015 ‘Ashim Bin Tsabit – Hilyat-ul-Auliya’ wa Thabaqat-ul-Ashfiya’

حلية الأولياء وطبقات الأصفياء
Ḥilyat-ul-Auliyā’i wa Thabaqāt-ul-Ashfiyā’
(Perhiasan para Wali dan Tingkatan-tingkatan Orang-orang yang Suci.)

Oleh: Al-Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani r.h.

عَاصِمُ بْنُ ثَابِتٍ

(15). ‘ĀSHIM BIN TSĀBIT r.a.

وَ مِنْهُمُ الطَّاهِرُ الزَّكِيُّ، الْعَاهِدُ الْوَفِيُّ، عَاصِمُ بْنُ ثَابِتِ بْنِ أَبِي الْأَقْلَحِ الْأَنْصَارِيُّ. وَفَّى للهِ تَعَالَى فِيْ حَيَاتِهِ، فَحَمَاهُ اللهُ تَعَالَى مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ بَعْدَ وَفَاتِهِ.

وَ قَدْ قِيلَ: «إِنَّ التَّصَوُّفَ الْمَفَرُّ مِنَ الْبَيْنُوْنَةِ، إِلَى مَقَرِّ الْكَيْنُوْنَةِ»

Di antara para sahabat ada seorang sahabat yang suci dan bersih, yang bisa dipegang janjinya. Dia adalah ‘Āshim bin Tsābit bin Abī Aqlaḥ al-Anshārī. Dia hidup di jalan Allah sehingga Allah pun melindunginya dari tangan orang-orang musyrik sesudah kematiannya.

Sebuah petuah mengatakan bahwa: Tashawwuf adalah lari dari bainūnah menuju tempat kainūnah.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا أَبُوْ شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، ثَنَا أَبُوْ جَعْفَرٍ النُّفَيْلِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْحَرَّانِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِيْ عَاصِمُ بْنُ عَمْرِو بْنِ قَتَادَةَ، قَالَ: “بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَفَرًا سِتَّةً مِنْ أَصْحَابِهِ، وَ أَمَّرَ عَلَيْهِمْ مَرْثَدُ بْنُ أَبِيْ مَرْثَدٍ، فِيْهِمْ عَاصِمُ بْنُ ثَابِتٍ وَ خَالِدُ بْنُ الْبُكَيْرِ. فَلَمَّا كَانُوْا بِالرَّجِيْعِ اسْتُصْرِخَ عَلَيْهِمْ هُذَيْلٌ. فَأَمَّا مَرْثَدٌ، وَ عَاصِمٌ فَقَالُوْا: وَاللهِ لَا نَقْبَلُ لِمُشْرِكٍ عَهْدًا [ص: 111] وَ لَا عَضُدًا أَبَدًا، فَقَاتَلُوْهُمْ حَتَّى قَتَلُوْهُمْ. وَ كَانَتْ هُذَيْلٌ حِيْنَ قُتِلَ عَاصِمُ بْنُ ثَابِتٍ أَرَادُوْا رَأْسَهُ لِيَبِيْعُوْهُ مِنْ سُلَافَةَ بِنْتِ سَعْدِ بْنِ شَهِيْدٍ، وَ كَانَتْ نَذَرَتْ حِيْنَ أُصِيْبَ ابْنَاهَا يَوْمَ أُحُدٍ لَئِنْ قَدَرَتْ عَلَى رَأْسِ عَاصِمٍ أَنْ تَشْرَبَ فِيْ قِحْفِ رَأْسِ عَاصِمٍ الْخَمْرَ، فَمَنَعَهُ الدَّبْرُ. فَلَمَّا حَالُوْا بَيْنَهُمْ وَ بَيْنَهُ قَالُوْا: دَعُوْهُ حَتَّى يُمْسِيَ فَيَذْهَبُ عَنْهُ ثُمَّ نَأْخُذُهُ، فَبَعَثَ اللهُ الْوَادِيَ فَاحْتَمَلَ عَاصِمًا فَانْطَلَقَ بِهِ. وَ كَانَ عَاصِمٌ قَدْ أَعْطَى اللهَ عَهْدًا لَا يَمَسُّ مُشْرِكًا وَ لَا يَمَسُّهُ مُشْرِكٌ تَنَجُّسًا مِنْهُمْ. فَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقُوْلُ حِيْنَ بَلَغَهُ أَنَّ الدَّبْرَ مَنَعَهُ: حَفِظَ اللهُ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ” كَانَ عَاصِمٌ قَدْ وَفَّى للهِ فِيْ حَيَاتِهِ، فَمَنَعَهُ اللهُ مِنْهُمْ بَعْدَ وَفَاتِهِ، كَمَا امْتَنَعَ مِنْهُمْ فِيْ حَيَاتِهِ

352. Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Abū Syu‘aib al-Ḥarrānī menceritakan kepada kami, Abū Ja‘far an-Nufailī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Salamah al-Ḥarrānī menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq menceritakan kepada kami, ‘Āshim bin ‘Amr bin Qatādah menceritakan kepada ku, dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. mengutus enam sahabatnya dan dipimpin oleh Martsad bin Abī Martsad, dan di antara mereka ada ‘Āshim bin Tsābit dan Khālid bin Bukair. Ketika mereka berada di Rajī‘, Hudzail menghadang mereka. Adapun Martsad dan ‘Āshim, keduanya berkata: “Demi Allah, kami tidak menerima perjanjian dan dukungan dari orang musyrik untuk selama-lamanya.” Lalu Hudzail dan kawan-kawan memerangi mereka hingga mereka terbunuh. Ketika ‘Āshim bin Tsābit terbunuh, Hudzail ingin mencari kepalanya untuk mereka jual kepada Sulāfah binti Sa‘d bin Syahīd. Dia bernadzar ketika anaknya terbunuh dalam Perang Uhud bahwa apabila dia bisa memperoleh kepala ‘Āshim maka dia akan meminum khamer di batok kepalanya ‘Āshim. Namun Hudzail tidak bisa mengambil kepalanya karena terhalang oleh sekumpulan tawon. Ketika Hudzail dan kawan-kawannya tidak bisa mengambil kepalanya, maka mereka berkata: “Biarkan dia sampai sore hingga tawon-tawon itu pergi meninggalkannya, setelah itu kita bisa mengambilnya.” Kemudian Allah mengirimkan banjir dan membawa ‘Āshim pergi. ‘Āshim sebelumnya telah berjanji kepada Allah untuk tidak menyentuh seorang musyrik dan tidak pula disentuh seorang musyrik karena dia menganggap mereka najis. Ketika menerima berita bahwa ‘Āshim dilindungi oleh sekumpulan tawon, ‘Umar bin Khaththāb berkata: “Semoga Allah menjaga hamba yang beriman.”

‘Āshim adalah sahabat yang memenuhi janjinya kepada Allah di masa hidupnya sehingga Allah melindunginya dari tangan orang-orang musyrik sesudah dia wafat, sebagaimana dia menjaga diri dan mereka di masa hidupnya.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَعْدَانَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيْدٍ، ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِيْ عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ عَبْدِ اللهِ الزُّهْرِيَّ، أَخْبَرَهُ، عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ سُفْيَانَ الْأَسْلَمِيِّ، “أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَعَثَ عَاصِمَ بْنَ ثَابِتٍ، وَ زَيْدَ بْنَ الدَّثِنَةِ، وَ حَبِيْبَ بْنَ عَدِيٍّ، وَ مَرْثَدَ بْنَ أَبِيْ مَرْثَدٍ إِلَى بَنِيْ لِحْيَانَ بِالرَّجِيْعِ، فَقَاتَلُوْهُمْ حَتَّى أَخَذُوْا لِأَنْفُسِهِمْ أَمَانًا، إِلَّا عَاصِمٌ فَإِنَّهُ أَبَى وَ قَالَ: لَا أَقْبَلُ الْيَوْمَ عَهْدًا مِنْ مُشْرِكٍ، وَ دَعَا عِنْدَ ذلِكَ فَقَالَ«: اللهُمَّ إِنِّيْ أَحْمِيْ لَكَ الْيَوْمَ دِيْنَكَ فَاحْمِ لَحْمِيْ» فَجَعَلَ يُقَاتِلُ وَ هُوَ يَقُوْلُ:
[البحر الرجز]

مَا عِلَّتِيْ وَ أَنَا جَلْدٌ نَابِلُ وَ الْقَوْسُ فِيْهَا وَتَرٌ عُنَابِلُ
إِنْ لَمْ أُقَاتِلْكُمْ فَأُمِّيْ هَابِلُ الْمَوْتُ حَقٌّ وَ الْحَيَاةُ بَاطِلُ
وَ كُلُّ مَا حَمَّ الْإِلَهُ نَازِلُ بِالْمَرْءِ وَ الْمَرْءُ إِلَيْهِ آيِلُ

فَلَمَّا قَتَلُوْهُ كَانَ فِيْ قَلِيْبٍ لَهُمْ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: هذَا الَّذِيْ آلَتْ فِيْهِ الْمَكِّيَّةُ، وَ هِيَ سُلَافَةُ، وَ كَانَ عَاصِمٌ قَتَلَ لَهَا يَوْمَ أُحُدٍ ثَلَاثَةَ نَفَرٍ مِنْ بَنِيْ عَبْدِ الدَّارِ، كُلُّهُمْ صَاحِبُ لِوَاءِ قُرَيْشٍ، فَجَعَلَ يَرْمِيْ وَ كَانَ رَامِيًا وَ يَقُوْلُ: خُذْهَا وَ أَنَا ابْنُ الْأَقْلَحِ، فَحَلَفَتْ لَئِنْ قَدَرَتْ عَلَى رَأْسِهِ لَتَشْرَبَنَّ فِيْ قِحْفِهِ الْخَمْرَ، فَأَرَادُوْا أَنْ يَحْتَزُّوْا رَأْسَهُ لِيَذْهَبُوْا بِهِ إِلَيْهَا، فَبَعَثَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ رِجلًا مِنْ دَبْرٍ فَلَمْ يَسْتَطِيْعُوْا أَنْ يَجْتَزُّوْا رَأْسَهُ “

353. ‘Abdullāh bin Muḥammad bin Ja‘far menceritakan kepada kami, Ibrāhīm bin ‘Abdullāh bin Ma‘dān menceritakan kepada kami, Aḥmad bin Sa‘īd menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, ‘Amr bin al-Ḥārits menceritakan kepada ku, bahwa ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Abdullāh az-Zuhrī mengabarinya dari Buraidah bin Sufyān al-Aslamī, bahwa Rasūlullāh s.a.w. mengutus ‘Āshim bin Tsābit, Zaid bin Datsinah, Ḥabīb bin ‘Adiy, Martsad bin Abī Martsad kepada Bani Liḥyān di Rajī‘. Namun Bani Liḥyān justeru memerangi mereka hingga mereka mengambil jalan aman kecuali ‘Āshim karena dia menolak. Dia berkata: “Hari ini aku tidak menerima perjanjian dari seorang musyrik.” Saat itu dia berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya hari ini aku sedang menjaga agama-Mu, maka jagalah dagingku.” Kemudian dia berperang dan berkata dalam syair:

Apa alasanku, sedangkan aku pemberani dan tangkas

Busur terpasangi senang yang panjang

Bila aku tidak perangi kalian, ibuku kehilanganku

Mati itu ḥaqq, sedangkan kehidupan itu batil

Semua yang ditakdirkan Tuhan pasti terjadi pada manusia

Dan manusia pasti kembali kepada-Nya.

Ketika mereka membunuhnya di kebun milik mereka, sebagian berkata kepada sebagian yang lain: “Dia inilah yang dicari-cari Sulāfah.” ‘Āshim pada waktu Perang Uhud membunuh tiga orang dari Bani ‘Abd-ud-Dār. Mereka semua adalah pembawa bendera Quraisy. Dia memanah mereka, dan dia memang seorang pemanah. Dia berkata: “Ambil ini, aku Ibnu Aqlaḥ!” Lalu Sulāfah berjanji bahwa apabila dia bisa memperoleh kepala ‘Āshim maka dia akan minum khamer di batok kepalanya. Lalu mereka ingin memenggal kepalanya untuk mereka bawa kepada Sulāfah, namun Allah mengirimkan sekumpulan tawon sehingga mereka tidak bisa mencabut kepalanya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *