04-3 Binatang – Desain Ilahi

DESAIN ILAHI
Dalil Keterciptaan Alam

Diterjemahkan dari Chance or Creation: God’s Design in the Universe
Karangan: Abū ‘Utsmān al-Jāhiz

Penerjemah: Satrio Wahono
Penerbit: PT SERAMBI ILMU SEMESTA

(Diketik oleh: IBU DWI WIDY)

Rangkaian Pos: 004 Binatang - Desain Ilahi

BAB EMPAT

BINATANG

(Bagian 3 dari 4)

 

MONYET DAN KESAMAANNYA DENGAN MANUSIA

Pikirkanlah betapa serupa bentuk monyet dengan manusia – kepala, wajah, dada, bahu dan bahkan organ dalamnya – sebgaimana ditulis Aristoteles dalam bukunya tentang binatang, dan sebagaimana pula bermaktub dalam buku-buku kedokteran lain. Renungkanlah kecerdasan dan kecerdikan monyet yang memungkinkan binatang ini memahami apa yang dimaksudkan pemiliknya. Monyet juga bisa dilatih memahami tanda serta meniru berbagai hal yang dilakukan manusia dalam hal sifat dan karakteristik. Monyet diciptakan demikian supaya manusia bisa memetik pelajaran bahwa manusia itu diciptakan dengan bahan yang sama dengan binatang, karena itu, manusia dan binatang memiliki banyak keserupaan. Karena mirip, manusia hendakmya tidak sombong dan berani melawan Pencipta mereka: kalau saja manusia tidak dianugerahi intelek dan pikiran, manusia tentu tidak jauh beda dengan binatang. Di sisi lain, ada perbedaan antara monyet dan manusia. Misalnya, bentuk moncong dan trisep, serta ekor panjang dan bulu yang menutupi seluruh tubuh. Namun, semua ini tidak akan menghambat monyet mengejar kemajuan manusia jika saja monyet dianugerahi kecerdasan dan akal seperti manusia. Sebenarnya, satu-satunya yang membedakan monyet dan manusia adalah kurangnya akal.

Pernahkah Anda mendengar kisah tentang naga dan awan? Konon, awan diberi tugas untuk mencekal naga bagaikan sebuah magnet menarik selempang besi. Maksudnya, adalah menakut-nakuti naga supaya tidak sering-sering berkeliaran. Biarlah naga itu sesekali saja menampakkan batang hidungnya jika langit cerah tak berawan. Mengapa awan diberikan tugas mengawasi naga kalau bukan supaya manusia terlindung dari naga itu? Kika Anda membantah, “Tapi, mengapa naga itu perlu diciptakan?” Kami akan menjawab, “Buat menakut-nakuti orang. Ini bagaikan cambuk untuk menakut-nakuti orang jahat supaya mereka bisa disiplin dan mendapat pelajaran.”

 

KECERDASAN DAN STRATEGI BINATANG

Renungkanlah jenis kecerdasan yang diberikan Tuhan untuk kebaikan binatang, seperti insting alamiah dan bukannya pikiran atau kemampuan merenung. Ada yang bilang, rusa jantan itu makan ular dan menjadi haus, tapi ia menahan diri minum air. Ia takut air itu beracun dan akan merusak tubuhnya. Meski haus, rusa paling hanya meraung-raung di sekitar kolam air. Ia tidak akan minum sebelum yakin bahwa racun itu tidak ada. Renungkanlah naluri kesabaran dalam rusa ini dan bagaimana binatang ini bersedia menangguhkan rasa hausnya karena takut akan bahaya, sesuatu yang bisa dilakukan manusia rasional – padahal meskipun memiliki intelejensi, manusia terkadang sulit mengendalikan dirinya! Sudah umum diketahui, ketika rubah kekurangan makanan, ia akan mati, dan menggembungkan perutnya, sehingga burung-burung pun berdatangan. Ketika burung-burung itu bersiap memakan si rubah, rubah itu pun bangkit dan menerkam mereka. Siapa yang memebrikan sang rubah – yang tidak memiliki akal, kemampuan bicara atau merenung itu – tipuan ini kalau bukan Dia yang memelihara sang rubah dengan berbagai cara? Karena rubah tidak begitu mampu menggunakan kekuatan, tidak seperti binatang liar lain, ia menggunakan kecerdasan dan kelicikan untuk menghidupi dirinya. Ada juga yang bilang, lumba-lumba berusaha menangkap burung lewat tipuan, lumba-lumba menangkap ikan, membunuhnya, dan mencabik-cabiknya, dan membiarkan bangkai ikan itu mengambang di perairan, sedangkan si lumba-lumba bersiap di bawah permukaan. Hal ini tentu membuat air keruh sehingga si lumba-lumba itu pun tersamar dari pandangan. Ketika burung-burung menukuk menyambar ikan itu, si lumba-lumba segera melompat dan menangkap mereka. Renungkanlah bagaimana tipuan cerdik ini ditanamkan sebagai naluri dalam diri di lumba-lumba demi kebaikannya. Dengarkanlah juga apa yang dikatakan sebagian orang tentang buaya. Buaya menaruh potongan daging di antara giginya hingga daging itu membusuk, cacing-cacing pun berkerumun di daging itu. Pada saat itu, sang buaya pun berenang ke tepian dan membuka mulutnya seakan-akan ia telah mati. Burung kemudian akan melayang turun untuk mengambil cacing-cacing yang berkerumun itu. Ketika sang buaya tahu mulutnya telah bersih, ia menutup mulutnya, sehingga burung itu pun terperangkap untuk kemudian ditelan oleh sang buaya. Di sinilah kita mendapatkan ungkapan, “Saya akan mengganjar Anda seperti seorang buaya.”

 

NGENGAT, SEMUT, TARANTULA DAN LABA-LABA

Renungkanlah ngengat kecil. Adakah kekurangan padanya? Bagaimana bisa kesempurnaan ini tercipta jika bukan karena bagian dari perencanaan sempurna yang dapat kita temukan dalam makhluk besar dan kecil? Anda mengamati bagaimana ketika makhluk-makhluk kecil ini saling bertemu. Dua dari mereka akan berhenti, sebagaimana seseorang berhenti dan bersalaman dengan seorang kenalan ketika saling bertemu dan menanyakan kabarnya masing-masing. Pikirkanlah bagaimana semut saling berkerumun untuk mengumpulkan makanan dan menyimpannya untuk musim istirahat musim dingin sekelompok semut mengangkut bulir padi ke sarang mereka bagaikan sekelompok orang mengangkut makanan atau barang serupa. Anda pasti akan mendapati betapa terkandung keseriusan dan kerja keras dalam diri semut dibandingkan dalam diri manusia! Semut bisa dilihat saling bekerja sama untuk mengangkut makanan sebagimana biasa dilakukan manusia. Semut memotong butir padi kecil-kecil supaya butir padi itu tidak bertunas dan tidak berguna bagi semut itu, jika butir padi itu basah, semut-semut itu akan mengeringkannya. Mereka membangun gudang makanan mereka di tempat tinggi, sehigga terhindar dari bahaya banjir. Mereka melakukan semua ini tanpa dipandu akal dan perenungan. Panduan mereka hanyalah insting bawaan yang telah dianugerahkan kepada mereka demi kebaikan mereka sendiri.

Amatilah salah satu jenis laba-laba (tarantula) dan kelicikan yang dimilikinya untuk mencari makanan. Ketika binatang ini tahu ada seekor lalat di dekatnya, sang laba-laba menunggu dengan tenang, seakan-akan sudah mati. Karena merasa tidak ada bahaya, si lalat terbang santai hingga mendekati posisi tangkap si laba-laba. Kemudian, si laba-laba dengan seluruh tubuhnya menghadapi si lalat supaya tidak bisa terbang. Laba-laba itu juga dengan sengaja menusuk sayap si lalat dan mencekal lalat itu dengan lengan-lengan dan kakinya, supaya lalat itu tidak kabur. Sang laba-laba terus menghimpit hingga tenaga lalat melemah. Kemudian, si laba-laba memakan lalat itu. Beginilah proses bertahan hidup yang dijalankan si laba-laba memintal jaring sebagai perangkap untuk lalat dan di sanalah si laba-laba siap mengintai. Ketika lalat itu terjerat, si laba-laba akan menancapkan sengatnya dan menyedot sari makanan dari diri lalat. Jenis tipuan pertama serupa dengan kegiatan berburu menggunakan macan dan anjing pelacak. Sedangkan jenis tipuan kedua serupa dengan berburu menggunakan jala dan tali. Renungkanlah bagaimana binatang lemah ini dengan instingnya melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan manusia dengan menggunakan strategi dan alat-alat. Jangan pernah Anda meremehkan pelajaran yang bisa di dapatkan dari ngengat atau semut serta hal-hal kecil lainnya. Kita bisa memetik pelajaran berharga dari contoh-contoh kecil maupun besar, sama seperti timbangan besi atau batu sama-sama bisa digunakan menimbang dinar emas.

 

BENTUK TUBUH BURUNG

Perhatikanlah tubuh dan bentuk burung. Karena diciptakan untuk terbang di angkasa, tubuh burung dibuat ringan dan padat. Tidak seperti hewan lain yang umumnya berkaki empat, burung hanya diberi kaki dua. Pun dengan jari kakinya. Tidak seperti hewan lazimnya yang berjari kaki lima, burung hanya memiliki empat jari. Burung juga hanya memiliki satu lubang pembuangan kotoran dan urine. Bentuk tubuhnya dibuat aerodinamis supaya lebih mudah membelah udara, bagaikan bagian depan kapal yang memecah air untuk membuka jalannya kapal. Sayap dan ekornya berbulu kuat sehingga ia bisa terbang. Seluruh tubuhnya dilapisi bulu, sehingga udara dapat melewati bulu-bulu itu dan membuat burung tetap melayang di udara. Burung tak mempunyai gigi, melainkan paruh yang tajam dan kuat sehingga tak mudah rusak ketika mematuk biji-bijian dan mencabik daging. Hal ini sesuai dengan makanannya, yakni daging dan biji-bijian yang langsung di telan tanpa dikunyah. Karena burung tak memiliki gigi dan langsung menelan biji-bijian dan koyakan daging bulat-bulat maka panas bagian dalam tubuhnya dijadikan lebih tinggi untuk memecah makanan. Karena itu, makanan itu tak perlu dikunyah lama-lama. Seperti diketahui, biji anggur dan makanan serupa biasanya tetap utuh dalam usus manusia, sebaliknya, biji-bijian itu hancur sehingga tak terlihat bekasnya ketika mereka buang air.

 

ANAK AYAM DAN TELUR

Burung juga diciptakan bertelur, tidak mengandung anaknya, sehingga bobot tubuh mereka tidak terlalu berat untuk terbang. Jika embrio berkembang dalam kandungan dan tetap berada di sana sampai embrio itu menjadi seekor burung utuh, bobot induk burung akan terlalu berat untuk bisa terbang. Tidakkah Anda melihat bahwa semuanya dirancang sesuai dengan cara hidup masing-masing makhluk? Kenapa burung yang biasanya terbang diharuskan duduk di sarang dan mengerami telurnya sampai menetas selama satu atau dua pekan? Bahkan, ada jenis burung yang akan memuntahkan kembali makanannya setelah mereka duduk di sarang demi memberi makan anak-anaknya. Mengapa seekor burung mau bersusah payah, padahal mereka tak punya kemampuan berpikir dan menata masa depan seperti halnya manusia? Manusia dapat membanggakan anak-anaknya dan berharap akan kebaikan hati dan bantuan mereka kelak, supaya nama sang orang tua haru,? Kebaikan naluriah seekor burung kepada anak-anaknya mempunyai alasan yang tak disadarinya, yaitu untuk reproduksi seksual dan kelanjutan hidup species.

Perhatikanlah bagaimana ayam betina secara telaten mengerami telur dan anak-anaknya, meski sebenarnya ia tidak memiliki indung telur yang bisa dibuahi atau tempat yang layak untuk itu. Ayam itu akan sangat gembira, mengepak-ngepak dan berkotek, mengusir si ayam jantan dan berhenti makan sampai telur-telurnya berkumpul. Ia lalu akan mengerami telur-telur itu agar menetas. Mengapa ia hari melakukan hal itu, padahal tak ada manfaatnya untuk reproduksi seksual? Ia tak memiliki kemampuan untuk berefleksi atau memikirkan suatu akibat. Perhatikan ketebalan cangkang telur, kuning telur dan cairan putih encer. Satu bagian adalah embrio anak ayam yang sedang tumbuh, sementara bagian lainnya adalah penyuplai makanan baginya sampai ia menetas. Pikirkanlah rancangan semua ini. Karena anak ayam dibuat tumbuh berkembang di dalam lapisan yang keras dan sulit ditembus ini, maka sudah ada cukup makanan di dalamnya sampai anak ayam itu menetas. Sama seperti seorang yang dikurung dalam sebuah menara benteng yang terisolir tapi ia diberikan cukup makanan hingga masa dibebaskan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *