01-1 Yang Tetap Dan Yang Berubah – Rahasia Allah Di Balik Hakikat Alam Semesta

Rahasia
اللهُ
Di Balik Hakikat Alam Semesta

Diterjemahkan dari: Nihāyat-ul-‘Alam
Karya DR. M. Mutawalli asy-Sya‘rawi

Penerjemah: Amir Hamzah Fachrudin
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

1-1

YANG TETAP DAN YANG BERUBAH

 

Pembahasan tentang akhir kehidupan dunia telah mengundang perhatian banyak ulama, paranormal, para peramal dan para dajjal, yang sebagian besar dari mereka berusaha untuk menebak dan menentukan datangnya hari yang terakhir dari kehidupan alam ini. Setiap penelitian yang pernah dilakukan dan digembar-gemborkan hanyalah merupakan perkiraan dan praduga yang tidak berdasarkan pada ilmu, karena ilmu manusia – dengan kemampuannya yang terbatas – tidak mungkin mencapai titik kepastian pada masalah yang satu ini. Ilmu tentang luar angkasa dan tentang perbintangan (astronomi) yang ada sekarang hanya bagaikan bayi yang masih merangkak. Sekalipun – umpamanya – akhir penemuan manusia tentang angkasa sudah dapat mendeteksi bintang-bintang yang jaraknya satu juta tahun kecepatan cahaya atau lebih, berarti yang sudah diketahuinya itu baru sebagian kecil dari sekian banyak yang belum diketahuinya di angkasa yang mahaluas.

Allah s.w.t. telah memberi tahu kita dalam al-Qur’ān yang mulia, bahwa yang dinamakan langit adalah setiap yang ada di atas kita; jadi makna langit (samā’) adalah yang menaungi kita, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

وَ السَّمَاءُ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَ إِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. adz-Dzāriyāt: 47).

Yang dimaksud dengan luas dalam ayat ini adalah dalam arti kekuasaan Allah, bukan luas dalam ukuran manusia. Karena itu, setiap kali para ilmuwan menyatakan telah sampai pendeteksiannya pada titik terakhir, maka akan ditemukan penemuan baru yang berbeda dengan apa yang pernah dinyatakan oleh para ilmuwan sebelumnya yang pernah mencapai kaki langit. Penelitian-penelitian semacam ini selalu berubah-ubah setiap beberapa bulan, dan setiap kali itu pula mereka yang berkecimpung dalam lapangan tersebut mengira bahwa dirinya telah sampai pada hakikat yang sebenarnya, padahal yang sedemikian itu belum apa-apa.

Jika kita perhatikan, banyak paranormal yang hampir setiap tahun atau setiap beberapa tahun – lebih-lebih pada akhir-akhir ini – yang memberitakan tentang akhir kehidupan alam ini. Mereka menyatakan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi pada hari anu tanggal sekian lengkap dengan bulan dan tahunnya. Herannya, tidak sedikit orang yang mempercayainya walaupun sebenarnya pernyataan mereka itu tidak berdasarkan ilmu pengetahuan.

Pernah terjadi di Amerika, seseorang menyatakan bahwa kehidupan alam ini akan berakhir pada hari anu; sejumlah orang mempercayai ucapannya, mereka meninggalkan rumah tempat tinggal mereka, kemudian naik ke atas gunung-gunung dengan perkiraan bahwa dengan demikian mereka akan selamat. Tentu saja setelah hari-hari berjalan dan terus berjalan sebagaimana biasa, tidak ada yang terjadi, tahulah orang-orang tersebut bahwa mereka telah tertipu oleh bualannya.

Ada beberapa puluh peramal dari golongan bangsa India dan kaum Sikh serta lainnya yang pernah memberitakan tentang tanggal terjadinya kehancuran dunia (kiamat), namun tidak ada yang benar, buktinya sampai sekarang dunia masih berjalan sebagaimana biasanya. Pengakuan-pengakuan mereka itu hanya perkiraan, tidak berdasarkan pengetahuan. Tujuan mereka hanyalah untuk mendapatkan uang. Sesungguhnya, akhir kehidupan dunia ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allah s.w.t., karena waktu tersebut merupakan janji yang telah ditentukan Allah dan sesuai dengan ketentuan Allah, bahwa waktu tersebut tidak diketahui oleh siapa pun, bahkan para malaikat yang paling dekat sekalipun.

Sebelum membicarakan tentang akhir kehidupan dunia, ada baiknya kita membicarakan tentang yang tetap dan yang berubah.

Yang kami maksud dengan “yang tetap” dalam bahasan ini adalah alam yang diciptakan Allah bagi manusia. Allah telah menciptakan alam yang luas ini, berupa langit, bumi dan segala yang ada di antara keduanya untuk manusia; dan alam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kehendak Allah, yaitu dengan aturan yang tetap (rutin) dan tidak berubah (selama kehidupan alam ini masih berjalan). Sedangkan manusia, di mana alam ini telah diciptakan untuknya, adalah termasuk ciptaan Allah yang kerap kali berubah.

Manusia berubah dari kuat menjadi lemah, dari sehat menjadi sakit, dari mampu menjadi tidak mampu, dari hidup menjadi mati, dari berakal menjadi gila dan sebagainya. Banyak perubahan manusia dalam hidupnya dari satu kondisi ke kondisi yang lain; berbeda dengan alam yang telah ditentukan Allah untuk tetap tanpa perubahan.

Jika kita perhatikan perubahan-perubahan yang menimpa manusia, maka akan kita dapatkan bahwa perubahan-perubahan tersebut berupa norma atau ketentuan Ilahi yang tidak kita ketahui dan tidak kita rasakan dengan sadar sebelumnya. Perubahan kondisi manusia dari sehat menjadi sakit, dari mampu menjadi lemah dan dari hidup menjadi mati adalah perubahan-perubahan yang tidak mempunyai standar tertentu; maksudnya adalah bahwa kita tidak bisa mengetahui atau menentukan kapan berubahnya seseorang dari kondisi sakit menjadi sehat atau dari kondisi sehat menjadi sakit. Seandainya kita mengetahui hal tersebut dengan pasti, tentu kita dapat mengatasinya. Hal semacam ini tidak dapat kita pastikan, dan yang diungkapkan oleh para ilmuwan hanyalah berupa perkiraan yang didasarkan pada data statistik (catatan mengenai terjangkitnya suatu penyakit) atau dugaan kemungkinan yang mereka perkirakan berdasarkan mayoritas kasus yang pernah terjadi. Misalnya, tentang pembekuan darah dalam pembuluh otak (brain clot) atau kejang jantung (angina pectoris), para ilmuwan dapat mengira-ngira berdasarkan banyaknya kasus oleh sebab-sebab tertentu dan data yang mereka miliki, dan ini hanya berupa perkiraan.

Demikian juga perubahan kondisi manusia dari kaya menjadi miskin atau, sebaliknya, dari miskin menjadi kaya, tidak dapat kita ketahui standar ketentuannya; kapan seseorang akan menjadi miskin atau kaya, pada umur berapa – misalnya – dan seterusnya, demikian juga halnya dengan perubahan-perubahan lain pada kehidupan manusia. Manusia tidak tahu kapan akan meninggalkan dunia. Terkadang seseorang meninggal dunia dalam kondisi fisik yang sehat dan fit, bahkan ada juga orang yang menderita sakit tapi masih tetap hidup sampai bertahun-tahun.

Mengapa manusia berubah-ubah sementara alam yang diciptakan untuknya mempunyai aturan yang tetap? Jawabannya adalah bahwa semua alam ini diciptakan bagi manusia, yaitu agar semua yang ada di alam ini memberikan pokok-pokok kehidupan bagi manusia. Alam ini tidak diciptakan hanya untuk satu generasi saja kemudian habis tatkala generasi tersebut sudah punah, akan tetapi alam ini telah diciptakan untuk semua generasi manusia hingga hari kiamat. Karena itu alam ini akan menghadapi semua generasi manusia dan melayani dengan pelayanan yang sama dan norma yang sama pula, tidak berubah-ubah.

Tanah – umpamanya – sejak zaman Ādam a.s. sampai sekarang, jika ditanamkan biji padanya lalu disirami dengan air dan disiangi serta dipelihara dari berbagai hama dan penyakit yang merusak tanaman, tentu akan menghasilkan buah. Sejak zaman Ādam a.s. bumi ini tidak pernah enggan untuk memberikan buah-buahannya kepada setiap generasi manusia. Bumi tidak pernah berkata: “Aku akan memberikan buah-buahan untuk generasi ini dan tidak akan memberikan buah-buahan untuk generasi ini dan tidak akan memberikan kepada generasi-genarasi setelahnya.”

Matahari, sejak zaman Ādam a.s. hingga sekarang terbit dengan standar yang tetap dan terbenam pun dengan ukuran yang tetap. Kita tidak pernah mendengar bahwa matahari memberikan sinarnya hanya pada suatu generasi atau beberapa generasi dan enggan memberikan sinarnya pada generasi lainnya. Demikian juga hujan dan udara serta unsur-unsur pokok kehidupan lainnya, semuanya memberikan pelayanan dan menjalankan fungsinya yang tetap dan sama untuk semua generasi manusia. Firman Allah s.w.t. menjelaskan:

الشَّمْسُ وَ الْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. ar-Raḥmān: 5)

Yaitu dengan perhitungan yang sangat jeli, tidak bergeser walaupun satu detik dan tidak berubah.

Jadi, di antara alam ini ada makhluk, dan ada makhluk yang diciptakan untuk makhluk. Makhluk yang untuk alam ini diciptakan adalah “manusia”, yang kita ketahui bahwa ia (manusia) berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Itulah yang kita lihat, kita saksikan dan kita rasakan. Manusia selalu berubah-ubah walau tampaknya tetap. Dalam keadaan hidup manusia berubah-ubah dalam beberapa kondisi, kemudian berubah lagi dengan kehancuran tubuhnya setelah menemui kematian; itulah yang terjadi pada diri manusia – baik dalam keadaan hidup ataupun setelah mati, tidak ada batas untuk bentuknya, tidak ada ketentuan waktu, penyebab dan sebagainya, semua itu merupakan aturan main yang tidak kita ketahui.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *