“Puasa adalah penyembuh,” demikian ujar Dr. Jamal El-Zaky, pakar studi kesehatan dan ibadah dari Mesir. Ya, Puasa merupakan obat yang baik untuk jasmani dan rohani manusia. Tubuh mengambil banyak manfaat dari aktivitas yang tergolong ibadah bernilai tinggi ini secara psikis dan fisik sekaligus. Para dokter Yunani dahulu kala menganjurkan berpuasa kepada beberapa pasiennya agar kesehatannya terjaga. Seorang dokter bernama Lulidipo Korina mempraktikkan hal ini dalam kehidupannya dan menjadikan puasa sebagai media penyembuh. Ia bahkan menulis sebuah risalah yang berjudul “Panjang Umur dengan Sedikit Makan.”
Puasa adalah perisai penyakit jasmani dan rohani manusia. Ibnu Qayyim menyebut khasiat puasa tergolong menakjubkan dalam menjaga kesehatan. Dengan puasa jantung akan menjadi lebih tenteram dan organ tubuh dapat mereparasi diri hingga fungsi dan kemampuannya meningkat. Hal ini belum ditambah dengan khasiat psikis dan spritual yang dapat membuat jiwa lebih tenang dan hati menjadi bersih yang amat berguna dalam menyerap ridha Allah s.w.t. Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Seandainya hamba-hamba mengetahui apa yang dikandung bulan Ramadhān niscaya umatku akan mengangankan semua bulan dalam satu tahun adalah bulan Ramadhān.” (HR. Thabrānī).
Puasa itu seperti ruang perawatan tubuh. Puasa akan meremajakan tubuh lewat detoksifikasi, memperbaiki organ-organ tubuh dan menservis tubuh. Hal ini terjadi karena puasa mengosongkan lambung kita hingga lambung yang di hari biasa selalu bekerja keras mencerna makanan dapat istirahat dan secara alami memperbaiki dirinya. Perbaikan lambung juga terkait dengan paru-paru karena melapangkan pernapasan.
Pasokan oksigen ini juga terkait dengan jantung. Apabila pasokan oksigen ke jantung terhambat, maka distribusi darah ke seluruh tubuh juga terganggu. Makanya orang yang sering kelebihan makanan rentan mengalami serangan jantung karena pembuluh darahnya menyempit tertimbun lemak dan kekurangan oksigen.
Mengistirahatkan tubuh dari makanan akan membuat lemak-lemak tubuh yang tak berguna – dan kadang hanya mengganggu – lebih bermanfaat. Lemak itu menjadi energi dan terbakar. Protein yang berada di bawah kulit juga dapat dimaksimalkan perannya dan seiring dengan itu bakteri-bakteri yang mengganggu juga dapat dihilangkan.
Secara psikis orang yang berpuasa melatih kesabaran. Pengekangan terhadap nafsu yang tak hanya bersifat lahiriah (makan, minum, senggama) tapi juga batiniah (marah, hasut, membicarakan ‘aib orang) memberi kredit positif bagi kejiwaan seseorang. Melalui latihan-latihan itu dapat diraih satu jiwa yang sportif, tahan uji, dan membangkitkan daya konstruktif yang ujugnya adalah kesehatan fisik.
Dr. Jamal El-Zaky dalam karyanya “Fushūl fī Thibb-ir-Rasūl” menyebut setidaknya ada 10 penyakit yang bisa langsung di-treatment dengan puasa:
Pengakuan manfaat puasa sudah banyak disampaikan para dokter di dunia. Peraih Nobel Kedokteran di masa lampau (1912), Alexis Carell, bahkan sudah menyebut puasa adalah hak tubuh sebab dalam proses pencernaan ada keniscayaan untuk berhenti memamah dan tubuh menolak masuknya makanan. Proses ini alami sifatnya dan bermanfaat besar bagi kesehatan.
Puasa memang baik untuk kesehatan, namun catatan pentingnya adalah jangan sampai proses baik dari puasa menjadi hilang karena perilaku tak tepat saat berbuka atau di hari-hari tak berpuasa. Banyak perilaku kurang sehat dalam menjalankan puasa yang sering tidak kita sadari, baik ketika sahur dan berbuka. Kebiasaan itu antaranya adalah makan berlebih ketika berbuka, tidur sehabis makan sahur dan menurunkan aktivitas secara drastis pada saat berpuasa. Akibatnya tanpa disadari tubuh malah tidak fit dan berat badan meningkat.
Ada beberapa tips agar manfaat puasa yang komplet itu dapat kita raih seluruhnya:
Ada resep yang berguna dari Prof. Hembing Wijayakusuma untuk menghindari bau mulut selama berpuasa, antaranya adalah:
Tips-tips ini sangat layak diperhatikan demi lancarnya ibadah puasa baik wajib maupun sunnah.
Doa adalah ibadah yang bernilai tinggi di hadapan Allah s.w.t. Setiap Muslim memiliki peluang dan kesempatan yang sama dalam berdoa untuk meminta apa-apa yang menjadi keinginan dan keperluannya Allah s.w.t. berfirman:
“Dan jika hamba-hambaku meminta kepadaku, sesungguhnya aku sangat dekat. Aku mengabulkan permintaan orang yang meminta kepadaku ketika mereka memintanya. Maka hendaklah mereka memenuhi seruanku dan beriman kepada-Ku agar mereka mendapatkan petunjuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 186).
Di dalam surah Ghāfir ayat 60 Allah s.w.t. berfirman:
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kalian kepadaku maka aku akan mengabulkan doa kalian. Sesungguhnya orang yang sombong dan tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina.” (QS. Ghāfir [40]: 60).
Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
“Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah maka Allah marah kepadanya.” (HR. Tirmidzī).
Berpuasa adalah terkait dengan doa, terlebih berpuasa di bulan Ramadhan. Pada bulan ini keberkahan pengabulan doa dari Allah s.w.t. akan terbentang luas karena banyaknya waktu mustajab untuk berdoa semisal di malam 10 hari terakhir. Dalam puasa sunnah, lapar yang dirasa di hari-hari normal juga dapat membuat seseorang lebih khusyu‘ berdoa hingga doanya dapat dikabulkan. Fungsi puasa sebagai sarana berakrab-akrab dengan Allah s.w.t. juga dapat membuat kita lebih mengenal-Nya termasuk mengenal sifat-sifatnya.
Ada hubungan antara kedekatan Allah s.w.t. dan pengabulan doa hamba-Nya. Allah s.w.t. dekat dan senantiasa bersisian dengan hamba-Nya dan Dia Maha Mengetahui siapa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya. Setiap permohonan akan Dia kabulkan tanpa terhalangi. Hal ini sesuai firman-Nya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat, aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqarah [2]: 186).
Memohon kepada Allah s.w.t., menyeru kepada-Nya, berdoa dengan sepenuh hati dan kesungguhan merupakan ibadah kepada-Nya. Siapa yang tak mau menyembah, tak mau merendah dengan bermohon kepada-Nya maka tempatnya tak lain adalah neraka. Orang yang bertempat di neraka akan mendapatkan kehinaan abadi di dalamnya.
Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Apakah Allah itu dekat hingga aku bisa bermunajat atau Allah jauh hingga kita mesti menyeru?” Rasūlullāh s.a.w bersabda bahwa Allah dekat dan Dia mendengar doa dan seruan. Ketika itu Rasūlullāh s.a.w. berdoa agar para sahabatnya diberi keimanan, kekuatan beribadah, ditunjukkan jalan keimanan, dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat.
Kenyataan bahwa Allah dekat dan mengabulkan doa hamba-Nya merupakan demarkasi (batas pemisah) yang jelas atas ketauhidan. Hanya Allah melakukannya termasuk sembahan-sembahan orang kafir seperti patung, dewa, atau apa pun namanya yang tidak berhak disembah karena benda-benda itu tidak melihat, tak mendengar, tak berkuasa dan tidak akan bisa mengabulkan doa. Allah s.w.t. berfirman:
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. al-A‘rāf [7]: 194).
“Siapa pun yang menyembah selain Allah, berdoa kepada selain-Nya, maka ia telah sesat dengan senyata-nyatanya. Permohonan mereka sia-sia karena yang jadikan tempat untuk memohon tak akan pernah mampu mengabulkan. Bahkan, sembahan yang mereka agung-agungkan itu kelak akan menjadi musuh mereka di masa hisab.” (QS. al-Aḥqāf [46]: 5-6).
Pengabulan Allah s.w.t. terhadap doa hamba-Nya yang paling besar adalah ketika mereka membutuhkan dengan jujur dan penuh ikhlas. Saat mereka terputus dengan hubungan sesama makhluk, keduniawian, hingga yang tertinggal hanya Allah s.w.t. semata. Ibarat seorang yang timbul-tenggelam di tengah lautan. Tak ada yang lain selain pertolongan Allah s.w.t. yang dapat menyelamatkannya. Hal inilah yang pernah terjadi pada Nabi Yūnus a.s. saat ia tengah dilamun badai di lautan.
“…..Mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Yūnus [10]: 22).
Inilah yang disebut al-Qur’ān sebagai doa orang yang berada dalam kesulitan. Allah s.w.t. mengabulkan permohonan orang yang berada dalam kesulitan jika orang ini berdoa kepada-Nya, baik dengan suara lantang maupun perlahan.
Rasūlullāh s.a.w. pernah berdoa untuk kemenangan umat Islam saat perang Badar. Waktu itu beliau sedang berpuasa. Sambil menangis, Rasūlullāh s.a.w. memohon diberi kemenangan agar agama Islam dapat terus tegak. Jumlah pasukan Muslim sangat sedikit saat itu jika dibandingkan pasukan kafir. Tapi Allah s.w.t. mengabulkan doa Rasūlullāh s.a.w. yang tengah berpuasa itu dengan memberikan kemenangan.