2-1
PERMULAAN DAN BATAS AKHIR
Hanya Allah s.w.t. yang tetap ada dan abadi. Keberadaan Allah tanpa permulaan dan tiada akhirnya, dan setiap makhluk yang diciptakan-Nya mempunyai permulaan dan ada batas akhirnya. Apa pun dan siapa pun yang ada di alam ini mempunyai permulaan dan mempunyai batas akhirnya. Pada hari kiamat nanti akan sempurnalah penghancuran alam ini; matahari, bulan, bintang-bintang, bumi, gunung-gunung dan semua lautan akan hancur. Hakikat ini disebutkan dalam al-Qur’ān:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَ السَّمَاوَاتُ وَ بَرَزُوْا للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Maḥsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrāhīm: 48).
Demikianlah Allah memberitahu di dalam al-Qur’ān yang mulia, bahwa bumi yang kita tempati dengan berbagai unsur-unsur kehidupan akan dihancurleburkan hingga terbenamlah semuanya sampai hari kiamat. Kemudian pada hari dikumpulkannya semua manusia sejak zaman Ādam hingga hari kiamat dan sebagai tempat mereka dihisab amal-amalnya sewaktu hidup di dunia. Kita semua akan keluar dari kuburan kemudian digiring ke hamparan tanah yang telah dijanjikan (padang Maḥsyar), inilah yang akan dibicarakan lebih jauh pada pasal berikut.
Kita – selaku Mu’min – meyakini bahwa kehidupan dunia ini ada batas akhirnya. Tapi di antara manusia ada yang berusaha untuk menebarkan keraguan dalam satu segi, yaitu meragukan tentang adanya kehidupan setelah mati! Setiap orang yang mengatakan demikian adalah mereka yang menganut aliran eksistensialisme dan komuniseme serta aliran-aliran penentang lainnya, yang kesemuanya tidak terlepas dari pola pikir kekufuran dan penentangan. Pikiran yang menentang itu menyatakan bahwa setelah mereka mati akan hidup kembali dan terus berulang-ulang (reinkarnasi). Pendapat ini adalah keliru karena didasarkan pada kebatilan, dan kebatilan semacam ini terus-terusan mengulang-ulang pernyataannya melalui cara yang berbeda-beda tapi sebenarnya tidak ada isinya. Allah telah menerangkan tentang kondisi mereka di dalam al-Qur’ān:
وَ قَالُوْا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَ نَحْيَا وَ مَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَ مَا لَهُمْ بِذلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّوْنَ
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. al-Jātsiyah: 24).
Jika kita membahas dan mengupas misi kufur di alam ini – bersamaan dengan beragamnya pandangan dan aliran filsafat serta lainnya – maka akan kita temukan bahwa mereka mengingkari adanya hari berbangkit dan menutupi keberadaan (wujūd) Allah Yang menciptakan mereka, mematikan dan menghidupkan kembali. Adalah angan-angan orang-orang kafir untuk tidak pernah ada hari perhitungan (yaum-ul-ḥisāb), karena tabiat mereka yang selalu cenderung untuk memperturutkan nafsu dan syahwat serta berbuat semuanya, mencuri, membunuh, berdusta, merusak kehormatan orang lain, menyatakan kesaksian palsu dan sebagainya; kemudian setelah itu yang mereka inginkan tidak ada apa-apa, tidak ada perhitungan atas apa yang telah mereka perbuat itu! Itulah angan-angan orang-orang yang kafir. Angan-angan itu hanyalah angan-angan yang hampa dan kosong, karena mereka akan dikagetkan dengan hari kiamat dan Allah s.w.t. akan membalas apa-apa yang telah mereka dustakan dan atas kebatilan yang telah mereka anut. Firman Allah dalam al-Qur’ān menjelaskan:
وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيْعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَ وَجَدَ اللهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَ اللهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang dahaga, tetapi bila didatangi air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu pun. Dan didapatnya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. an-Nūr: 39).
Inilah hakikat yang diingkari oleh setiap orang yang kafir, tetapi mereka kelak akan dikagetkan, dan pada saat itu tidaklah bermanfaat segala bentuk kemegahan dunia.