010 Syarah Hikmah Ke-10 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-10

إِنَّمَا يُؤْلِمُكَ الْمَنْعُ بِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فِيْهِ.

Sesungguhnya yang menjadikanmu bersusah hati karena tidak adanya pemberian, itu karena engkau tidak memahami pemberian Allah (kepadamu yang sebenarnya).

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

إِنَّمَا يُؤْلِمُكَ الْمَنْعُ بِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فِيْهِ.

Sesungguhnya yang menjadikanmu bersusah hati karena tidak adanya pemberian, itu karena engkau tidak memahami pemberian Allah (kepadamu yang sebenarnya).

Ketika engkau meminta suatu perkara dunia, lalu Allah tidak mengabulkannya, hatimu menjadi susah, itu disebabkan karena engkau tidak memahami kehendak Allah. Jika engkau paham, engkau akan bahagia. Tenangkan dirimu saat permintaanmu tidak dikabulkan. Saat permintaanmu tidak dikabulkan, pahamilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki agar engkau merendahkan (mendekatkan) diri kepada Allah dan selalu menyandarkan hatimu kepada Allah, jika sudah begitu engkau akan menjadi kekasih Allah. Karena sesungguhnya ketika Allah mengasihi atau mencintai hamba-Nya, niscaya Allah akan menghalangi dunia darinya dan menjauhkannya dari dunia.

Sebagai perumpamaan, apakah kamu tidak mengetahui, bahwa seorang ayah yang sangat mencintai dan mengasihi putranya, niscaya akan membawa putranya pada tukang bekam agar badannya menjadi sembuh? Apakah engkau tidak mengetahui, bahwa seorang ibu yang menyayangi anaknya, pasti akan mencegah anaknya dari mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi kesehatan anaknya? Apakah engkau tidak mengetahui bahwa tabib yang mengobatimu yang berbelas-kasih terhadapmu, pasti akan mencegahmu dari mengonsumsi makanan yang tidak patut engkau makan karena penyakitmu tadi? Padahal, belas-kasih Allah terhadap hamba-Nya itu melebihi belas-kasih seorang ayah ataupun ibu terhadap putra-putrinya.

Rasūlullāh pernah menyaksikan seorang perempuan yang sedang menggendong anaknya. Lalu Nabi bersabda kepada para sahabat yang hadir pada waktu itu: “Apakah sang ibu ini tega jika anaknya dimasukkan ke dalam api?” Lalu para sahabat menjawab: “tidak akan tega wahai Rasūl.” Lalu Nabi bersabda: “Allah itu lebih berbelas-kasih terhadap hamba-Nya yang mu’min dari pada belas-kasih perempuan ini kepada putranya, akan tetapi Allah memberimu rasa perih dan sakit karena Allah menaruh fadhal dan kenikmatan-Nya di dalam rasa pedih dan sakit tersebut.

Syaikh Abū Ḥasan asy-Syādzilī berkata:

Ketahuilah, sesungguhnya ketika Allah tidak memberimu, itu bukan karena membencimu, tapi karena sangat belas kasih terhadapmu. Maka tidak memberi itulah yang (hakikatnya) dinamakan memberi.” Pahamilah!

Setengah dari memahami adalah mau memahami ketika engkau tidak diberi perkara dunia, sesungguhnaya Allah menjalankanmu pada tempatnya para auliyā’ (wali-wali) Allah yang muqarrabīn (dekat dengan Allah). Karena kebanyakan para auliyā’ Allah itu fakir miskin, sakit-sakitan, dan kekurangan sandang pangan. Jika dunia ini diumpamakan sebuah tambang, dunia hanyalah bagaikan sebelah sayat lalat. Allah tidak memberimu minum kecuali hanya satu teguk air. Allah tidak khawatir jikalau sekian banyak orang mu’min berbalik mengkufuri Allah, kemudian sekian banyak orang kafir tersebut diberi rumah yang beralaskan perak dan berjubin emas. Dunia tidak ada harga dan kedudukannya sama sekali di sisi Allah, sehingga Allah memberikannya pada orang-orang kafir dan mencegahnya dari menjadi kekasih-Nya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *