أَحَدُهَا: (أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ) بِأَنْ تَعْتَقِدَ عَلَى التَّفْصِيْلِ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ قَدِيْمٌ بَاقٍ مُخَالِفٌ لِلْحَوَادِثِ مُسْتَغْنٍ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ وَاحِدٌ قَادِرٌ مُرِيْدٌ عَالِمٌ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ مُتَكَلِّمٌ
Rukun Iman yang pertama adalah (engkau harus beriman kepada Allah) dengan sekiranya engkau meyakini secara terperinci, bahwa Allah ta‘ālā adalah Dzat yang wujud, terdahulu, kekal, berbeda dengan makhluk, tidak butuh kepada segala sesuatu, Esa, berkuasa, berkehendak, mengetahui, Maha hidup, mendengar, melihat, lagi berbicara.
وَ عَلَى الْإِجْمَالِ أَنَّ للهِ كَمَالَاتٍ لَا تَتَنَاهَى،
Dan [meyakini] secara global, yaitu sesungguhnya Allah memiliki berbagai kesempurnaan yang tidak terhingga.
وَ اعْلَمْ أَنَّ الْمَوْجُوْدَاتِ بِالنِّسْبَةِ لِلْاِسْتِغْنَاءِ عَنِ الْمَحَلِّ وَ الْمُخَصِّصِ وَ عَدَمِهِ أَرْبَعَةٌ:
Dan ketahuilah bahwa berbagai wujud dikaitkan kepada ketidak-butuhan akan tempat dan mukhashshish [pemberi kekhususan pada sesuatu], dan ketidak-adaannya [butuhnya] itu ada empat.
الْأَوَّلُ مَا لَا يَفْتَقِرُ لَهُمَا مَعًا وَ هُوَ ذَاتُ اللهِ.
Pertama, sesuatu yang tidak butuh kepada keduanya [tempat dan mukhashshish], secara bersamaan yaitu Dzat Allah.
الثَّانِيْ: عَكْسُهُ وَ هُوَ صِفَاتُ الْحَوَادِثِ.
Kedua, sebaliknya [sesuatu yang butuh kepada keduanya secara bersamaan], yaitu sifat-sifat makhluk.
الثَّالِثُ: مَا يَقُوْمُ بِمَحَلِّ دُوْنَ الْمُخَصِّصِ وَ هُوَ صِفَةُ الْبَارِيْ أَيِ الَّذِيْ يَخْلُقُ الْخَلْقَ وَ يُظْهِرُهُمْ مِنَ الْعَدَمِ.
Ketiga, sesuatu yang bersemayam pada obyek [tempat] dengan tanpa mukhashshish, yaitu sifat Sang Pencipta, yakni Dzat yang menciptakan makhluk dan membuat nyata diri mereka dari tiada.
الرَّابِعُ: عَكْسُهُ وَ هُوَ ذَاتُ الْمَخْلُوْقِيْنَ.
Keempat, sebaliknya [sesuatu yang bertempat di suatu tempat dengan peran serta mukhashshish] yaitu dzat para makhluk.
[فَائِدَةٌ] مَنْ تَرَكَ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ كَمُلَ إِيْمَانُهُ أَيْنَ وَ كَيْفَ وَ مَتَى وَ كَمْ
(FAIDAH). Siapa saja yang meninggalkan empat kalimat, maka sempurnalah imannya, yaitu di mana?, bagaimana?, kapan?, dan berapa?
فَإِنْ قَالَ لَكَ قَائِلٌ: أَيْنَ اللهُ؟
Maka jika berkata kepadamu, seorang yang berkata: “di mana Allah?”
فَجَوَابُهُ لَيْسَ فِيْ مَكَانٍ وَ لَا يَمُرُّ عَلَيْهِ زَمَانٌ.
Maka jawab pertanyaan orang itu: “Allah tidak berada di suatu tempat, dan tidak terlewati atas diri-Nya, suatu zamanpun.”
وَ إِنْ قَالَ لَكَ: كَيْفَ اللهُ؟
Dan jika ia berkata: “Bagaiman [wujud] Allah itu?”
فَقُلْ: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ.
Maka katakanlah: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” [asy-Syūrā [42]: 11]
وَ إِنْ قَالَ لَكَ: مَتَى اللهُ؟
Dan jika ia berkata: “Kapan Allah [wujud]?”
فَقُلْ لَهُ: أَوَّلٌ بِلَا ابْتِدَاءٍ وَ آخِرٌ بِلَا انْتِهَاءٍ.
Maka katakanlah kepadanya: “Allah adalah Dzat yang awal, tanpa permulaan, dan Dzat yang akhir, tanpa penghabisan.”
وَ إِنْ قَالَ لَكَ قَائِلٌ: كَمِ اللهُ؟
Dan jika berkata kepadamu, seseorang yang berkata: “Ada berapa Allah itu?”
فَقُلْ لَهُ: وَاحِدٌ لَا مِنْ قِلَّةٍ
Maka katakan kepadanya: “Allah adalah Dzat Yang Esa, tidaklah kurang [juga tidak lebih].
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.” [al-Ikhlāsh [112]: 1].