BAB TIGA
TUMBUHAN
(Bagian 1 dari 2)
RENUNGKANLAH tumbuhan dan manfaat yang kita peroleh darinya: tanaman pangan untuk makanan, jerami untuk makanan ternak, batang kayu untuk bahan bakar, dan kayu untuk segala macam kerja pertukangan. Kulit dan daun, bunga dan tangkai, dahan dan damar memiliki berbagai manfaat tersendiri. Pikirkanlah, betapa repotnya jika semua tanaman pangan menumpuk diatas tanah, dan bukannya menggantung di dahan dan tangkai tumbuhan. Apakah kualitasnya akan bagus jika hasil panen itu berada di atas tanah? Ada manfaat dan kebijaksanaan besar dalam susunan seperti ini: manfaat besar bahan bakar, dedaunan, dan jerami akan hilang jika semuanya ada di atas tanah. Kemudian, ada pula kenikmatan dalam mengamati tumbuhan dan kesegarannya, suatu pengalaman yang tak terbandingkan dengan segala hiburan dan pemandangan di dunia. Mahatinggi Dia yang menciptakan segala sesuatu sesempurna mungkin!
PRODUKSI YANG BERLIMPAH
Renungkanlah lebih jauh anugerah yang diberikan tanah, di mana satu bulir padi bisa menghasilkan kurang lebih 100 butir, padahal bisa saja diciptakan satu bulir padi itu hanya menghasilkan satu butir pula. Mengapa bulir padi itu dibuat begitu berlimpah, kalau bukan karena sebagian berguguran di tanah dan sebagian lagi untuk makanan petani dan orang lain? Tahukah Anda bahwa ketika seorang raja ingin menghuni sepetak tanah, dia akan memberikan rakyatnya bibit untuk disemai dan memberi makan mereka hingga masa panen tiba? Renungkanlah, semua ini adalah rancangan Sang Pencipta Bijaksana, yang membuat tumbuhan menghasilkan tanaman berlimpah ruah demi kebutuhan pangan. Hal yang sama juga berlaku pada penciptaan pohon dan pohon kelapa. Anda akan menemukan setiap akar itu memiliki banyak anak pohon. Mengapa dibuat demikian kalau bukan supaya sebagian bisa dipotong dan digunakan manusia, dan sebagian lagi dibiarkan supaya pohon bisa terus tumbuh? Jika setiap akar itu dibuat tunggal tanpa menghasilkan anak pohon atau tanaman pangan, tidak mungkinlah untuk memotong dan menggunakannya, atau tidak mungkin untuk melakukan penanaman kembali. Jika hama menyerangnya, tumbuhan itupun akan mati.
PERLINDUNGAN BIBIT
Renungkanlah tumbuhan, bibit miju-miju, kacang, dan tumbuhan serupa. Tumbuhan itu tumbuh dalam satu selubung semacam kantong, yang fungsinya sebagai pelindung dari hama sampai tumbuhan itu kuat. Hal ini bisa disamakan dengan kantung urine di sekitar janin, yang juga berfungsi sebagai pelindung. Sedangkan gandum dan biji-bijian serupa tumbuh berderet dalam kulit ari yang pucuknya berduri, bagaikan mata tombak, sebagai pelindung dari burung. Jika Anda berkata, “Tapi burung tetap saja bisa mengambil biji-bijian ini.” Saya akan berkata, “Memang, Burung juga diciptakan oleh Tuhan, dan Dia telah memberikan hasil bumi kepada burung; tapi biji-bijian itu terlindung sedemikian rupa, sehingga biji-bijian itu tidak hancur total dan tanaman pangan pun terselamatkan.” Jika tanaman pangan itu terbuka, burung akan menyerbunya dengan ganas dan mereka bisa saja kekenyangan lalu mati. Dan sang petani pun tidak akan meraup hasil dari kerja cocok tanamnya. Kulit-kulit ari itu dibuat sedemikian rupa supaya burung itu hanya mengambil secukupnya untuk makan, dan menyisakan porsi besar buat manusia; manusia lebih layak mendapatkan porsi besar karena dialah yang menyemai dan menyirami tumbuhan itu, dan manusia juga lebih memerlukannya dibandingkan burung.
POHON
Pikirkanlah kebijaksanaan dalam menciptakan pohon dan berbagai tumbuhan. Seperti binatang, tumbuhan perlu pasokan tetap makanan. Tapi, karena tumbuhan tidak memiliki mulut seperti binatang, dan tidak memiliki kemampuan untuk bergerak, akar tumbuhan terhujam dalam tanah untuk menyerap pasokan gizi dari sana, untuk kemudian dikirimkan ke dahan, daun dan buah. Jadi, tanah bagaikan ibu bagi biji-bijian. Akar bagaikan mulut yang terkait dengan tanah untuk mengambil makanan sebagaimana anak binatang menyusu dari ibunya.
Perhatikanlah bagaimana pasak-pasak yang menyokong tenda besar dan kecil itu dikaitkan oleh tali-tali dari berbagai sisi, sehingga pasak itu bisa tetap tegak dan tidak roboh. Anda pun akan menemukan hal serupa bahwa semua tumbuhan memiliki akar yang tersebar di dalam tanah, yang menghujam ke berbagai arah, agar tumbuhan itu tegak berdiri. Jika tidak demikian, bagaimana bisa pohon kelapa yang tinggi dan pohon tinggi lainnya tetap kokok ketika diamuk badai?
Pikirkanlah bagaimana seni penciptaan itu lebih dahulu ada dibandingkan seni buatan. Seni buatan untuk menopang tenda datang terkemudian, karena pohon-pohon diciptakan terlebih dahulu. Dan pasak-pasak buat tenda semuanya terbuat dari pohon. Orang-orang zaman dahulu sebetulnya berbicara jujur ketika mengatakan bahwa seni itu meniru alam.
DAUN, UMBI DAN BIJI
Pikirkanlah bagaimana daun itu dicipta. Anda akan menemukan setiap daun memiliki semacam urat yang tersebar. Ada yang tebal, membujur sejajar, dan menyilangi daun. Ada juga yang sedang menyinggung urat yang tebal dan semuanya saling menjalin membentuk pola yang mengagumkan. Jika seseorang membikin selembar daun pohon, hal itu tidak akan bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun! Lagi pula, manusia tidak perlu bersusah payah mengerahkan perkakas, keahlian atau tenaga, karena dalam beberapa hari di musim semi, Anda akan mendapati daun-daun tumbuh begitu banyak hingga menutupi gunung, lembah dan seluruh tanah. Dan ini hanya bisa terjadi karena kehendak Tuhan yang menjadi penggerak segala sesuatu!
Simaklah alasan adanya urat-urat ini. Urat-urat daun ini dijadikan tersebar sepanjang daun untuk menyediakan air dan mengangkut sari makanan. Hal ini serupa dengan urat manusia yang tersebar di sekujur tubuh., berfungsi sebagai pengangkut sari makanan ke seluruh tubuh. Satu hal lain tentang urat-urat besar – urat-urat yang tebal – adalah memperkuat daun, sehingga tak mudah berlubang atau robek. Sehelai daun jelas mirip dengan layangan yang dibuat dari perca-perca kain oleh para tukang, kemudian batang kayu diposisikan memanjang dan melebar supaya perca kain itu kuat. Meskipun kami menggunakan contoh dari satu karya keterampilan untuk menjelaskan alam, alam-lah yang sebetulnya lebih dulu muncul.
Renungkanlah umbi dan biji serta kebijaksanaan yang ada di dalamnya. Keduanya ada di dalam buah dan berfungsi untuk penanaman alami di kala tidak ada yang menanamnya. Hal ini serupa dengan kita menyimpan barang-barang berharga yang sangat kita butuhkan di banyak tempat. Jika terjadi sesuatu pada barang-barang itu, kita masih punya persediaan barang di tempat lain. Selain itu, karena tekstur kerasnya, umbi mendukung kelembaban buah, sehingga buah tidak akan pecah, jatuh, atau busuk. Beberapa biji adalah kacang yang bisa dimakan atau bisa menghasilkan minyak.
Karena Anda telah melihat kebijaksanaan dalam umbi dan biji, marilah kita beralih pada makanan yang melapisi umbi dan biji itu. Contohnya adalah kurma yang melapisi biji, dan buah anggur. Mengapa kurma dan anggur bentuknya demikian, padahal bisa saja keduanya diciptakan keras dan sulit dimakan seperti siprus, tamarisk, dan pohon-pohon lain? Untuk apa kurma dan anggur diciptakan begitu bergizi dan lezat, kalau bukan untuk kenikmatan umat manusia, binatang dan hama.