028-066 Buku 1 – Matan al-‘Aqidah ath-Thahawiyah (Matan Aswaja – Catatan Wahhabi – SH.) – Terjemahan Matan 4 Kitab Akidah Aswaja

TERJEMAH MATAN
EMPAT KITAB AKIDAH
AHL-US-SUNNAH WAL-JAMĀ‘AH

Penulis:
Al-‘AQĪDAH ATH-THAḤĀWĪ

Penulis: Al-Imām Abū Ja‘far ath-Thaḥāwī
(Matan Aswaja – Catatan Wahhabi – SH.)

AL-‘AQĪDAH AL-WĀSITHIYYAH
Penulis: Syaikh-ul-Islām Ibnu Taimiyyah

(Matan Salafi (Aqidah al-Qur’an dan Sunnah) – SH.)

AL-USHŪL ATS-TSALĀTSAH
Penulis: Al-Imām Muḥammad Bin ‘Abd-il-Wahhāb

(Matan Wahhabi – SH.)

KASYF ASY-SYUBUHĀT
Penulis: Al-Imām Muḥammad Bin ‘Abd-il-Wahhāb

(Matan Wahhabi – Catatan Wahhabi – SH.)

Penerjemah:
‘Abdurrahman Nuryaman
‘Izzudin Karimi, Lc
Zainal ‘Abidin Syamsuddin, Lc
‘Ainul Haris ‘Arifin, Lc
Ahmad Amin Sjihab, Lc

Penerbit:
DARUL HAQ, Jakarta

Rangkaian Pos: Buku 1 Matan al-‘Aqidah ath-Thahawiyah (Matan Aswaja – Catatan Wahhabi – SH.) - Terjemahan Matan 4 Kitab Akidah Aswaja

[28] خَلَقَ الْـخَلْقَ بِعِلْمِهِ،

Allah menciptakan makhluk dengan Ilmu-Nya.”

[29] وَ قَدَّرَ لَهُمْ أَقْدَارًا،

Dan telah menetapkan segala ketetapan taqdir bagi mereka.”

[30] وَ ضَرَبَ لَهُمْ آجَالًا،

Dan menetapkan ajal bagi mereka.”

[31] وَ لَمْ يَخْفَ عَلَيْهِ شَىْءٌ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَهُمْ،

Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya sebelum Dia menciptakan mereka.”

[32] وَ عَلِمَ مَا هُمْ عَامِلُوْنَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَهُمْ،

Mengetahui apa yang mereka perbuat sebelum Dia menciptakan mereka.”

[33] وَ أَمَرَهُمْ بِطَاعَتِهِ وَ نَهَاهُمْ عَنْ مَعْصِيَتِهِ.

Memerintahkan mereka untuk taat kepada-Nya dan melarang mereka dari berbuat maksiat terhadap-Nya.

[34] وَ كُلُّ شَىْءٍ يَجْرِيْ بِتَقْدِيْرِهِ، (وَ مَشِيْئَتِهِ،)

Segala sesuatu berjalan (terjadi) dengan taqdir-Nya.”

[35] وَ مَشِيْئَتُهُ تَنْفُذُ، لَا مَشِيْئَةَ لِلْعِبَادِ إِلَّا مَا شَاءَ لَهُمْ، فَمَا شَاءَ لَهُمْ كَانَ، وَ مَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ.

Kehendak-Nya pasti terlaksana, tidak ada kehendak bagi hamba-hamba kecuali yang dikehendaki Allah bagi mereka. Maka apa yang dikehendaki-Nya bagi mereka, pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya bagi mereka, pasti tidak akan terjadi.

[36] يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ يَعْصِمُ وَ يُعَافِيْ فَضْلًا، وَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ، وَ يَخْذُلُ وَ يَبْتَلِيْ عَدْلًا.

Dia memberikan hidayah bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya, kemudian memberikan perlindungan dan keafiatan sebagai suatu karunia, dan menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan menghinakan serta memberikan cobaan sebagai suatu keadilan.”

[37] وَ كُلُّهُمْ يَتَقَلَّبُوْنَ فِيْ مَشِيْئَتِهِ بَيْنَ فَضْلِهِ وَ عَدْلِهِ.

Semua makhluk hanya berkutat di dalam kehendak-Nya; antara karunia dan keadilan-Nya.”

[38] وَ هُوَ مُتَعَالٍ عَنِ الْأَضْدَادِ وَ الْأَنْدَادِ.

Dia Maha Tinggi dari lawan-lawan dan tandingan-tandingan.”

[39] لَا رَادَّ لِقَضَائِهِ، وَ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ، وَ لَا غَالِبَ لِأَمْرِهِ.

Tidak ada yang dapat menentang ketentuan-Nya, tidak ada yang dapat menolak hukum-Nya, dan tidak ada yang dapat mengalahkan perintah-Nya.”

[40] ءَامَنَّا بِذلِكَ كُلِّهِ، وَ أَيْقَنَّا أَنَّ كُلًّا مِنْ عِنْدِهِ.

Kita beriman dengan semua itu, dan kita yakin bahwasanya semua itu adalah dari sisi-Nya.

[41] وَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَبْدُهُ الْـمُصْطَفَى، وَ نَبِيُّهُ الْـمُجْتَبَى، وَ رَسُوْلُهُ الْـمُرْتَضَى،

Dan bahwasanya Nabi Muḥammad s.a.w. adalah hamba pilihan, Nabi-Nya yang terpilih, dan Rasūl-Nya yang diridhai.”

[42] وَ أَنَّهُ خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ، وَ إِمَامُ الْأَتْقِيَاءِ، وَ سَيِّدُ الْـمُرْسَلِيْنَ، وَ حَبِيْبُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،

Beliau juga penutup para nabi, Imām orang-orang yang bertaqwa, penghulu para rasul, dan kekasih Rabb alam semesta.”

[43] وَ كُلُّ دَعْوَةِ نُبُوَّةٍ بَعْدَ نُبُوَّتِهِ فَغَيٌّ وَ هَوًى.

Setiap klaim kenabian setelah beliau adalah kesesatan dan hawa nafsu semata.

[44] وَ هُوَ الْـمَبْعُوْثُ إِلَى عَامَّةِ الْـجِنِّ وَ كَافَّةِ الْوَرَى بِالْـحَقِّ وَ الْـهُدَى وَ بِالنُّوْرِ وَ الضِّيَاءِ.

Beliau adalah utusan kepada bangsa jinn dan manusia secara umum dengan membawa kebenaran dan hidayah, juga dengan membawa cahaya dan sinar terang.

[45] وَ أَنَّ القُرْءَانَ كَلَامُ اللهِ،

Al-Qur’ān adalah Firman Allah (Kalāmullāh).

[46] مِنْهُ بَدَا بِلَا كَيْفِيَّةٍ قَوْلًا، وَ أَنْزَلَهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَحْيًا،

Al-Qur’ān muncul dari-Nya tanpa menetapkan (menyatakan) cahaya sebagai Firman, dan Dia menurunkannya kepada Rasūl-Nya sebagai wahyu.”

[47] وَ صَدَّقَهُ الْـمُؤْمِنُوْنَ عَلَى ذلِكَ حَقًّا،

Orang-orang Mu’min membenarkan hal itu (bahwasanya al-Qur’ān adalah Firman Allah).

[48] وَ أَيْقَنُوْا أَنَّهُ كَلَامُ اللهِ تَعَالَى بِالْـحَقِيْقَةِ

Dan mereka meyakini bahwasanya al-Qur’ān adalah Firman Allah secara hakiki.”

[49] لَيْسَ بـِمَخْلُوْقٍ كَكَلَامِ الْبَرِيَّةِ،

(Al-Qur’ān) bukan makhluk sebagaimana perkataan makhluk.”

[50] فَمَنْ سَمِعَهُ فَزَعَمَ أَنَّهُ كَلَامُ الْبَشَرِ فَقَدْ كَفَرَ،

Barang siapa mendengarnya dan menganggap bahwa itu adalah ucapan manusia, maka dia telah kafir.

[51] وَ قَدْ ذَمَّهُ اللهُ وَ عَابَهُ وَ أَوْعَدَهُ بِسَقَرَ حَيْثُ قَالَ تَعَالىَ :{سَأُصْلِيْهِ سَقَرَ}.

Allah telah mencela, mengecam, dan mengancam (orang yang menganggap firman Allah sebagai perkataan manusia) dengan Neraka Saqar, di mana Allah ta‘ālā berfirman: “Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.” (al-Muddatstsir: 26).

[52] فَلَمَّا أَوْعَدَ اللهُ بِسَقَرَ لِمَنْ قَالَ:{ إِنْ هذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ}، عَلِمْنَا وَ أَيْقَنَّا أَنَّهُ قَوْلُ خَالِقِ الْبَشَرِ،

Ketika Allah mengancam dengan Neraka Saqar bagi orang yang berkata: “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. (al-Muddatstsir: 25). Maka kita menjadi tahu dan meyakini bahwa al-Qur’ān itu adalah firman Sang Pencipta manusia.”

[53] وَ لَا يُشْبِهُ قَوْلَ الْبَشَرِ.

(Firman-Nya) tidak menyerupai perkataan manusia.”

[54] وَ مَنْ وَصَفَ اللهَ بِمَعْنًى مِنْ مَعَانِي الْبَشَرِ فَقَدْ كَفَرَ،

Dan barang siapa yang menyifati Allah dengan suatu makna dari makna-makna (sifat yang disandang) manusia, maka dia telah kafir.

[55] فَمَنْ أَبْصَرَ هذَا اعْتَبَرَ،

Barang siapa yang melihat ini dengan seksama, dia pasti dapat mengambil pelajaran.

[56] وَ عَنْ مِثْلِ قَوْلِ الْكُفَّارِ انْزَجَرَ،

Dan dia terhalang dari (kebatilan) seperti perkataan orang-orang kafir.”

[57] وَ عَلِمَ أَنَّهُ بِصِفَاتِهِ لَيْسَ كَالْبَشَرِ.

Dan dia pasti mengetahui bahwasanya Allah dengan segala sifat-Nya bukan seperti manusia.”

[58] وَ الرُّؤْيَةُ حَقٌّ لِأَهْلِ الْـجَنَّةِ بِغَيْرِ إِحَاطَةٍ وَ لَا كَيْفِيَّةٍ

Ar-Ru’yah (melihat Allah bagi orang-orang Mu’min di Hari Kiamat) adalah haqq (benar adanya) bagi penduduk surga, tanpa meliputi dan tanpa menentukan cara (atau seperti apa adanya).”

[59] كَمَا نَطَقَ بِهِ كِتَابُ رَبِّنَا :{ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}،

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Rabb kita: “Wajah-wajah (orang-orang Mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (al-Qiyāmah: 22-23).

[60] وَ تَفْسِيْرُهُ عَلَى مَا أَرَادَهُ اللهُ تَعَالَى وَ عَلِمَهُ،

Dan tafsirnya adalah sebagaimana yang dikehndaki Allah ta‘ālā dan diketahui oleh-Nya.”

[61] وَ كُلُّ مَا جَاءَ فِيْ ذلِكَ مِنَ الْـحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ عَنِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَهُوَ كَمَا قَالَ

Semua (dalil) yang ada tentang hal itu yang terdapat dalam hadits shaḥīḥ dari Rasūlullāh s.a.w., maka hal itu sebagaimana yang beliau sabdakan.”

[62] وَ مَعْنَاهُ عَلَى مَا أَرَادَ،

Dan maknanya adalah sebagaimana yang beliau kehendaki.”

[63] لَا نَدْخُلُ فِيْ ذلِكَ مُتَأَوِّلِينَ بِآرَائِنَا وَ لَا مُتَوَهِّمِيْنَ بِأَهْوَائِنَا،

Kita tidak boleh masuk dalam permasalahan tersebut dengan menakwilkan berdasarkan (asumsi) pandangan-pandangan kita, dan tidak menerka-nerka berdasarkan (keinginan) hawa nafsu kita.”

[64] فَإِنَّهُ مَا سَلِمَ فِيْ دِيْنِهِ إِلَّا مَنْ سَلَّمَ للهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ لِرَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

Karena sesungguhnya tidak ada orang yang selamat dalam agamanya kecuali orang yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah ‘azza wa jalla dan Rasūl-Nya s.a.w.

[65] وَ رَدَّ عِلْمَ مَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِ إِلَى عَالِمِهِ.

Dan mengembalikan apa yang tidak jelas baginya kepada yang mengetahuinya.”

[66] وَ لَا تَثْبُتُ قَدَمٌ فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا عَلَى ظَهْرِ التَّسْلِيْمِ وَ الْاِسْتِسْلَامِ.

Tidak tsābit (tetap secara benar) keislaman (seseorang) kecuali berdasarkan sikap berserah diri dan kepasrahan sepenuhnya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *