Hati Senang

034 Salman al-Farisi r.a. (6) – Hilyat-ul-Auliya’ wa Thabaqat-ul-Ashfiya’

حلية الأولياء وطبقات الأصفياء
Ḥilyat-ul-Auliyā’i wa Thabaqāt-ul-Ashfiyā’
(Perhiasan para Wali dan Tingkatan-tingkatan Orang-orang yang Suci.)

Oleh: Al-Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani r.h.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ بَدْرٍ، عَنْ أَبِيْ نَهِيْكٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ حَنْظَلَةَ، قَالَ: كُنَّا مَعَ سَلْمَانَ فِيْ جَيْشٍ فَقَرَأَ رَجُلٌ سُوْرَةَ مَرْيَمَ، قَالَ: فَسَبَّهَا رَجُلٌ وَ ابْنَهَا، قَالَ: فَضَرَبْنَاهُ حَتَّى أَدْمَيْنَاهُ، قَالَ: فَأَتَى سَلْمَانَ فَاشْتَكَى، وَ قَبْلَ ذلِكَ مَا كَانَ قَدِ اشْتَكَى إِلَيْهِ، قَالَ: وَ كَانَ الْإِنْسَانُ إِذَا ظَلَمَ اشْتَكَى إِلَى سَلْمَانَ، قَالَ: فَأَتَانَا فَقَالَ: لِمَ ضَرَبْتُمْ هذَا الرَّجُلَ؟ قَالَ: قُلْنَا: قَرَأْنَا سُوْرَةَ مَرْيَمَ فَسَبَّ مَرْيَمَ وَ ابْنَهَا، قَالَ: وَ لِمَ تُسْمِعُوْنَهُمْ ذَاكَ؟

أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ: {وَ لَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ} [الأنعام: 108] بِمَا لَا يَعْلَمُوْنَ، ثُمَّ قَالَ: يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ، أَلَمْ تَكُوْنُوْا شَرَّ النَّاسِ دِيْنًا، وَ شَرَّ النَّاسِ دَارًا، وَ شَرَّ النَّاسِ عَيْشًا، فَأَعَزَّكُمُ اللهُ وَ أَعْطَاكُمْ، أَتُرِيْدُوْنَ أَنْ تَأْخُذُوا النَّاسَ بِعِزَّةِ اللهِ؟ وَاللهِ لَتَنْتَهُنَّ أَوْ لَيَأْخُذَنَّ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ مَا فِيْ أَيْدِيْكُمْ فَلَيُعْطِيَنَّهُ غَيْرَكُمْ، ثُمَّ أَخَذَ يُعَلِّمُنَا فَقَالَ: صَلُّوْا مَا بَيْنَ صَلَاتِي الْعِشَاءِ؛ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ يُخَفَّفُ عَنْهُ مِنْ حِزْبِهِ، وَ يُذْهِبُ عَنْهُ مَلْغَاةُ أَوَّلِ اللَّيْلِ فَإِنَّ مَلْغَاةَ أَوَّلِ اللَّيْلِ مُهْدِمَةٌ لِآخِرِهِ” رَوَاهُ أَبُوْ إِسْرَائِيْلَ الْمُلَائِيُّ عَنِ الْعَلَاءِ نَحْوَهُ

  1. Ibrāhīm bin ‘Abdillāh menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Jarīr menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dari ‘Alā’ bin Badr, dari Abū Nahīk dan ‘Abdullāh bin Ḥanzhalah, dia berkata: “Kami bersama Salmān dalam sebuah pasukan, lalu seseorang membaca surat Maryam.” Dia melanjutkan: “Kemudian seseorang mencaci Maryam dan putranya.” Dia bertanya: “Lalu, mengapa kalian memperdengarkan surat itu kepada mereka? Tidakkah kalian mendengar firman Allah: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs. al-An‘ām [6]: 108).

Kemudian dia berkata: “Wahai bangsa ‘Arab! Tidakkah kalian dahulu umat yang paling buruk agamanya, paling buruk rumahnya, paling buruk kehidupannya, lalu Allah memuliakan kalian dan melimpahkan rezeki-Nya kepada kalian. Apakah kalian ingin menyiksa manusia dengan kemuliaan Allah. Demi Allah, jika kalian tidak berhenti berbuat demikian maka Allah pasti akan mengambil apa yang ada di tangan kalian, lalu Allah pasti memberikannya kepada umat lain.

Salmān lalu mengajari kami dan berkata: “Kerjakanlah shalat antara dua shalat ‘Isyā’, karena di antara kalian ada seseorang yang meringankan wiridnya, bahkan meninggalkannya, karena senda-gurau di awal malam itu memupus tekad untuk bangun di akhir malam.

Atsar ini juga diriwayatkan oleh Abū Isḥāq al-Mulā’ī dari ‘Alā’ dengan redaksi yang serupa.

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثنا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، ثَنَا يَزِيْدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، قَالَ: سَمِعْتُهُمْ يَذْكُرُوْنَ، أَنَّ حُذَيْفَةَ، قَالَ لِسَلْمَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، أَلَا أَبْنِيْ لَكَ بَيْتًا؟ قَالَ: فَكَرِهَ ذلِكَ قَالَ: «رُوَيْدَكَ حَتَّى أُخْبِرَكَ أَنِّيْ أَبْنِيْ لَكَ بَيْتًا إِذَا اضْطَجَعْتَ فِيْهِ، رَأْسُكَ مِنْ هذَا الْجَانِبِ وَ رِجْلَاكَ مِنَ الْجَانِبِ الْآخَرِ، وَ إِذَا قُمْتَ أَصَابَ رَأْسَكَ» قَالَ سَلْمَانُ: كَأَنَّكَ فِيْ نَفْسِيْ “

  1. Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yaḥyā bin Ādam menceritakan kepada kami, Yazīd bin ‘Abd-il-‘Azīz menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dia berkata: Aku mendengar mereka menyebutkan bahwa Ḥudzaifah berkata kepada Salmān r.a.: “Wahai Abū ‘Abdillāh! Tidakkah sebaiknya aku bangunkan sebuah rumah untukmu?” Salmān tampak tidak suka dengan tawaran Ḥudzaifah itu, tetapi dia berkata: “Sabar dulu sampai kuberitahu bahwa aku akan buatkan untukmu sebuah rumah yang apabila engkau berbaring maka kepalamu menyentuh sisi yang satu dan kedua kakimu menyentuh sisi yang lain. Sedangkan apabila kamu berdiri maka kepalamu menyentuh atapnya.” Salmān berkata: “Sepertinya kamu ada dalam hatiku.”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَالِمٍ، ثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، ثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِيْ ظَبْيَانَ، عَنْ جَرِيْرٍ، قَالَ: قَالَ سَلْمَانُ: يَا جَرِيْرُ، تَوَاضَعْ للهِ؛ فَإِنَّهُ مَنْ تَوَاضَعَ للهِ تَعَالَى فِي الدُّنْيَا رَفَعَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا جَرِيْرُ، هَلْ تَدْرِيْ مَا الظُّلُمَاتُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟» قُلْتُ: لَا أَدْرِيْ، قَالَ: «ظُلْمُ النَّاسِ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا»، قَالَ: ثُمَّ أَخَذَ عُوَيْدًا لَا أَكَادُ أَنْ أَرَاهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ، قَالَ: «يَا جَرِيْرُ، لَوْ طَلَبْتَ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَ هذَا الْعُوْدِ لَمْ تَجِدْهُ» قَالَ: قُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، فَأَيْنَ النَّخْلُ وَ الشَّجَرُ؟ قَالَ: «أُصُوْلُهَا اللُّؤْلُؤُ وَ الذَّهَبُ، وَ أَعْلَاهَا الثَّمَرُ» وَ رَوَاهُ جَرِيْرٌ، عَنْ قَابُوْسِ بْنِ أَبِيْ ظَبْيَانَ، عَنْ أَبِيْهِ، نَحْوَهُ

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Muḥammad bin Sālim menceritakan kepada kami, Hannād bin as-Sarī menceritakan kepada kami, Abū Mu‘āwiyah menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dari Abū Zhabyān, dari Jarīr, dia berkata: Salmān berkata: “Wahai Jarīr! Bersikap rendah dirilah kepada Allah di dunia, maka Allah akan meninggikannya pada Hari Kiamat. Wahai Jarīr, tahukah kamu kegelapan-kegelapan pada Hari Kiamat?” Aku menjawab: “Tidak tahu.” Dia berkata: “Kezhaliman di antara sesama manusia dia dunia.” Kemudian dia mengambil potongan kayu kecil yang nyaris tidak kulihat di antara jari-jarinya, lalu dia bertanya: “Wahai Jarīr! Seandainya kamu mencari potongan kayu seperti ini di surga, maka kamu tidak akan menemukannya.” Aku bertanya: “Wahai ‘Abdullāh, di manakah pohon kurma dan pohon-pohon yang lain?” Dia menjawab: “Akarnya menjadi mutiara dan emas, dan atasnya menjadi emas.

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا وَكِيْعٌ، ثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، أَنَّ سَلْمَانَ الْفَارِسِيَّ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: «أَكْثَرُ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ»

  1. Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Wakī‘ menceritakan kepada kami, al-A‘masy menceritakan kepada kami dari Syimr bin ‘Athiyyah, bahwa Salmān al-Fārisī r.a. berkata: “Manusia yang paling banyak dosanya pada Hari Kiamat adalah yang paling banyak bicara dalam maksiat kepada Allah.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ، ثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ الْبَغَوِيُّ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أَخْبَرَنَا زُهَيْرٌ، عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ، عَنْ حَارِثَةَ بْنِ مُضَرِّبٍ، قَالَ: قَالَ سَلْمَانُ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ: «إِنِّيْ لَأَعُدُّ عِرَاقَ الْقَدْرِ مَخَافَةَ أَنْ أَظُنَّ بِخَادِمِيْ» رَوَاهُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ، مِثْلَهُ

  1. Muḥammad bin ‘Alī menceritakan kepada kami, Abul-Qāsim al-Baghawī menceritakan kepada kami, ‘Alī bin Ja‘d menceritakan kepada kami, Zuhair mengabarkan kepada kami dari Abū Isḥāq, dari al-Ḥāritsah bin Mudharrib, dia berkata: Salmān r.a. berkata: “Sungguh, aku sendiri yang menyalakan api di tungku karena khawatir menyusahkan pelayanku.”

Atsar ini juga diriwayatkan oleh ats-Tsaurī dari Abū Isḥāq dengan redaksi yang sama.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، ثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ السَّرَّاجُ، ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ رَجُلٍ، مِنْ أَشْجَعَ قَالَ: “سَمِعَ النَّاسُ، بِالْمَدَائِنِ أَنَّ سَلْمَانَ، فِي الْمَسْجِدِ فَأَتَوْهُ فَجَعَلُوْا يَثُوْبُوْنَ إِلَيْهِ، حَتَّى اجْتَمَعَ إِلَيْهِ نَحْوٌ مِنْ أَلْفٍ، قَالَ: فَقَامَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: اِجْلِسُوْا اِجْلِسُوْا فَلَمَّا جَلَسُوْا فَتْحَ سُوْرَةَ يُوْسُفَ يَقْرَؤُهَا، فَجَعَلُوْا يَتَصَدَّعُوْنَ وَ يَذْهَبُوْنَ حَتَّى بَقِيَ فِيْ نَحْوٍ مِنْ مِائَةٍ، فَغَضِبَ وَ قَالَ: «الزُّخْرُفَ مِنَ الْقَوْلِ أَرَدْتُمْ، ثُمَّ قَرَأْتُ عَلَيْكُمْ كِتَابَ اللهِ فَذَهَبْتُمْ» كَذَا رَوَاهُ الثَّوْرِيُّ، عَنِ الْأَعْمَشِ، وَ قَالَ: «الزُّخْرُفَ تُرِيْدُوْنَ؟ آيَةً مِنْ سُوْرَةِ كَذَا، وَ آيَةً مِنْ سُوْرَةِ كَذَا»

  1. Ibrāhīm bin ‘Abdillāh menceritakan kepada kami, Abū ‘Abbās as-Sarrāj menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Jarīr menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dari ‘Ubaid bin Abī Ja‘d, dari seorang laki-laki dari Asyja‘, dia berkata: Orang-orang di Madā’in mendengar bahwa Salmān berada di masjid, lalu mereka menemuinya dan berdiri di sekelilingnya sehingga berkumpul sekitar seribu orang. Lalu dia berdiri dan berkata: “Duduklah, duduklah!” Ketika mereka telah duduk, Salmān membuka surah Yūsuf untuk dibaca. Namun sesudah itu mereka bubar dan pergi hingga hanya tersisa sekitar seratus orang. Salmān marah dan berkata: “Apakah kata-kata manis yang kalian inginkan? Aku bacakan Kitab Allah pada kalian lalu kalian pergi?

Demikianlah riwayat ats-Tsaurī dari al-A‘masy, tetapi dengan redaksi: “Apakah kata-kata manis yang kalian inginkan?” Surah yang dibaca Salmān adalah ayat sekian dari suatu surah.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى سَلْمَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ فَقَالَ: مَا أَحْسَنَ صَنِيْعَ النَّاسِ الْيَوْمَ، إِنِّيْ سَافَرْتُ فَوَاللهِ مَا أَنْزِلُ بِأَحَدٍ مِنْهُمْ إِلَّا كَمَا أَنْزِلُ عَلَى ابْنِ أَبِيْ، قَالَ: ثُمَّ قَالَ: مِنْ حُسْنِ صَنِيْعِهِمْ وَ لُطْفِهِمْ، قَالَ: «يَا ابْنَ أَخِيْ ذَاكَ طُرْفَةُ الْإِيْمَانِ، أَلَمْ تَرَ الدَّابَّةَ إِذَا حُمِلَ عَلَيْهَا حِمْلُهَا انْطَلَقَتْ بِهِ مُسْرِعَةً، وَ إِذَا تَطَاوَلَ بِهَا السَّيْرُ تَتَلَكَّأُ»

  1. Ibrāhīm bin ‘Abdillāh menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Jarīr menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dari ‘Amr bin Murrah, dari Abul-Bakhtarī, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Salmān r.a. lalu berkata: “Bagus sekali perilaku manusia hari ini. Demi Allah, saat bepergian, aku tidak singgah di tempat salah seorang di antara mereka, melainkan seperti aku singgah di tempat saudara kandungku.” Kemudian Salmān menceritakan sebagian dari perbuatan baik dan kesantunan mereka. Dia berkata: “Anak saudaraku! Itulah kilatan iman. Tidakkah kamu memperhatikan hewan? Jika dia dibebani suatu beban, maka dia akan berjalan cepat. Tetapi apabila dia telah berjalan jauh, maka dia menjadi lambat.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عِلَّانَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُوْنَ بْنِ بَدِيْنَا، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ، ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ، عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: «لِكُلِّ امْرِئٍ جَوَّانِيٌّ وَ بَرَّانِيٌّ، فَمَنْ يُصْلِحُ جَوَّانِيَّهُ يُصْلِحُ اللهُ بَرَّانِيَّهُ، وَ مَنْ يُفْسِدُ جَوَّانِيَّهُ يُفْسِدُ اللهُ بَرَّانِيَّهُ» رَوَاهُ الثَّوْرِيُّ وَ وَهْبٌ وَ خَالِدٌ، عَنْ عَطَاءٍ، مِثْلَهُ

  1. Al-Ḥasan bin ‘Ilān menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Hārūn bin Badīnā menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Shabbāḥ menceritakan kepada kami, Jarīr menceritakan kepada kami dari ‘Athā’ bin Sā‘ib, dari Abul-Bakhtarī, dari Salmān, dia berkata: “Setiap orang memiliki jawwānī (sisi dalam) dan barrānī (sisi luar). Barang siapa yang bagus sisi dalamnya, maka Allah akan membaguskan sisi luarnya, dan barang siapa yang rusak sisi dalamnya, maka Allah akan merusak sisi luarnya.”

Atsar ini juga diriwayatkan oleh ats-Tsaurī, Wahb dan Khālid dari ‘Athā’ dengan redaksi yang sama.

حَدَّثَنَا أَبُوْ أَحْمَدَ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الْجُرْجَانِيُّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ شِيْرَوَيْهِ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ، أَخْبَرَنَا جَرِيْرٌ، وَ أَبُوْ مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مَيْسَرَةَ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَلْمَانَ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: «دَخَلَ رَجُلٌ الْجَنَّةَ فِيْ ذُبَابٍ، وَ دَخَلَ آخَرُ النَّارَ فِيْ ذُبَابٍ»، قَالُوْا: وَ كَيْفَ ذَاكَ؟ قَالَ: “مَرَّ رَجُلَانِ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ عَلَى نَاسٍ مَعَهُمْ صَنَمٌ لَا يَمُرُّ بِهِمْ أَحَدٌ إِلَّا قَرَّبَ لِصَنَمِهِمْ، فَقَالُوْا لِأَحَدِهِمْ: قَرِّبْ شَيْئًا، قَالَ: مَا مَعِيْ شَيْءٌ، قَالُوْا: قَرِّبْ وَ لَوْ ذُبَابًا، فَقَرَّبَ ذُبَابًا وَ مَضَى فَدَخَلَ النَّارَ، وَ قَالُوْا لِلْآخَرِ: قَرِّبْ شَيْئًا، قَالَ: مَا كُنْتُ لِأُقَرِّبَ لِأَحَدٍ دُوْنَ اللهِ فَقَتَلُوْهُ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ “رَوَاهُ شُعْبَةُ، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَارِقٍ مِثْلَهُ وَ رَوَاهُ جَرِيْرٌ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ حَيَّانَ بْنِ [ص: 204] مَرْثَدٍ، عَنْ سَلْمَانَ نَحْوَهُ

  1. Abū Aḥmad Muḥammad bin Aḥmad al-Jurjānī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Syīrawaih menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Rāhawaih menceritakan kepada kami, Jarīr dari Abū Mu‘āwiyah menceritakan kepada kami dari al-A‘masy, dari Sulaimān bin Maisarah, dari Thāriq bin Syihāb, dari Salmān r.a., dia berkata: “Ada seorang yang masuk surga gara-gara lalat, dan ada orang lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Keduanya (Jarīr dan Abū Mu‘āwiyah) bertanya: “Bagaimana itu terjadi?” Salmān menjawab: “Ada dua orang sebelum kalian yang melewati banyak orang yang sedang menyembah berhala mereka. Setiap orang yang melewati mereka, maka dia harus berkurban untuk berhala mereka. Mereka berkata kepada salah satu dari dua orang itu: “Berkurbanlah sesuatu.” Dia menjawab: “Aku tidak membawa apa-apa.” Mereka bertanya: “Berkurbanlah meskipun berupa seekor lalat.” Dia pun berkurban seekor lalat, lalu dia pergi dan akhirnya masuk neraka. Merekalah berkata kepada yang lain: “Berkurbanlah sesuatu!” Dia menjawab: “Aku tidak akan berkurban untuk seseorang selain kepada Allah.” Mereka membunuhnya, dan dia pun masuk surga.”

Atsar ini juga diriwayatkan oleh Syu‘bah dari Qais bin Muslim, dari Thāriq dengan redaksi yang serupa; Jarīr dari Manshūr, dari Minhāl bin ‘Amr, dari Ḥayyān bin Martsad, dari Salmān, dengan redaksi yang serupa.

حَدَّثَنَا أَبُوْ أَحْمَدَ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ شِيْرَوَيْهِ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ، أَخْبَرَنَا جَرِيْرٌ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيْ عُثْمَانَ، عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: «لَوْ بَاتَ رَجُلٌ يُعْطِي الْبِيْضَ الْقِيَانَ، وَ بَاتَ آخَرُ يَتْلُوْ كِتَابَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى». قَالَ سُلَيْمَانُ: كَأَنَّهُ يَرَى أَنَّ الَّذِيْ يَذْكُرُ اللهَ أَفْضَلُ “رَوَاهُ يَحْيَى الْقَطَّانُ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ قَالَ: لَوْ بَاتَ رَجُلٌ يُطَاعِنُ الْأَقْرَانَ لَكَانَ الذَّاكِرُ التَّالِيْ أَفْضَلَ حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ ثنا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ ثنا يَحْيَى الْقَطَّانُ بِهِ

  1. Abū Aḥmad Muḥammad bin Aḥmad menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Syīrawaih menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Rāhawaih menceritakan kepada kami, Jarīr mengabarkan kepada kami dari Sulaimān at-Taimī, dari Abū ‘Utsmān, dari Salmān, dia berkata: “Seandainya seseorang pada malam hari mendatangi budak perempuan yang bernyanyi, dan seandainya seseorang yang lain membaca Kitab Allah dan berdzikir kepada Allah….” Sulaimān berkata: “Sepertinya yang dimaksud Salmān adalah orang yang berdzikir kepada Allah itu lebih utama.”

Atsar ini juga diriwayatkan oleh Yaḥyā al-Qaththān dari Sulaimān at-Taimī, dia berkata: “Orang yang pada waktu malam membaca al-Qur’ān dan berdzikir, maka itu lebih utama daripada orang yang berbincang-bincang dengan teman sejawatnya.”

حَدَّثَنَا أَبُوْ مُحَمَّدِ بْنُ حَيَّانَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَارُودُ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سَعِيْدٍ الْكِنْدِيُّ، ثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ، وَ أَبُوْ يَحْيَى التَّيْمِيُّ، قَالَا: عَنْ لَيْثٍ، عَنْ عُثْمَانَ، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ سَلْمَانَ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَرَادَ بِعَبْدٍ شَرًّا أَوْ هَلَكَةً نَزَعَ مِنْهُ الْحَيَاءَ، فَلَمْ تَلْقَهُ إِلَّا مَقِيْتًا مُمَقَّتًا، فَإِذَا كَانَ مَقِيْتًا مُمَقَّتًا نُزِعَتْ مِنْهُ الرَّحْمَةُ فَلَمْ تَلْقَهُ إِلَّا فَظًّا غَلِيْظًا، فَإِذَا كَانَ كَذلِكَ نُزِعَتْ مِنْهُ الْأَمَانَةُ فَلَمْ تَلْقَهُ إِلَّا خَائِنًا مُخَوَّنًا، فَإِذَا كَانَ كَذلِكَ نُزِعَتْ رِبْقَةُ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ فَكَانَ لَعِينًا مُلَعَّنًا»

  1. Abū Muḥammad bin Ḥayyān menceritakan kepada kami, Aḥmad bin ‘Alī al-Jārūd menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Sa‘īd al-Kindī menceritakan kepada kami, Ḥafsh bin Ghiyāts dan Abū Yaḥyā at-Taimī menceritakan kepada kami: dari Laits, dari ‘Utsmān, dari Zadzān, dari Salmān r.a., dia berkata: “Sesungguhnya apabila Allah menghendaki suatu keburukan atau kebinasaan bagi seorang hamba, maka Allah mencabut rasa malu darinya sehingga kamu tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan benci dan marah kepadanya. Apabila dia telah dibenci dan dimarahi, maka dicabutlah rahmat darinya, sehingga engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan keras dan kasar. Apabila demikian, maka dicabutkan darinya sifat amanah sehingga engkau tidak menjumpainya kecuali sebagai pengkhianat dan dikhianati. Apabila demikian, maka kalung Islam dicabut dari lehernya sehingga dia menjadi terlaknat.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، ثَنَا أَبُوْ يَحْيَى عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الرَّازِيُّ، ثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، ثَنَا وَكِيْعٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ سَلْمِ بْنِ عَطِيَّةَ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: دَخَلَ سَلْمَانُ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ عَلَى رَجُلٍ يَعُوْدُهُ وَ هُوَ فِي النَّزْعِ فَقَالَ: أَيُّهَا الْمَلِكُ ارْفُقْ بِهِ، قَالَ: يَقُوْلُ الرَّجُلُ: إِنَّهُ يَقُوْلُ: «إِنِّيْ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ رَفِيْقٌ»

  1. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, ‘Abd-ur-Raḥmān bin Muḥammad ar-Rāzī menceritakan kepada kami, Hannād bin as-Sarī menceritakan kepada kami, Wakī‘ menceritakan kepada kami dari Muḥammad bin Qais, dari Salm bin ‘Athiyyah al-Asadī, dia berkata: Salmān r.a. menjenguk seseorang yang sedang sekarat, lalu dia berkata: “Wahai malaikat, berbelas-kasihlah kepadanya.” Laki-laki itu berkata: “Sesungguhnya malaikat itu berkata: “Aku hanya berbelas-kasih kepada orang mu’min”.”

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ زُهَيْرٍ، ثَنَا أَبُوْ إِسْحَاقَ، عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ، قَالَ: سَأَلْنَا سَلْمَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ، عَنْ عَمَلٍ نَعْمَلُهُ، فَقَالَ: «تُفْشِي السَّلَامَ، وَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَ تُصَلِّي وَ النَّاسُ نِيَامٌ»

  1. Abū Bakar bin Mālik menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yaḥyā bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, dari Zuhair, Abū Isḥāq menceritakan kepada kami dari Aus bin Dham‘aj, dia berkata: Kami bertanya kepada Salmān r.a. tentang amal yang sebaiknya kami lakukan, lalu dia menjawab: “Sebarkanlah salam, berilah makan, dan shalatlah saat manusia tidur.”

حَدَّثَنَا أَبُوْ مُحَمَّدِ بْنُ شُعَيْبٍ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْبَغَوِيِّ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ التَّيْمِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيْ عُثْمَانَ، عَنْ سَلْمَانَ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: ” مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَكُوْنُ بِقِيٍّ مِنَ الْأَرْضِ فَيَتَوَضَّأُ أَوْ يَتَيَمَّمَ ثُمَّ يُؤَذِّنُ وَ يُقِيْمُ إِلَّا أَمَّ جُنُوْدًا مِنَ [ص: 205] الْمَلَائِكَةِ لَا يَرَى طَرَفَهُمْ – أَوْ قَالَ: لَا يَرَى طَرَفَاهُمْ “

  1. Abū Muḥammad bin Syu‘aib menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Muḥammad al-Baghawī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Muḥammad at-Taimī menceritakan kepada kami, Ḥammād bin Salamah menceritakan kepada kami dari Sulaimān at-Taimī, dari Abū ‘Utsmān, dari Salmān r.a., dia berkata: “Tidaklah seorang muslim di suatu tempat terasing di bumi, lalu dia wudhu’ atau tayammum, lalu dia adzan dan iqamat, melainkan dia telah mengimami satu pasukan malaikat yang tidak terlihat ujung mereka – atau dia berkata: tidak terlihat kedua ujung mereka – .”
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.