BAB III
ĪMĀN KEPADA MALAIKAT
مَسْئَلَةٌ إِذَا قِيْلَ لَكَ:
كَيْفَ تُؤْمِنُ بِالْمَلَائِكَةِ؟
فَالْجَوَابُ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ أَصْنَافٌ فَمِنْهُمْ حَمَلَةُ الْعَرْشِ وَ مِنْهُمْ حَافُّوْنَ وَ مِنْهُمْ رُوْحَانِيُّوْنَ وَ مِنْهُمْ كُرُوْبِيُّوْنَ وَ مِنْهُمْ سَفَرَةٌ أَيْ جِبْرِيْلٌ وَ مِيْكَائِيْلُ وَ إِسْرَافِيْلُ وَ عِزْرَائِيْلُ وَ مِنْهُمْ حَفَظَةٌ وَ مِنْهُمْ كَتَبَةٌ وَ كُلُّهُمْ مَخْلُوْقُوْنَ عَبِيْدَ اللهِ لَا يُوْصَفُوْنَ بِذُكُوْرَةٍ وَ لَا بِأُنُوْثَةٍ وَ لَيْسَ لَهُمْ شَهْوَةٌ وَ لَا نَفْسٌ وَ لَا أَبٌ وَ لَا أُمٌّ وَ لَا يَشْرَبُوْنَ وَ لَا يَأْكُلُوْنَ وَ لَا يَعْصُوْنَ اللهَ مَا آمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ وَ مُحَبَّتُهُمْ شَرْطُ الْإِيْمَانِ وَ يُغْضُهُمْ كُفْرٌ.
S: “Apabila ditanyakan kepada engkau: “Bagaimana anda berīmān kepada malaikat?”
J: “Malaikat itu bermacam-macam keadaan, tugas dan bentuknya, di antara mereka adalah malaikat Ḥamalat-ul-‘Arsy, Malaikat Ḥaffūn, Ruḥāniyyūn, Karūbiyyūn, Malaikat Safarah (duta) yaitu: Jibrīl, Mīkā’īl, Isrāfīl, dan ‘Izrā’īl; Malaikat Ḥafazhah dan Malaikat Katabah. Para malaikat itu adalah makhluk yang mengabdi kepada Allah, tidak laki-laki dan tidak perempuan, tidak memiliki syahwat atau nafsu, tidak memiliki ayah dan ibu, tidak makan dan tidak minum, tidak pernah membangkang kepada Allah dalam menjalankan tugas yang diperintahkan kepadanya dan selalu mengiyakan apa yang diperintahkan. Mengimani para malaikat adalah syarat sahnya īmān seseorang, sedangkan membenci mereka adalah suatu kekufuran.”
Malaikat itu banyak sekali jumlahnya, hanya Allah-lah yang mengetahuinya, mereka itu bermacam-macam keadaan, tugas dan bentuknya, di antara Malaikat itu ada yang disebut:
وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ. (الحاقة: 17).
“Dan pada hari itu terdapat delapan Malaikat pemikul ‘arsy Tuhanmu.” (QS. al-Ḥāqqah: 17).
Semuanya seperti bentuk kambing gunung yang jarak antara kuku dan lututnya sebanyak perjalanan tujuh puluh tahun oleh burung yang tercepat terbangnya.
Adapun ‘Arsy, menurut suatu keterangan berupa permata berwarna hijau, luar biasa besarnya, dia merupakan makhluk yang paling besar, setiap hari dihiasi dengan seribu warna cahaya, tak seorangpun makhluk Allah dapat melihatnya dan apapun makhluk yang diletakkan di sana tampak seperti benda kecil di sebuah sahara yang membentang luas. Disebutkan pula, bahwa ‘Arsy itu menjadi qiblat penduduk langit, sebagaimana Ka‘bah menjadi qiblat penduduk bumi.
Imām Wahhāb bin Munabbih berkata: Sesungguhnya di sekeliling ‘arsy terdapat tujuh puluh ribu barisan malaikat yang bershaf-shaf mengintari ‘Arsy jika sebagian menghadap maka sebagian lainnya membaca tahlil dan sebagian membaca takbir. Di belakang 70.000 barisan malaikat itu terdapat 70.000 barisan malaikat yang sama berdiri, tangannya dikalungkan pada lehernya dan diletakkan pada pundak-pundak mereka. Apabila mereka mendengar bacaan takbir dan tahlil para malaikat yang sedang thawaf tadi dengan mengeraskan suaranya, maka mereka mengucapkan:
سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ مَا أَعْظَمَكَ وَ أَحْلَمَكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلهَ غَيْرُكَ، أَنْتَ الْأَكْبَرُ، وَ الْخَلْقُ كُلُّهُمْ لَكَ رَاجِعُوْنَ.
“Maha Suci Engkau dan segala puji untuk-Mu, ya Allah, betapa Agung dan Mulia Engkau, Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan selain Engkau, Engkau Maha Besar dan kepada-Mu seluruh malaikat kembali.”
Allah s.w.t. berfirman:
وَ تَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّيْنَ حَوْلَ الْعَرْشِ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّكَ.
“Dan kamu (Muḥammad) akan melihat malaikat-malaikat berbaris melingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih memuji Tuhan-Nya.”
Di belakang seluruh bagian Malaikat tersebut ada lagi seratus ribu barisan malaikat dengan tangan bersedekap (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri) yang tiap-tiap mereka membaca tasbih yang berbeda-beda. Malaikat-malaikat itu memiliki sayap, dan jarak antara sayap satu dengan sayap lainnya selebar perjalanan delapan ratus tahun, dan jarak antara daun telinga dan pundaknya selebar perjalanan yang menghabiskan masa selama empat ratus tahun. Allah ta‘ālā membuat tabir antara para malaikat yang berada di kanan kiri ‘Arsy itu dengan tujuh puluh tabir dari cahaya, tujuh puluh tabir dari gelap, 70 tabir dari intan putih, 70 tabir dari air, dan 70 tabir dari kesejukan, yang hanya diketahui oleh Allah.
Kata Safarah adalah bentuk jama‘ dari kata Safīr berarti utusan, bukan jama‘ dari kata Sāfir yang berarti pencatat. Ini jelas, karena pengarang telah menjelaskan langsung dengan menyebut empat malaikat yaitu: Jibrīl, Mīkā’īl, Isrāfīl dan ‘Izrā’īl.
Jibrīl bertugas mendatangi para Nabi, Mīkā’īl bertugas mengurus hujan, Isrāfīl bertugas meniup sangkakala. Tiupan pertama untuk kematian seluruh makhluk dan tiupan kedua untuk kehidupan kembali seluruh makhluk, yakni kembalinya ruh pada jasad-jasadnya. ‘Izrā’īl bertugas mencabut nyawa. Apabila seorang hamba telah sampai ajalnya, maka Allah memerintahkan malaikat juru pati untuk mencabut nyawa seorang hamba. Malaikat juru pati mempunyai para pembantu malaikat yang diperintah untuk mencabut nyawa seorang hamba dari tubuhnya. Jika nyawa telah sampai kerongkongan lalu dikerjakan sendiri oleh malaikat juru pati. Keluarnya nyawa melalui ubun-ubun sebagaimana masuknya nyawa juga melalui ubun-ubun. Adapun terbukanya mulut seseorang yang kedatangan maut sewaktu akan keluarnya nyawa ada yang mengatakan adalah karena gawatnya apa yang dilihat ketika itu.
Imām al-Khālidī berkata:
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ (ر) سَأَلَ النَّبِيَّ (ص): كَمْ مِنْ مَلَكٍ عَلَى الْإِنْسَانِ؟ فَقَالَ: عِشْرُوْنَ مَلَكًا. مِنْهُمْ مَلَكٌ عَنْ يَمِيْنِكَ عَلَى حَسَنَاتِكَ وَ هُوَ أَمِيْنٌ عَلَى الَّذِيْ عَنْ يَسَاركَ، فَإِذَا عَمِلْتَ حَسَنَةً كُتِبَتْ عَشْرًا وَ إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً قَالَ الَّذِيْ عَلَى الشِّمَالِ لِلَّذِيْ عَلَى الْيَمِيْنِ أَاَكْتُبُ؟ فَيَقُوْلُ دَعْهُ سَبْعَ سَاعَاتٍ لَعَلَّهُ يَتُوْبُ. فَإِذَا لَمْ يَتُبْ قَالَ: نَعَمْ اُكْتُبْ، أَرَاحَنَا اللهُ مِنْهُ. فَاسْمُ الْمَلَكِ الَّذِيْ عَلَى الْيَمِيْنِ رَقِيْبٌ وَ هُوَ الَّذِيْ يَكْتُبُ الْحَسَنَاتِ، وَ اسْمُ الْمَلَكِ الَّذِيْ عَلَى الشِّمَالِ عَتِيْدٌ وَ هُوَ الَّذِيْ يَكْتُبُ السَّيِّئَاتِ، وَ مَلَكَانِ بَيْنَ يَدَيْكَ وَ مِنْ خَلْفِكَ، وَ مَلَكٌ قَابِضٌ عَلَى نَاصِيَتِكَ إِذَا تَوَاضَعْتَ للهِ تَعَالَى رَفَعَكَ وَ إِذَا تَجَبَّرْتَ عَلَى اللهِ قَصَمَكَ، وَ مَلَكَانِ عَلَى شَفَتَيْكَ لَيْسَ يَحْفَظَانِ عَلَيْكَ إِلَّا الصَّلَاةَ عَلَى النَّبِيِّ (ص). وَ مَلَكٌ عَلَى فِيْكَ لَا يَدَعُ الْحَيَّةَ أَيِ الْهَوَامُّ تَدْخُلُ فِيْ فِيْكَ وَ مَلَكَانِ عَلَى عَيْنَيْكَ وَ يُقَالُ: إِنَّ اسْمَهُمَا شَوْبَةٌ. فَهؤُلَاءِ عَشْرَةٌ عَلَى كُلِّ آدَمِيٍّ فَتَنْزِلُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ عَلَى مَلَائِكَةِ النَّهَارِ فَهؤُلَاءِ عِشْرُوْنَ مَلَكًا عَلَى كُلِّ آدَمِيٍّ.
“Sesungguhnya ‘Utsmān bin ‘Affān r.a. pernah bertanya kepada Nabi s.a.w.: “Berapakah jumlah malaikat pada setiap orang?” Beliau menjawab: “Dua puluh malaikat, seorang malaikat di samping kananmu yang bertugas mencatat kebaikan-kebaikan, apabila kamu melakukan satu kebaikan, maka dicatat sepuluh kali kebaikan, malaikat di sebelah kanan ini mempunyai kuasa atas malaikat yang disebelah kiri. Seorang malaikat di sebelah kirimu, apabila kamu melakukan hal yang tidak baik, maka ia berkata kepada malaikat di sebelah kananmu: “Apakah saya segera mencatatnya?” malaikat di sebelah kanan itu berkata: “Biarkanlah dulu sampai tujuh jam lagi barang kali ia bertaubat. Apabila dalam tujuh jam tidak bertaubat, maka catatlah perbuatan buruknya itu. Malaikat pencatat di sebelah kanan itu disebut Raqīb sedangkan di sebelah kiri disebut ‘Atīd. Dua malaikat di depan dan dibelakanganmu, seorang malaikat memegang kepalamu, jika engkau merunduk (tawādhu‘) karena Allah, maka ia mengangkatmu. Jika kamu menyombongkan diri kepada Allah, maka ia akan merusak kamu dengan merusak agamamu. Dua malaikat pada kedua bibir kamu, keduanya tidak menjaga kamu melainkan kamu membaca shalawat atas Nabi s.a.w. Seorang malaikat yang menjaga mulutmu, sehingga ular dan serangga tidak akan masuk pada mulutmu. Dua malaikat lagi yang menjaga matamu. Ada yang mengatakan namanya adalah malaikat Syaubah. Semuanya itu berjumlah sepuluh malaikat untuk menjaga setiap manusia. Kemudian para malaikat yang bertugas malam hari turun untuk menggantikan para malaikat yang bertugas siang hari. Jadi seluruhnya berjumlah dua puluh.”
Allah s.w.t. berfirman:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ. (الرعد: 11).
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. ar-Ra‘d: 11).
Allah s.w.t. berfirman:
وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ. كِرَامًا كَاتِبِيْنَ. يَعْلَمُوْنَ تَفْعَلُوْنَ. (الانفطار: 10-12).
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasinya yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat (pekerjaan), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Infithār: 10-12).
Kata Ḥamalah adalah jama‘ dari kata Ḥāmil artinya pemikul. Kata Safarah jama‘ dari kata Safīr artinya utusan/duta. Kata Katabah jama‘ dari kata Kātib artinya pencatat.
Semua malaikat itu makhluk Allah s.w.t. tidak berjenis laki-laki dan tidak pula berjenis perempuan.
Barang siapa yang beri‘tiqad bahwa malaikat itu perempuan atau banci dia adalah kāfir berdasarkan kesepakatan ‘Ulamā’. Siapa yang beri‘tiqad kalau malaikat itu laki-laki dia adalah fāsiq. Malaikat juga tidak mempunyai syahwat dan nafsu.
Nafsu itu ada tujuh tingkatan, yaitu:
Tempatnya di dada, pendukungnya berupa sifat bakhil (kikir), thama‘, hasud (dengki), kebodohan, sombong, syahwat, dan marah.
Tempatnya di hati di bawah tetek sebelah kiri dengan ukuran kurang lebih 2 cm, pendukungnya adalah sifat suka mengecam, bersenang-senang, menipu (makar), ‘ujub (mengagumi diri sendiri), ghībah (membahas ‘aib orang lain), riyā’ (suka pamer), berbuat zhālim, bohong dan lengah.
Tempatnya adalah ruh, di bawah tetek sebelah kanan dengan ukuran kurang lebih 2 cm pendukungnya adalah sifat derma, selalu puas dengan pemberian Allah, santun sabar dan menahan diri.
Tempatnya adalah tengah-tengah di sebelah tetek bagian kiri, kira-kira setebal dua jari ke arah dada, pendukungannya adalah sifat derma, tawakkal, ibadah, syukur, ridha dan takut.
Tempatnya adalah bagian dalam tubuh, pendukungnya adalah sifat murah hati, zuhud, ikhlas, wara‘, suka riyādhah dan terpercaya dalam memenuhi tanggungjawab/janji.
Tempatnya adalah di samping tetek bagian kanan, kira-kira berjarak setebal dua jari ke arah tengah bagian dada, pendukungnya adalah moral baik, mengabaikan hal-hal selain Allah, lemah-lembut dengan sesama makhluk, mendorong orang-orang berbuat baik, suka memaafkan orang lain, bekerja keras, memberi bimbingan kepada mereka agar bebas dari pengaruh jahat tabiatnya yang gelap.
Tempatnya di tengah-tengah dada, pendukungnya adalah ‘ilm-ul-yaqīn, ‘ain-ul-yaqīn, dan ḥaqq-ul-yaqīn.
Para malaikat tidak berbapak dan tidak beribu, karena malaikat adalah jisim dari cahaya pada umumnya. Terkadang malaikat itu terjadi dari tetesan air Jibrīl, setelah Jibrīl mandi dari sungai di bawah ‘Arsy.
Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَ خُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَ خُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ.
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jinn diciptakan dari nyala api, Ādam diciptakan dari bahan yang telah diterangkan kepadamu (tanah).” (HR. Muslim).
Ada juga Malaikat-malaikat yang diciptakan dari tetesan air yang menetes dari Malaikat Jibrīl setelah ia mandi di suatu sungai di bawah ‘arsy dan para malaikat itu mampu menjelma dengan berbagai bentuk.
Para malaikat itu tidak makan, tidak minum dan juga tidak tidur. Allah s.w.t. berfirman:
يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَ النَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ. (الأنبياء: 20).
“Mereka selalu bertasbih pada waktu malam hari dan pada siang hari tanpa henti-hentinya.” (QS. al-Anbiyā’: 20).
Ayat ini menunjukkan bahwa malaikat itu tidak tidur.
Para Malaikat itu tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengiyakan apa yang diperintahkan. Allah s.w.t. berfirman:
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. (النحل: 50).
“Mereka (Malaikat-malaikat) takut kepada Tuhannya mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. an-Naḥl: 50).
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ، لَا يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَ هُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ. (الأنبياء: 26-27).
“Sebenarnya (malaikat-malaikat) itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (QS. al-Anbiyā’: 26-27).
Maksudnya bahwa para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mulia, kecuali mereka terpelihara dari maksiat, tidak pernah mendahului Allah dengan perkataan, mereka melakukan segala yang diperintahkan oleh Allah. Hal ini karena malaikat sangat memperhatikan Allah. Mereka mengumpulkan ketaatan dengan ucapan dan perbuatan. Dengan demikian maka malaikat sangat taat kepada Allah Ta‘ālā.
Menyukai Malaikat dalam hati merupakan syarat sahnya īmān dan membenci mereka merupakan suatu kekāfiran. Allah s.w.t. berfirman:
كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَ مَلَائِكَتِه وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ. (البقرة: 285).
“Semuanya (Rasūl dan orang-orang yang berīmān) berīmān kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasūl-rasūlNya.” (QS. al-Baqarah: 285).
وَ مَنْ يَكْفُرْ بِاللهِ وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيْدًا. (النساء: 136).
“Barang siapa yang kāfir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasūl-rasūlNya dan hari kiamat, maka ia pun telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisā’: 136).
مَنْ كَانَ عَدُوًّا للهِ وَ مَلَائِكَتِهِ وَ رُسُلِهِ وَ جِبْرِيْلَ وَ مِيْكَالَ فَإِنَّ اللهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِيْنَ. (البقرة 98).
“Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikatNya, rasūl-rasūlNya, Jibrīl dan Mīkāl (Mīkā’īl), maka sesungguhnya Allah menjadi musuh orang-orang yang kāfir.” (QS. al-Baqarah: 96).