05 Pengaruh-pengaruh Kemahakuasaan Tuhan – Jawaban Tuntas Beragam Masalah Aqidah Islam

JAWABAN TUNTAS
BERAGAM MASALAH AKIDAH ISLAM
(Judul Asli: AL-AJWIBAH AL-GHĀLIYAH
FĪ ‘AQĪDAH AL-FIRQAH AN-NĀJIYAH

Karya: Habib Zein Ibrahim Bin Sumaith

Terjemah: Muhammad Ahmad Vad‘aq
Penerbit: Mutiara Kafie

PENGARUH-PENGARUH KEMAHAKUASAAN TUHAN

 

Dengan apa kita memastikan adanya Dzat Allah s.w.t?


 

Kita dapat memastikan adanya Dzāt Allah s.w.t. karena apa yang kita saksikan dari pengaruh-pengaruh kekuasaan-Nya dan tanda-tanda kebijaksaan-Nya, sekalipun kita tidak dapat melihat-Nya dengan mata kita dan tidak dapat memahami hakikat-Nya dengan pikiran kita.

Sesungguhnya pada setiap penciptaan menunjukkan ada yang menciptakan. Pada bentuk (dari penciptaan) yang bijak menjadi pertanda akan adanya pencipta yang bijaksana.

Seperti halnya orang yang melihat sebuah bangunan tinggi, tahulah ia bahwa bangunan itu ada yang membangunnya. Sebagaimana pula orang yang melihat sebuah kemah yang dipancangkan di daerah gersang, tahulah ia bahwa kemah itu ada yang memancangkannya.

Demikian pula halnya orang yang menyaksikan keberadaan semua ciptaan di semesta langit dan bumi. Ia akan meyakini dengan penuh kepastian bahwa semua ciptaan yang ada itu tentu ada penciptanya yang memiliki kekuasaan dan sifat yang sempurna.

Allah berfirman:

أَفَلَا يَنْظُرُوْنَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَ إِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَ إِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَ إِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. al-Ghāsyiyah [88]: 17-20).

Dan Allah s.w.t. berfirman:

وَ آيَةٌ لَّهُمْ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَ. وَ الشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ. وَ الْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ. لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِيْ لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَ لَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ. وَ آيَةٌ لَّهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِ. وَ خَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهِ مَا يَرْكَبُوْنَ. وَ إِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَ لَا هُمْ يُنْقَذُوْنَ. إِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَ مَتَاعًا إِلَى حِيْنٍ.

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.” (QS. Yāsīn [36]: 37-44).

Berarti ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk di bumi dan langit-Nya adalah saksi ketuhanan-Nya dan menuturkan ke-Esaan-Nya. Alangkah indah ucapan seseorang yang berkata:

فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلهُ أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَ فِيْ كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ الْوَاحِدُ
وَ للهِ فِيْ كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ وَ تَسْكِيْنَةٍ أَثَرٌ شَاهِدُ

Sungguh anehnya, bagaimana bisa Tuhan didurhakai

atau bagaimana bisa orang yang ingkar mengingkari

Sedang pada segala sesuatu terkandung bukti

yang menunjukkan bahwa Dia adalah Maha Esa

Dan bagi Allah pada setiap gerak maupun diam

Terdapat tanda pengaruh yang menjadi saksi-Nya. (11)

Salah seorang dari mereka pernah ditanya tentang bukti adanya Allah s.w.t.

Ia menjawab: “Jejak unta menunjukkan adanya unta dan bekas kaki menunjukkan adanya yang berjalan. Maka langit yang memiliki gugusan, bumi yang memiliki lekukan dan lautan yang memiliki gelombang menunjukkan adanya pencipta Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.”

Imam Abu Hanifah rahimahullah pernah berkata kepada sekelompok kaum ad-Dahriyah (22): “Apakah bisa diterima menurut akal sebuah kapal bermuatan penuh berada dalam gelombang lautan, terombang-ambing oleh ombak yang menggulung-gulung dan angin yang bermacam ragam, namun kendati demikian ia tetap berjalan lurus tanpa ada nakhoda yang mengemudikannya?”

Mereka menjawab: “Tidak mungkin.”

Lalu ia berkata: “Jika yang demikian itu tidak bisa diterima, lalu bagaimana mungkin alam ini ada, dari alam yang paling tinggi dan yang paling bawah, dengan beragam keadaan, tanpa ada penciptanya?”

لَهُ كُلُّ ذَرَّاتِ الْوُجُوْدِ شَوَاهِدٌ عَلَى أَنَّهُ الْبَارِئُ الْإِلهُ الْمُصَوِّرُ.

Setiap partikel wujud merupakan saksi-saksi (bagi-Nya),

bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Pencipta.

Ketahuilah, siapa yang memperhatikan langit dan bumi berikut keajaiban-keajaiban makhluk yang terdapat di antara keduanya, sementara ia tidak meyakini bahwa semua itu memiliki Tuhan dan Pencipta, berarti dia telah rusak akal dan tertutup hatinya. Dia telah ditimpa kehinaan dan diliputi kerugian. Dia termasuk orang yang dikatakan Allah dalam firman-Nya:

وَ لَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَ لَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَ لَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا أُولئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولئِكَ هُمُ الْغَافِلُوْنَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka) Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A‘rāf [7]: 179).

Hewan-hewan ternak dan liar, bahkan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati, mengakui dan mengenal akan ketuhanan dan keesaan Yang Mencipta dan Yang Mengadakan mereka. Sekiranya mereka bisa bertutur, mereka akan mengungkapkan hal tersebut dan menyatakannya dengan jelas.

Allah s.w.t. berfirman:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَ الْأَرْضُ وَ مَنْ فِيْهِنَّ وَ إِنْ مِّنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَ لكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya”. (QS. al-Isrā’ [17]: 44).

dan Allah s.w.t. berfirman:

أَوَ لَمْ يَرَوْا إِلَى مَا خَلَقَ اللهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلَالُهُ عَنِ الْيَمِيْنِ وَ الشَّمآئِلِ سُجَّدًا للهِ وَ هُمْ دَاخِرُوْنَ. وَ للهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَآبَّةٍ وَ الْمَلآئِكَةُ وَ هُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ. يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. an-Naḥl [16]: 48-50).

Catatan:

  1. 1). Bait-bait syair ini adalah milik Abul-‘Athiyyah. Lihat al-Aghānī (4/39) dan al-Mustathrif (1/16).
  2. 2). Ad-Dahriyah adalah sekelompok atheis yang kafir. Mereka berpendapat bahwa sifat masa tidak berawal (qidam) dan segala yang baru bersandar kepadanya. Mereka meninggalkan ibadah-ibadah sama sekali (Kasysyāfu Ishthilāḥāt-il-Funūni wal-‘Ulūm karya al-‘Allāmah Muḥammad ‘Alī at-Tahanawī [1/800]).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *