SAAT ISRĀ’ MI‘RĀJ, APAKAH RASŪLULLĀH S.A.W. MELIHAT ALLAH
Tentang hal ini, para shahabat berbeda pendapat. Pendapat shaḥīḥ, bahwa Rasūl memang benar melihat Allah. Pendapat ini dikemukakan Ibnu ‘Abbās, Abū Dzarr, al-Ḥasan dan lainnya r.a., sebagaimana diriwayatkan oleh al-Qādhī ‘Iyādh, dan dibenarkan oleh an-Nawawī (481). Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Ḥākim, dari Ibnu ‘Abbās r.a., bahwa beliau berkata: “Nabi Muḥammad s.a.w. telah melihat Tuhannya”. ‘Ikrimah r.a. berkata kepada Ibnu ‘Abbās: “melihat pada Tuhannya?” Ibnu ‘Abbās menjawab: “Ya, Allah telah menjadikan kalam (keistimewaan berbicara dengan Allah)” pada Nabi Mūsā; Dia menjadikan kekasih pada Nabi Ibrāhīm; dan Dia menjadikan melihat (yakni keistimewaan melihat Allah) pada Nabi Muḥammad.”
Di sisi lain, Sayyidah ‘Ā’isyah r.a. mengingkari bahwa Rasūlullāh melihat Tuhannnya saat Isrā’ Mi‘rāj. Dalam hadits riwayat Muslim dari ‘Ā’isyah, bahwa beliau berkata: “Orang yang menceritakan padamu bahwa Nabi Muḥammad melihat Tuhannya, maka ia telah berbohong”. Diriwayatkan dari Abū Dzarr: “Aku bertanya pada Rasūlullāh s.a.w.: “Apakah anda melihat Tuhan anda?” Rasūl menjawab: “Aku terhalang cahaya, bagaimana aku dapat melihat-Nya?”
Catatan: