MUKJIZAT-MUKJIZAT RASŪLULLĀH S.A.W.
Apa saja mukjizat-mukjizat Rasūlullāh s.a.w.? (11)
Mukjizat-mukjizat beliau sangat banyak dan populer. Yang paling utama dan populer di antaranya adalah al-Qur’ān al-Karīm yang Allah jadikan semua makhluk tidak mampu untuk menandingi dan membuat yang serupa dengannya, kendati Allah telah menantang mereka membuatnya dan mereka pun telah mengerahkan daya dan upaya untuk melakukannya.
Allah s.w.t. berfirman:
قُلْ لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَ الْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوْا بِمِثْلِ هذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَ لَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا
“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’ān ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.” (QS. al-Isrā’[17]: 88).
Al-Qur’ān adalah mukjizat yang abadi sampai ke akhir masa, buktinya akan tetap ada, kemukjizatannya akan senantiasa berlanjut, keajaiban-kejaibannya tidak akan habis, keunikan-keunikannya tidak akan lenyap. Di dalamnya terdapat berita generasi yang terdahulu dan yang akan datang, sesuai dengan setiap masa, sampai Hari Kiamat.
Di antara mukjizat beliau yang mencengangkan adalah terbelahnya bulan. (Peristiwa) itu terjadi ketika kaum kafir Makkah meminta agar beliau memperlihatkan kepada mereka satu tanda yang menunjukkan kebenaran kenabiannya, dan tanda (yang diminta) tersebut berupa terbelahnya bulan.
Lalu Rasūlullāh s.a.w. berdoa kepada Tuhannya. Maka bulan pun terbelah dua. Mereka pun menyaksikannya.
Lalu beliau berkata: ‘Saksikanlah”.
Kemudian kaum kafir itu menanyakan penduduk di berbagai negeri apakah mereka juga melihat hal semacam itu. Ternyata mereka menyatakan bahwa mereka pun melihat hal tersebut.
Maka mereka berkata: “Muḥammad telah menyihir penduduk bumi.”
Lalu Allah s.w.t. menurunkan ayat:
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”.” (QS. al-Qamar [54]: 1-2) (22).
Di antara mukjizat beliau termasuk memancarnya air dari sela-sela jari-jemari tangan beliau yang mulia. Hal tersebut terjadi beberapa kali pada beliau.
Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Jābir bin ‘Abdillāh r.a. dengan perkataannya: “Orang-orang kehausan pada hati Ḥudaibiyyah, sementara Rasūlullāh s.a.w. sedang berwudhu’ dari sebuah bejana yang terdapat di depannya. Kemudian orang-orang datang ke arah beliau.
Maka beliau berkata: “Kenapa kalian?”
Mereka menjawab: “Wahai Rasūlullāh, kami tak punya air untuk berwudhu’ dan minum kecuali yang terdapat dalam bejana milikmu.”
Lalu Nabi s.a.w. meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Tiba-tiba air memancar dari sela-sela jari-jemari tangannya seperti mata air. Lalu kami pun minum dan berwudhu’.”
Kemudian ada yang bertanya kepada Jābir: “Berapa jumlah kalian pada hari itu?”
Jābir menjawab: “Sekiranya kami berjumlah 100.000 air itu pasti cukup untuk kami. Hari itu kami berjumlah 1.500 orang.” (33).
Di antara mukjizat beliau juga adalah menangisnya batang kurma yang tadinya menjadi sandaran beliau bila sedang berkhutbah. Sewaktu beliau telah mempergunakan mimbar dan duduk di atasnya, batang kurma tersebut menangis laksana tangisan unta betina mencari anaknya.
Dalam satu riwayat disebutkan: “Batang kurma itu melenguh seperti lenguhan banteng hingga masjid bergetar karena lenguhannya. Lalu Rasūlullāh s.a.w. turun mendatanginya dan mendiamkannya. Maka batang kurma itu pun diam.
Kemudian beliau berkata: “Demi Dzāt yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya aku tak menenangkannya, dia akan tetap begini sampai Hari Kiamat karena sedih jauh dari Rasūlullāh s.a.w.” (44)
Catatan:
- 1). Mukjizat adalah perkara-perkara luar biasa yang terjadi di tangan pengklaim kenabian, baik itu disertai dengan tantangan ataupun tidak. (Tuḥfat-ul-Murīd oleh al-‘Allāmah al-Bajūrī hlm. 138).
- 2). Sebagian kisah ini dikeluarkan oleh al-Bukhārī (3437, 2438, 3439) dan Muslim (2800, 2802, 2803) dari hadits-hadits Ibn Mas‘ūd, Anas, dan Ibn ‘Abbās r.a., serta at-Tirmidzī (2182, 3289); dari hadits Jubair bin Math‘am dan Ibn ‘Umar r.a.
- 3). Dikeluarkan oleh al-Bukhārī (3576).
- 4). Dikeluarkan dengan redaksi ini oleh ad-Dārimī (41) dan adh-Dhiyā’-ul-Muqaddasi dalam al-Aḥādiīts-ul-Mukhtarrah (1520) dari hadits Anas bin Mālik r.a, dan al-Ḥāfizh Ibn Ḥajar mengisyaratkannya dalam Fatḥ-ul-Bārī (6/602) kepada Abū ‘Awānah, Ibn Khuzaimah, dan Abū Nu‘aim. Dikeluarkan secara ringkas oleh at-Tirmidzī (3627), Ibn Mājah (1415) dan al-Baihaqī (3/195).