bersama Rasūlullāh dan mendengar suara tasbih yang dilantunkan kerikil-kerikil itu.”
Sementara, ‘Alī ibn Abī Thālib r.a. menuturkan kisah yang berbeda: “Kami bersama Rasūlullāh di Makkah, kemudian beliau pergi ke salah satu sudut Makkah. Kami mendengar pepohonan dan gunung-gunung memberi salam kepadanya, As-Salāmu ‘alaykum, yā Rasūlallāh.’”[]