04-1 Binatang – Desain Ilahi

DESAIN ILAHI
Dalil Keterciptaan Alam

Diterjemahkan dari Chance or Creation: God’s Design in the Universe
Karangan: Abū ‘Utsmān al-Jāhiz

Penerjemah: Satrio Wahono
Penerbit: PT SERAMBI ILMU SEMESTA

(Diketik oleh: IBU DWI WIDY)

Rangkaian Pos: 004 Binatang - Desain Ilahi

BAB EMPAT

BINATANG

(Bagian 1 dari 4)

 

TUBUH BINATANG

Renungkanlah struktur tubuh binatang, bagaimana ia disusun. Tubuh binatang tidak sekeras batu yang tak bisa dilekuk dan tak cocok untuk bekerja. Tubuh binatang juga tidak dibuat lunak, sehingga tubuh dan identitasnya tampak jelas. Tubuh binatang terdiri atas daging lunak dan tulang keras di bagian dalam untuk menopang tubuh, serta terdiri atas otot dan pembuluh nadi untuk memompa tekanan darah. Segala sesuatunya ditempatkan dalam kulit yang menutupi seluruh tubuh, ibarat binatang-binatangan yang terbuat dari batang kayu dengan kain perca dan tali pengikat dan kemudian dibalut dengan damar, Batang-batang kayu itu bisa diumpamakan sebagai tulang, kain perca sebagai daging, tali seperti otot dan pembuluh nadi, dan damar itu ibarat kulit. Jika Anda berhujah bahwa binatang yang hidup dan bergerak itu terjadi secara kebetulan tanpa seorang pencipta, Anda pun harus menganggap mainan tak bernyawa itu sebagai hasil kebetulan belaka. Dan kendatipun Anda bersikeras bahwa mainan binatang tersebut adalah hasil kebetulan, tentunya sulit mengatakan hal yang sama berlaku pula bagi binatang.

 

TERNAK

Perhatikanlah lebih jauh tubuh binatang ternak. Tubuhnya mirip tubuh manusia, terdiri atas daging, tulang dan otot. Binatang ternak juga dikaruniakan pendengaran dan penglihatan supaya bisa dimanfaatkan manusia. Jika binatang ternak itu buta dan bodoh, ia tidak akan bisa melayani atau menuruti manusia. Selain itu, binatang tidak diberikan akal dan pikiran sehingga bisa dikendalikan manusia dan tidak melawan ketika dipaksa kerja keras atau ketika dibebani dengan beban berat. Anda bisa berpendapat, ada budak-budak manusia yang rendah diri dan tunduk sepenuhnya, padahal mereka memiliki akal pikiran. Kami menjawab bahwa manusia semacam itu hanya sedikit. Sebagian besar manusia, tidak seperti binatang, tidak akan mau membawa beban berat, menarik kincir penggilingan dan tugas serupa. Lagipula, manusia juga tidak akan mampu malakukan semua tugas itu. Jika manusia melakukan kerja fisik semacam itu, kerjaan lain mereka akan terbengkalai, perlu beberapa orang untuk melakukan tugas seekor unta atau banteng. Pekerjaan semacam itu akan menghabiskan waktu manusia, dan mereka tidak akan bisa mengerjakan pekerjaan lain: belum lagi menimbulkan akibat lain seperti kelelahan dan kesengsaraan.

 

MANUSIA DAN BINATANG : KARNIVORA DAN HERBIVORA

Renungkanlah bagaimana tiga jenis binatang itu diciptakan sesuai dengan kepentingan mereka. Ketika manusia ditakdirkan memiliki akal dan kemampuan untuk kerja bangunan, perkayuan, menjahit, menjagal dan kerja lainnya, manusia kemudian dikaruniai tangan besar dan berjari kuat untuk menggenggam sesuatu serta melakukan berbagai pekerjaan lainnya. Karnivora dengan sifat berburunya diberikan kuku kecil dan runcing. Ia cocok untuk menerkam mangsa, tapi tidak untuk kerja pertukangan. Sedangkan binatang herbivora, karena tidak perlu melakukan kerja pertukangan dan tidak perlu menangkap mangsa, ada yang diberikan kuku belah supaya terlindung dari kerasnya tanah ketika sedang berkeliaran untuk merumput; ada pula yang diberkikan satu kuku berlekuk bagaikan kaki supaya bisa tegak ke tanah dan cocok untuk dimuati beban serta ditunggangi

Renungkanlah rencana dalam penciptaan binatang karnivora. Mereka diciptakan dengan gigi tajam, kuku kuat, dan mulut lebar, karena mereka memang makan daging. Mereka diciptakan dengan sempurna dan dilengkapi dengan senjata dan alat yang cocok untuk berburu. Kesempurnaan yang sama juga bisa Anda temukan pada burung pemangsa yang dibekali paruh sesuai dengan fungsinya. Jika binatang ternak liar punya cakar, hal ini akan mubazir. Sebab, mereka tidak berburu atau tidak makan daging; dan jika binatang pemakan mangsa memiliki kuku belad, mereka tidak akan punya senjata untuk berburu dan menangkap makanan. Masihkah Anda belum paham betapa setiap jenis makhluk diberikan kelengkapan sesuai dengan sifat dan fungsinya dan dikaruniakan segala kebutuhan hidupnya?

Lihatlah binatang muda berkaki empat, lihatlah betapa mandirinya mereka dapat mengikuti induk mereka. Mereka tidak mau digendong seperti anak manusia. Karena induk mereka tidak diberikan sifat, pengetahuan dan pelatihan untuk mengasuh – lain dengan ibu manusia – dan juga karena induk binatang itu tidak memiliki tangan dan jari yang layak untuk melakukan pengasuhan itu, binatang-binatang muda diberikan kemampuan untuk berdiri dan mandiri. Hal yang sama terjadi pula pada unggas muda, seperti ayam ternak dan ayam hutan, yang segera bergerak dan mematuk-matuk ketika mereka menetas dari telur. Bagi binatang-binatang yang lemah dan tidak mampu berdiri, seperti merpati muda, induk mereka dianugerahi kasih sayang ekstra supaya mereka mau memuntahkan makanan yang mereka simpan dalam temboloknya, tempat makanan itu diolah hingga lembut dan mudah dimakan. Induk semacam itu akan terus melakukan hal ini hingga burung muda mampu hidup mandiri. Setiap makhluk diciptakan dengan susunan sempurna.

Lihatlah kaki binatang. Bagaimana kaki itu diciptakan berpasangan sehingga mudah untuk berjalan. Jika hanya memiliki satu tangan, binatang tidak akan berguna. Sebab, binatang baru bisa berjalan jika dia bertumpu pada satu kaki ketika melangkahkan kakinya yang lain. Binatang berkaki dua menggerakkan satu kaki dan bertumpu pada kaki satunya lagi. Binatang berkaki empat menggerakkan sekaligus dua kaki pada sisi yang bersebrangan, dan bertumpu pada dua kaki yang lain. Jika dia menggerakkan dua kaki pada sisi yang sama dengan bertumpu pada dua kaki lain, binatang itu tidak akan mampu berdiri kukuh, sama seperti kursi goyang atau benda serupa yang tidak bisa berdiri pada dua kaki di sisi yang sama. Bedanya, kursi itu tidak bernyawa, sedangkan binatang itu bernyawa sehingga bisa bergerak. Jadi binatang melangkah dengan menggerakkan kaki kanan depan dan kaki kiri belakang dan tidak menggerakkan kedua kaki lainnya; dia akan tetap seimbang dan tidak terjatuh ketika berjalan.

 

KETUNDUKAN BINATANG KEPADA MANUSIA

Pikirkanlah bagaimana keledai patuh saja dibebani dan disuruh membawa batu asahan, padahal ia melihat kuda itu hidup mewah; pikirkanlah betapa onta patuh dituntun oleh anak kecil. Padahal, jika memberontak, si onta pasti berhasil karena kekuatannya melebihi kekuatan sejumlah pria; pikirkanlah bagaimana sapi yang kuat patuh kepada pemiliknya untuk membajak tanah; pikirkanlah bagaimana kuda yang angkuh mau saja mengangkut pedang dan tombak – kuda itu maju-mundur, dan menuruti segala gerakan kendali – bahkan, sekalipun sang penunggang ingin agar kuda itu maju menerjang pedang, kuda itu pasti mau; pikirkanlah bagaimana segerombolan biri-biri patuh kepada seorang penggembala, meski mustahil menghentikan mereka jika mereka ingin bergerak kearah lain; dan pikirkanlah bagaimana berbagai jenis binatang lain tunduk kepada manusia. Bagaimana ini bisa terjadi jika binatang itu memiliki pikiran dan kemampuan merenung? Jika binatang bisa merenung, mereka pasti tidak mau mematuhi manusia – onta akan menentang majikannya, sapi akan melawan pemiliknya, dan biri-biri akan menetang penggembalanya. Sama pula, jika binatang pemangsa memiliki pikiran dan kemampuan merenung, mereka akan bergabung dan bekerja sama menyerang manusia. Siapa yang bisa menahan singa, harimau, srigala, hyna, beruang, serangga dan ular jika semuanya bersatu melawan manusia? Tidak bisakah Anda pahami bahwa binatang tidak diberikan akal supaya mereka tidak mengancam manusia; dan bahwa binatang diciptakan takut kepada manusia; meski binatang itu sebenarnya kuat dan buas. Binatang takut mendekati pemukiman manusia dan tidak mau berkeliaran mencari makanan, kecuali di waktu malam. Mereka diciptakan untuk menjauh dari umat manusia. Karena, kalau tidak, binatang-binatang itu bisa menyerang manusia di rumah dan membatasi gerakan mereka.

Bukankah Anda melihat bagaimana anjing, meski ia sejenis binatang pemangsa, bisa memanjat tembok dan atap dalam kegelapan malam demi menjaga rumah pemiliknya dan mengusir para pengganggu? Anjing bisa sangat mencintai majikannya hingga ia rela mengorbankan diri untuk membela harta benda dan binatang ternak sang majikan. Anjing itu bisa begitu mengabdi pada majikan, hingga ia rela menahan lapar dan haus bersama majikannya itu. Buat apa anjing diciptakan demikian jinak dan mencintai manusia kalau bukan supaya anjing menjaga manusia dan harta bendanya ketika manusia bepergian? Selain itu, karena diciptakan untuk menjaga manusia, anjing dilengkapi dengan gigi dan kuku serta gonggongan keras untuk menakut-nakuti pencuri – orang-orang mencurigakan selalu menghindari tempat yang dijaga anjing. Anjing memiliki keberanian tulen, kesabaran luar biasa, dan kecepatan tinggi untuk menangkap rusa, serta memiliki penciuman yang bisa mencium aroma burung, kelinci, dan rubah dan kelebihan yang lain.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *