013 ‘Abdullah Bin Jahsy – Hilyat-ul-Auliya’ wa Thabaqat-ul-Ashfiya’

حلية الأولياء وطبقات الأصفياء
Ḥilyat-ul-Auliyā’i wa Thabaqāt-ul-Ashfiyā’
(Perhiasan para Wali dan Tingkatan-tingkatan Orang-orang yang Suci.)

Oleh: Al-Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani r.h.

عَبْدُ اللهِ بْنُ جَحْشٍ

(13). ‘ABDULLĀH BIN JAḤSY r.a.

وَ مِنْهُمُ الْمُقْسِمُ عَلَى رَبِّهِ، الْمُشَمِّرُ لِحُبِّهِ، أَوَّلُ مَنْ عُقِدَتْ لَهُ الرَّايَةُ فِي الْإِسْلَامِ عَبْدُ اللهِ بْنُ جَحْشٍ. أُمُّهُ عَمَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أُمَيْمَةُ بِنْتُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، كَانَ مِنْ مُهَاجِرَةِ الْحَبَشَةِ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا، صَاهَرَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِأُخْتِهِ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ

وَ قَدْ قِيْلَ: «إِنَّ التَّصَوُّفَ الْتِمَاسُ الذَّرِيْعَةِ، إِلَى الدَّرَجَةِ الرَّفِيْعَةِ»

Di antara para sahabat ada seorang sahabat yang bersumpah kepada Rabbnya dan menyingsingkan lengan baju demi cintanya kepada-Nya. Dialah orang yang pertama kali diserahi panji dalam Islam, yaitu ‘Abdullāh bin Jaḥsy. Ibunya adalah bibi Rasūlullāh s.a.w., yaitu Umaimah binti ‘Abd-ul-Muththalib. Dia termasuk orang yang ikut hijrah ke Ḥabasyah dan terlihat dalam Perang Badar. Dia memiliki hubungan pernikahan dengan Rasūlullāh s.a.w. karena beliau menikahi saudarinya, yaitu Zainab binti Jahsy.

Sebuah petuah mengatakan bahwa: Tashawwuf adalah mencari sarana menuju derajat yang tinggi.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِيْ شَيْبَةَ، ثَنَا أَبِيْ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «أَوَّلُ لِوَاءٍ عُقِدَ فِي الْإِسْلَامِ لِوَاءُ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَحْشٍ، وَ أَوَّلُ مَغْنَمٍ قُسِّمَ فِي الْإِسْلَامِ مَغْنَمُ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَحْشٍ»

344. Muḥammad bin Aḥmad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Muḥammad bin ‘Utsmān bin Abī Syaibah menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Fudhail menceritakan kepada kami, dari ‘Āshim, dari asy-Sya‘bī, dia berkata: “Panji pertama yang dikibarkan dalam Islam adalah panjinya ‘Abdullāh bin Jaḥsy. Dan harta rampasan pertama yang dibagikan dalam Islam adalah harta rampasan ‘Abdullāh bin Jaḥsy.”

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثَنَا طَاهِرُ بْنُ عِيْسَى الْمِصْرِيُّ، ثَنَا أَصْبَغُ بْنُ الْفَرَجِ، ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِيْ [ص: 109] أَبُو صَخْرٍ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُسَيْطٍ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ جَحْشٍ، قَالَ لَهُ يَوْمَ أُحُدٍ: “أَلَا تَدْعُو اللهَ، فَخَلَوْا فِيْ نَاحِيَةٍ فَدَعَا عَبْدُ اللهِ بْنُ جَحْشٍ فَقَالَ: “يَا رَبِّ إِذَا لَقِيْتُ الْعَدُوَّ غَدًا فَلَقِّنِيْ رَجُلًا شَدِيْدًا بَأْسُهُ، شَدِيْدًا حَرْدُهُ، أُقَاتِلُهُ فِيْكَ وَ يُقَاتِلُنِيْ، ثُمَّ يَأْخُذُنِيْ فَيَجْدَعُ أَنْفِيْ وَ أُذُنِيْ، فَإِذَا لَقِيْتُكَ غَدًا قُلْتَ: يَا عَبْدَ اللهِ مَنْ جَدَعَ أَنْفَكَ وَ أُذُنَكَ؟ فَأَقُوْلُ: فِيْكَ وَ فِيْ رَسُوْلِكَ، فَتَقُوْلُ: صَدَقْتَ”، قَالَ سَعْدٌ: فَلَقَدْ رَأَيْتُهُ آخِرَ النَّهَارِ وَ إِنَّ أَنْفَهُ وَ أُذُنَهُ لَمُعَلَّقَتَانِ فِيْ خَيْطٍ “

345. Sulaimān bin Aḥmad menceritakan kepada kami, Thāhir bin ‘Īsā al-Mishrī menceritakan kepada kami, Ashbagh bin Faraj menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Abū Shakhr menceritakan kepada ku, dari Yazīd bin ‘Abdullāh bin Qusaith, dari Isḥāq bin Sa‘d bin Abī Waqqāsh, ayahku menceritakan kepada ku, bahwa ‘Abdullāh bin Jaḥsy berkata kepadanya pada waktu Perang Uhud: “Tidakkah kamu berdoa kepada Allah?” Lalu dia menyendiri di pinggir, lalu ‘Abdullāh bin Jaḥsy berdoa: “Ya Rabbi, apabila besok aku bertemu musuh, maka pertemukan aku dengan laki-laki yang pemberani dan kuat, agar aku memeranginya di jalan-Mu dan dia memerangiku, kemudian menangkapku dan memotong hidung dan teliganku. Apabila aku bertemu dengan-Mu kelak, maka Engkau akan bertanya: “Wahai ‘Abdullāh, siapa yang memotong hidung dan telingamu?” Lalu aku jawab: “Di jalan-Mu dan jalan Rasul-Mu.” Lalu Engkau bertanya: “Kamu benar.” Sa‘d berkata: “Sungguh aku melihatnya di penghujung siang dalam keadaan hidung dan telinganya tergantung di sebuah tali.”

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الثَّقَفِيُّ، ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ، ثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُدْعَانَ، عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ جَحْشٍ: “اللهُمَّ أُقْسِمُ عَلَيْكَ أَنْ أَلْقَى، الْعَدُوَّ غَدًا فَيَقْتُلُوْنِيْ، ثُمَّ يَبْقُرُوْا بَطْنِيْ، وَ يَجْدَعُوْا أَنْفِيْ، أَوْ أُذُنِيْ، أَوْ جَمِيْعَهَا، ثُمَّ تَسْأَلُنِيْ: فِيمَ ذلِكَ؟ فَأَقُوْلُ: فِيْكَ” قَالَ سَعِيْدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ: فَإِنِّيْ لَأَرْجُوْ أَنْ يَبَرَّ اللهُ آخِرَ قَسَمِهِ كَمَا أَبَرَّ أَوَّلَهُ

346. Aḥmad bin Muḥammad bin al-Ḥasan menceritakan kepada kami, Muḥmmad bin Isḥāq ats-Tsaqafī menceritakan kepada kami, al-Ḥasan bin ash-Shabbāḥ menceritakan kepada kami, Sufyān menceritakan kepada kami, dari Ibnu Jud‘ān menceritakan kepada kami, Sa‘īd bin al-Musayyib, dia berkata: ‘Abdullāh bin Jaḥsy berdoa: “Ya Allah, aku bersumpah kepada-Mu untuk menghadapi musuh besok, lalu mereka membunuhku, membelah perutku lalu memotong hidungku, atau telingaku, atau seluruhnya. Kemudian Engkau bertanya kepadaku: “Dalam hal apa kamu diperlakukan seperti ini?” Lalu aku menjawab: “Di jalan-Mu”. Sa‘īd bin Musayyib berkata: “Sungguh aku berhadap Allah membuktikan akhir sumpahnya sebagaimana Allah membuktikan awal sumpahnya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *