Tahukah Anda bahwa menangis itu baik bagi bayi? Dokter mengatakan di dalam kepala bayi ada cairan, jika tidak keluar, cairan itu akan membahayakan sang bayi. Menangis menyebabkan cairan ini mengalir dari kepala, dan hal itu menyehatkan sang bayi. Bukankah anak dapat mengambil manfaat dari menangis tanpa Anda sendiri menyadarinya? Banyak hal lain yang memanfaatkannya tidak Anda sadari. Jadi, janganlah menilai sesuatu itu tidak berguna, hanya karena Anda tidak mengetahui manfaatnya. Banyak yang tidak Anda ketahui sebenarnya diketahui orang lain, dan banyak pengetahuan yang tidak terjangkau oleh makhluk tapi nyata bagi Allah Yang Mahatinggi.
Banyak orang berusaha membantah hal ini dengan berkata sembrono. “Jika organ manusia memiliki lubang pemeriksaan sebagaimana dimiliki saluran air bawah tanah, dokter pasti akan bisa membuka dan melihat kerusakan di dalamnya, dan kemudian memasukkan tangannya untuk membetulkannya, hal ini tentu lebih baik ketimbang menyembunyikan organ dalam dari jangakauan tangan dan penglihatan. Sebab, penyembunyian itu membuat dokter hanya bisa mendiagnosis penyakit dalam lewat indikator tak jelas seperti urine, atau lewat alat periksa yang beresiko mengakibatkan kematian.” Jika organ dalam bisa dengan jelas dilihat dan didiagnosis, manusia tidak merasa takut terhadap penyakit dan kematian. Akibatnya, mereka akan merasa sombong dan keras hati sebagaimana telah kami kemukakan berkali-kali sebelumnya. Selain itu, cairan abdominal akan tumpah, membasahi tempat manusia duduk dan tidur, serta membasahi baju dan perlengkapan mereka. Jelas, ini akan merusak kehidupan. Kemudian, perut, liver dan hati berfungsi dengan menggunakan panas alam yang ada dalam tubuh. Jika abdomen memiliki celah terbuka, yang bisa dilihat mata dan dijangkau tangan, udara dingin akan masuk melenyapkan panas alam dan merusak fungsi perut sehingga mengakibatkan kematian. Tidakkah Anda mengerti bahwa segala sesuatu yang bisa dibayangkan imajinasi, yang berbeda dari apa yang diberikan penciptaan adalah salah dan bodoh?
Pikirkanlah insting-insting yang melekat pada manusia. Insting-insting itu mendorong manusia agar makan, tidur dan melakukan hubungan seksual. Pikirkanlah kebijaksanaan yang ada di balik aktivitas-aktivitas ini: aktivitas yang dipacu oleh satu dorongan fitrah. Rasa lapar menuntut makanan supaya tubuh tetap segar dan berfungsi; kelelahan mendorong tidur untuk istirahat dan memulihkan energi; syahwat membuat orang ingin bersenggama, dan hal ini menimbulkan reproduksi. Jika manusia makan bukan terdorong oleh insting, melainkan karena tahu bahwa makan itu sekedar kebutuhan tubuh, manusia cenderung akan lupa makan karena terlalu sibuk atau malas, dan ini akan menyebabkan kematian karena kurangnya pasokan makanan, kelalaian semacam ini bisa diumpamakan seseorang yang lupa minum obat, atau melakukan bentuk perawatan lain yang diperlukan bagi kesembuhannya. Sama pula, jika manusia tidur karena sekedar menyadarinya sebagai kebutuhan tubuh, mereka mungkin tidak akan tidur, sehingga mereka akan kelelahan. Dan jika manusia bersenggama karena sekedar ingin punya keturunan, bukan tidak mungkin mereka malas melakukannya. Akibatnya, tidak akan ada keturunan manusia.
Anda mesti mengamati, betapa setiap aktivitas ini, yang mendukung manusia dan menjamin kesejahteraan mereka, diperkuat oleh dorongan alamiah yang memicu tindakan. Dokter telah menggambarkan dalam buku-buku medis mengenai fungsi empat daya dalam tubuh. Pertama, daya penarik. Ia mengumpulkan makanan dan mendistribusikannya ke perut. Kedua, daya penahan. Ia menahan makanan dalam tubuh sebelum diproses. Ketiga, perncernaan. Ia menyerap makanan dalam perut, memeras saripati makanan dan menyebarkannya ke tubuh. Keempat, ekskresi. Ia membuang sisa proses pencernaan. Renungkanlah, betapa bijaksana dan cermatnya susunan, tujuan dan urgensi daya-daya ini. Jika tidak ada daya penarik, bagaimana manusia bisa bergerak dan mencari makanan untuk menopang tubuhnya? Jika tidak ada kemampuan menahan makanan, bagaimana makanan bisa tetap dalam tubuh hingga perut mencernanya? Jika tidak ada pencernaan, bagaimana makanan bisa diolah untuk diserap saripatinya yang menyehatkan dan memenuhi kebutuhan tubuh? Dan jika tidak ada ekskresi, bagaimana sisa makanan bisa dibuang dari tubuh secara bertahap?
Tidakkah Anda menyadari bahwa daya-daya ini dibuat demi kebaikan tubuh? Tubuh bisa diibaratkan istana raja yang memiliki pembantu dan beberapa kepala rumah tangga: kepala rumah tangga pertama bertugas menentukan dan memasok kebutuhan pembantu, sedangkan kepala rumah tangga kedua bertugas menerima dan menyimpan apa yang diberikan kepadanya hingga barang itu diolah dan siap dihidangkan; kepala rumah tangga ketiga bertugas mengolah , menyiapkan, dan mendistribusikan pasokan bagi pembantu; sedangkan kepala rumah tangga ke empat bertugas membersihkan segala kotoran dan debu yang ada di istana. Dalam contoh ini, sang raja adalah perlambang bagi Sang Pencipta yang Mahatahu. Istananya adalah tubuh, pembantunya adalah otot-otot sedangkan kepala rumah tangganya adalah keempat daya itu.
Anda bisa saja berpendapat demikian, karena daya dan fungsi ini digambarkan dalam buku-buku kedokteran. Pembahasan di sini sekedar pengulangan. Namun, kami membahas masalah ini dari sudut pandang berbeda dengan kedokteran. Dokter mengupas masalah ini dari sudut pandang kedokteran dan kesehatan fisik, sedangkan kami membahasnya dari sudut pandang keagamaan dan kesehatan jiwa. Perbaikan dalam sikap keagamaan hanya bisa dilakukan dengan cara yang kami tunjukkan, yaitu adanya rencana dan kebijaksanaan dalam daya-daya ini.
Perhatikanlah tempat fakultas mental dalam kehidupan manusia: pikiran, imajinasi, rasio, ingatan dan sebagainya. Pikirkanlah jika manusia kehilangan salah satunya, fakultas ingatan misalnya, akan jadi apa dia dan bagaimana dia bisa mengatasi segala masalahnya. Dia tidak akan ingat berapa banyak kekayaannya, berapa banyak hutangnya, berapa banyak yang telah dia ambil atau berikan, apa yang dia telah lihat dan dengar, apa yang dia telah katakan dan apa yang telah dikatakan kepadanya. Dia tidak akan ingat siapa yang pernah membantu atau mencelakainya. Dia tidak akan bisa mengenali jalan, meskipun dia sudah melewatinya berulang-ulang. Dia juga tidak akan mengetahui sesuatu meskipun dia selalu belajar sepanjang hayatnya. Dia tidak akan mampu memetik manfaat dari pengalaman dan tidak pula mampu membuat analogi antara kejadian masa kini dan masa lalu. Orang semacam ini pasti bukan lagi manusia dan menjadi seperti binatang.
Pikirkanlah betapa berharga satu nikmat Tuhan bagi manusia, apalagi seluruh nikmat-Nya. Kemampuan melupakan bahkan lebih menakjubkan dibandingkan kemampuan mengingat. Jika manusia tidak bisa lupa, mereka tidak akan menghilangkan rasa permusuhan, kedukaan atau kebencian. Mereka tidak akan bisa menikmati apa pun di dunia ini, karena mereka selalu terkenang akan kemalangan mereka. Mereka tidak bisa mengharapkan pihak penguasa akan melupakan mereka atau mengharapkan seseorang yang iri untuk tidak iri. Pikirkanlah bagaimana ingatan dan kelupaan, dua fakultas berlawanan, telah ditanamkan kepada manusia untuk kepentingan mereka.
Pikirkanlah betapa penting dan signifikannya kualitas moral yang menjadi unsur khas manusia yang membedakannya dari binatang – yakni kesopanan. Tanpa rasa kesopanan, tidak akan ada tamu yang dijamu, tidak akan ada janji yang ditepati, tidak akan ada kebutuhan yang terpenuhi, tidak akan ada amal baik yang dilakukan, tidak akan ada kejahatan yang akan dihindari. Banyak tindakan yang dilakukan berdasarkan rasa kesopanan ini. Tanpa rasa ini, akan muncul sebagian orang yang tidak menghormati hak-hak orang tua mereka, atau tidak mengembalikan segala sesuatu yang diamanatkan kepada mereka, atau tidak segan-segan melakukan tindakan tak senonoh. Apakah Anda bisa memungkiri bahwa manusia itu dikaruniakan semua sifat ini demi kebaikan mereka sendiri, dan demi lancarnya segala urusan mereka?