02 Kisah Nabi Idris A.S. – Kisah 25 Nabi & Rasul

KISAH 25 NABI DAN RASŪL
Diserti Dalil-dalil al-Qur’ān
 
Penyusun: Mahfan, S.Pd.
Penerbit: SANDRO JAYA

2. KISAH NABI IDRĪS A.S.

Seiring dengan berjalannya sang waktu, keturunan Nabi Ādam semakin berkembang biak dan beranak-cucu. Mereka menyebar ke berbagai penjuru dunia. Banyak di antara mereka yang berbuat kerusakan dan durhaka kepada Allah. Mereka saling bermusuhan dan berperang, perbuatan keji dan munkar merajalela.

Untuk mengingatkan orang-orang yang sesat dan menghindarkan dari kerusakan yang lebih besar lagi, Allah mengutus Nabi Idrīs sebagai seorang Nabi dan Rasūl untuk mengingatkan dan menyeru mereka agar kembali kepada jalan yang benar dan diridhai oleh Allah.

Nabi Idrīs adalah keturunan Nabi Syīts, anak-cucu Nabi Ādam. Kepadanya Allah menurunkan tiga puluh shaḥīfah (lembaran) yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya, terutama kepada keturunan Qābīl yang durhaka terhadap Allah. Dengan diturunkannya shaḥīfah itu, maka resmilah Idrīs diangkat sebagai Nabi dan Rasūl Allāh.

Pengetahuan Nabi Idrīs a.s.

Nabi Idrīs adalah orang yang mula-mula pandai menulis dengan pena, pandai membaca, mengetahui ilmu falak, ilmu hitung, pandai menjahit, menunggang kuda, dan dialah yang mula-mula berani memerangi orang-orang yang sesat dan durhaka.

Nabi Idrīs a.s. banyak mempelajari kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Ādam dan Nabi Syīts. Beliau pulalah yang pertama-tama pandai menggunting dan menjahit pakaian. Sebelum itu, semua orang memakai pakaian yang terbuat dari kulit binatang.

Nabi Idrīs a.s. mempunyai kekuatan yang luar biasa, sehingga beliau mendapat gelar Asad ul-Usud (singa segala singa). Dengan keperkasaannya itulah beliau memerangi kaumnya yang durhaka kepada Allah dan mengingkari syari‘at-Nya.

Dengan segala kelebihannya itu, Nabi Idrīs a.s. justru senantiasa ingat kepada Allah s.w.t., sehingga beliau memperoleh derajat yang tinggi, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah s.w.t.:

وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيْسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا. وَ رَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Artinya:

Dan ceritakanlah (hai Muḥammad kepada mereka, kisah) Idrīs (yang tersebut) di dalam al-Qur’ān. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 56-57).

Dalam sebagian riwayat diceritakan bahwa Nabi Idrīs a.s. diberi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan para malaikat, beliau mengajukan permintaan untuk dapat melihat alam ghaib. Permintaan itu pun dikabulkan. Maka naiklah Nabi Idrīs a.s. ke langit yang keempat, sebagian ulama mengatakan, bahkan sampai ke langit keenam.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhārī dan Muslim, yang bersumber dari Anas bin Mālik, dinyatakan: “Ketika Nabi Muḥammad s.a.w. dan Jibrīl melalui suatu tempat pada peristiwa Isrā’ dan Mi’rāj, beliau sempat bertemu dengan seseorang yang menyambutnya seraya berkata: “Selamat datang wahai Nabi dan saudaraku yang shaleh.” Maka bertanyalah Nabi Muḥammad s.a.w. kepada Jibrīl, “Siapakah dia?” Jibrīl menjawab,. “Idrīs.

Di dalam al-Qur’ān Allah s.w.t. berfirman:

وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِدْرِيْسَ وَ ذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِيْنَ. وَ أَدْخَلْنَاهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَا إِنَّهُمْ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ

Artinya:

Dan (ingatlah kisah) Ismā‘īl, Idrīs, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang shāliḥ.” (QS. al-Anbiyā’: 85-86)

Di antara nasehat Nabi Idrīs a.s. ialah:

  1. Kesabaran yang disertai keimanan kepada Allah akan membawa kemenangan.
  2. Orang yang bahagia adalah orang yang mawas diri dan mengharapkan syafa‘at Allah dengan amalan-amalan shāliḥnya.
  3. Jangan bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan jangan menuntut sumpah dari orang yang berdusta supaya kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
  4. Jangan mengiri kepada orang yang mujur nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kemujuran nasibnya.
  5. Barangsiapa melewati kesederhanaan (berlebih-lebihan atau berfoya-foya) tidak sesuatupun akan memuaskannya.
  6. Kehidupan orang itu hendaknya mengandung hikmah.

Hikmah Kisah Nabi Idrīs a.s.

  1. Kita harus meniru sifat sabar dan keshalehan Nabi Idrīs a.s. bila ingin mendapat derajat yang tinggi dan mulia di sisi Allah s.w.t..
  2. Kepandaian yang dimiliki oleh Nabi Idrīs a.s. tidak membuat dirinya sombong dan berbesar hati. Hal inilah yang harus ditiru oleh kita.
  3. Pengetahuan yang didapat oleh Nabi Idrīs didapat dari ketekunannya menelaah alam dan mempelajari shahifah Nabi Ādam dan Nabi Syīts. Sebuah contoh mulia yang dapat ditauladani oleh kita semua, bahwa rajin pangkal pandai.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *