1-1 Membersihkan Hati Nabi SAW – 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah

115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasūlullāh Saw

Oleh: FUAD ABDURAHMAN
(Penulis buku bestseller The Great of Two Umars)

Penerbit: Penerbit Noura Books
(PT Mizan Publika)

Untuk kedua orangtuaku:
Ma’mun Fudholi ibn K.H. Ahmad Fudholi
Siti Sobariyah

Untuk dua guruku:
Al-‘Allamah Al-Ustadz Qurtubi (Alm.)
Drs. K.H. Pepe Syafi‘i Mukhtar (Alm.)

Diketik Oleh: Zahra’

Bagian 1

Kisah-kisah tentang Nubuwwat dan Mu‘jizat Rasūlullāh Saw

 

Membersihkan Hati Nabi Saw.

Ḥalīmah binti Abī Dzu’aib as-Sa‘diyyah termenung. Lelah terbayang jelas di pelupuk matanya. Ia nyaris putus asa. Hari menjelang malam. Semua kawan yang datang bersamanya telah pulang kampung dan masing-masing membawa bayi untuk disusui. Hanya ia seorang yang bertangan hampa. Tampaknya, ia tak akan dapat rezeki dari orang Makkah. Tak seorang ibu pun yang rela menyerahkan bayinya kepada Ḥalīmah, karena mereka melihat tubuhnya yang kurus dan pakaiannya yang kusut koyak. Namun, ia ingat, ada satu bayi yang diabaikan para ibu susuan yang datang bersamanya dari kampung. Ia adalah putra Āminah binti Wahab. Mereka enggan mengambil bayi itu untuk disusui karena bayi itu tak lagi berayah. Mereka menyangka tak akan dapat rezeki lebih banyak dari seorang anak yatim.

Akhirnya, dengan enggan, Ḥalīmah berkata kepada suaminya: “Demi Allah, aku tidak mau pulang tanpa membawa bayi. Aku akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya.”

Suaminya menimpali: “Ya, ambillah. Semoga Allah memberkahi kita karenanya.”

Dan sungguh, Allah mengabulkan doanya. Hidup Ḥalīmah dan keluarganya diberkahi setelah mengambil bayi yatim itu, bayi yang kelak mengubah sejarah dunia. Pertama, air susu Ḥalīmah yang sebelumnya kering menjadi berlimpah. Kedua, hewan ternaknya yang tadinya kurus-kurus menjadi gemuk dan berlimpah air susu. Ketiga, unta tunggangan Ḥalīmah dan suaminya, yang tadinya lemah dan berjalan lambat, kini berjalan kencang sehingga bisa menyusul teman-temannya yang pulang lebih dulu.

Ketika Rasūlullāh Saw. berusia dua tahun, terjadi sesuatu yang sangat menakjubkan. Suatu hari, beliau main bersama teman sebayanya. Tiba-tiba dua lelaki berpakaian putih memegang dan membawa beliau dengan cepat menuju lembah, lalu meletakkannya di bawah sebuah pohon. Lalu, kedua laki-laki itu membelah dadanya dan mengeluarkan hatinya, Mereka mengeluarkan segumpal daging dari dalam hatinya. Salah seorang berkata: “Ini adalah bagian setan!” Lalu, keduanya mencuci hati Rasūlullāh dengan air zamzam dari wadah yang terbuat dari emas. Setelah itu, mereka mengembalikan hati beliau ke tempat asalnya seraya berkata: “Ini adalah hati yang telah disucikan Allah dari segala cela!” Kemudian, mereka pergi meninggalkan beliau.

Anak-anak lain yang bermain bersamanya saat itu berlari kencang menuju rumah Ḥalīmah dan menceritakan apa yang terjadi. Tentu Ḥalīmah dan suaminya kaget dan mengkhawatirkan keselamatannya. Mereka bergegas mencarinya ke segenap penjuru. Akirnya, mereka menemukan Muḥammad telentang di bawah sebuah pohon dengan tubuh bermandi keringat.

“Apa yang telah terjadi padamu, Anakku?” Tanya Ḥalīmah.

Muḥammad menjawab: “Dua laki-laki berpakaian warna putih mendatangiku, Mereka membaringkan dan membelah dadaku. Lalu mereka mengambil sesuatu dari dalam dadaku. Aku tidak tahu, apa yang mereka ambil.”

Mendengar tuturan beliau, Ḥalīmah dan suaminya tercengang luar biasa dan berkata: “Ini adalah sesuatu yang luar biasa!”

Setelah kejadian itu, suami Ḥalīmah berkata: “Ḥalīmah, Istriku, aku takut sesuatu terjadi pada anak ini. Bagaimana kalau kita kembalikan kepada keluarganya sebelum terlambat?”

Ḥalīmah setuju dan mereka pun membawa Muḥammad menemui ibunya, Āminah.

“Apa yang kaulakukan? Bukankah dulu kau yang meminta agar anakku tinggal bersamamu?” tanya Āminah heran.

Ḥalīmah bercerita: “Sesuatu yang luar biasa terjadi kepadanya dan aku mengkhawatirkan keselamatannya. Jadi, kukembalikan putramu….”

Āminah berkata: “Apa yang terjadi? Ceritakanlah kepadaku! Apakah kau takut setan mengusiknya?”

“Ya, benar!”

“Tidak, demi Allah,” timpal Āminah, “Tidak ada jalan bagi setan untuk mengusiknya. Sungguh putraku ini memiliki keagungan luar biasa. Maukah engkau mendengarkan ceritaku?”

“Tentu saja.” Jawab Ḥalīmah singkat.

Āminah pun bercerita: “Suatu hari, saat ia masih dalam kandungan, aku melihat cahaya keluar dari diriku menerangi istana-istana Busyra di Negeri Syam hingga aku dapat melihatnya dengan jelas. Demi Allah, saat mengandungnya, aku tidak merasa letih sedikit pun, bahkan terasa ringan. Dan ketika dilahirkan, ia letakkan kedua tangannya di tanah dan kepalanya tengadah ke langit. Jangan khawatir. Biarkanlah. Bawalah ia kembali ke kampungmu dengan selamat!”

Maka, Ḥalīmah kembali membawa Muḥammad kecil ke rumahnya di perkampungan Bani Sa‘diyah disertai perasaan bangga karena mengasuh dan menyusui seorang anak yang luar biasa.[]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *