BAB SATU
ALAM SEMESTA DAN PENGATURAN BAGIAN-BAGIANNYA
(Bagian 1 dari 2)
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Semoga Dia memberkati
Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya beserta
Rasul-rasul yang lain
KARENA tidak menyadari tujuan dan makna makhluk serta tidak bisa merenungkan kesempurnaan dan hikmah dalam penciptaan, sebagian orang terjerumus dalam pengingkaran dan penolakan. Sehingga, mereka mengingkari bahwa benda-benda itu diciptakan, dan mengatakan bahwa benda-benda itu tercipta acak tanpa perencanaan. Orang semacam itu bagikan segerombolan orang buta yang memasuki rumah kokoh yang dipenuhi perabotan, makanan dan minuman terbaik, semuanya tertata sempurna. Mereka memasuki rumah itu, namun tidak bisa menilai bentuk atau tata letaknya. Jika salah seorang buta itu terbentur dengan suatu benda yang tidak ia ketahui fungsinya, dia akan menggerutu kesal dan mengkritik rumah beserta orang yang membangunnya.
Begitulah keadaan orang yang menolak penciptaan. Ketika pikiran mereka tertutup dari pengetahuan rasio dan dari tujuan penciptaannya benda-benda, mereka berkeliaran di dunia ini bagaikan orang kebingungan yang tidak bisa melihat kesempurnaan penciptaan dan keserasian bentuknya. Jika salah seorang dari mereka terbentur sesuatu, serta tidak mengetahui makna dan tujuan sesuatu itu, dia akan segera mencaci dan mencari-cari kesalahan serta inkonsistensi dalam benda itu, sebagaimana pernah dilakukan kaum Manikean dan lainnya.
Jika, setiap orang dikaruniakan pengetahuan tentang Sang Pencipta – setiap orang yang merenungkan penciptaan berdasarkan bukti-bukti dalam penciptaan itu sendiri, dan menyadari rancangan subtil beserta kesempurnaan komposisinya – wajib mengungkapkan pengetahuan kontemplatif itu. Memang, ia harus berusaha keras menyebarluaskan pengetahuan macam itu kepada telinga dan pikiran orang lain, sehingga dasar kepercayaan mereka semakin kokoh dan mereka bisa menghindari godaan setan. Untuk itu, seseorang harus mengharapkan rahmat Allah dan meyakini bantuan dan dukungan-Nya dalam tugas ini.
Oleh karena itu, kami telah menghimpun semua tanda dan bukti yang menunjukkan bahwa dunia itu diciptakan dengan keseimbangan, keselarasan dan kesempurnaan perencanaan, suatu keyakinan yang sudah ditanamkan dalam diri kami. Kami menjelaskan dalam buku ini, sejauh pengetahuan kami, alasan dan makna perencanaan dunia ini. Kami bermaksud menyajikannya sejelas-jelasnya dan sesingkat-singkatnya, sehingga risalah ini bisa mudah dipahami dan sesuai dengan alur pemikiran pembaca. Dengan begitu, risalah ini bisa berfungsi sebagai sebuah obat bagi kaum skeptis dan kaum penolak, dan akan memperteguh keimanan orang-orang yang memperoleh hidayah. Semoga Allah menuntun kami dalam tugas ini.
Pelajaran pertama berada dalam bentuk partikular dari alam semesta ini dan bagaimana unsur-unsurnya disatukan dan ditata. Jika Anda merenungkan alam semesta, Anda akan melihatnya bagaikan rumah yang telah dibangun dan memiliki perabotan lengkap. Langit ditinggikan bagaikan sebuah atap, bumi dibentangkan bagaikan permadani, dan bintang-bintang disusun seperti lampu atau permata yang tersimpan bagaikan harta karun. Segala sesuatu memiliki peran dan tujuannya masing-masing. Manusia seperti pemilik rumah yang berkuasa atas segala isinya. Semua jenis tumbuhan disediakan demi kebutuhan manusia dan berbagai jenis binatang diciptakan untuk bekerja demi keuntungan manusia pula. Dari sini, jelas sekali, alam semesta itu diciptakan menurut suatu rencana, dengan tujuan dan keteraturan, dan Penciptanya adalah Sang Mahaesa yang menggabungkan berbagai bagian dan menata semuanya. Para ilmuwan masa lampau sudah berbicara panjang lebar tentang kesubtilan penciptaan demi mengungkap kebenaran, hikmah, keteraturan, dan keselarasannya. Hal ini akan mendepak orang-orang yang meyakini penciptaan terjadi karena kebetulan, dan juga menepis kalangan yang menyakini dua sumber yang berlawanan. Kebetulan tidak bisa menghasilkan kebenaran dan kekuatan yang saling bertentangan tidak bisa menghasilkan keteraturan.
WARNA LANGIT
Renungkanlah warna langit dan kesempurnaannya. Warna khusus ini tidak saja sedap dipandang, tapi juga memberikan kekuatan (mendatangkan energi). Para dokter menyarankan agar penderita penyakit penglihatan secara rutin memandang arsiran hijau gelap. Sedangkan untuk mata kelelahan, dokter menyarankan untuk memandang sebuah mangkuk hujau berisikan air. Lihatlah betapa permukaan langit memiliki arsiran hijau gelap yang nyaman dipandang lama-lama, dan ini tanpa efek samping. Apa yang manusia pelajari melalui renungan dan pengalaman sebenarnya sudah ada dalam penciptaan.
TERBIT DAN TERBENAMNYA MATAHARI
Lihatlah bagaimana terbit dan terbenamnya matahari memelihara batas siang dan malam. Jika matahari tidak terbit, dunia akan sulit diolah. Jika dunia tertelan kegelapan, bagaimana orang bisa berbisnis, mencari penghasilan, dan bepergian sesuka mereka? Bagaimana manusia bisa menikmati hidup tanpa keceriaan dan kecerahan cahaya? Manfaat terbitnya matahari sudah jelas. Tetapi, renungkanlah manfaat terbenamnya matahari. Tanpa terbenamnya matahari, manusia tidak akan bisa beristirahat dan bersantai, padahal istirahat sangat diperlukan untuk melenturkan tubuh dan memulihkan kerja indra mereka, atau untuk memulihkan kemampuan mencerna makanan dan kemampuan mengirimkan saripati makanan itu ke seluruh organ tubuh sebagaimana digambarkan dalam buku-buku kedokteran. Selain itu, hasrat terhadap uang akan mendorong manusia untuk terus bekerja, dan hal itu berbahaya bagi tubuh. Banyak orang, yang saking semangatnya mengumpulkan kekayaan, tidak akan beristirahat jika malam belum tiba. Lagi pula, bumi akan menjadi terlalu panas jika terkena sinar matahari terus menerus, dan akibatnya binatang dan tumbuhan di permukaan bumi akan hangus terbakar. Dengan kekuasaan Tuhan, matahari bersinar pada waktu tertentu dan terbenam pada waktu yang lain, seperti lampu yang dinyalakan di suatu rumah untuk sementara supaya orang bisa beraktifitas dan lampu itu kemudian dimatikan ketika orang akan beristirahat. Jadi, kegelapan dan cahaya, meskipun berlawanan, saling bekerja sama untuk memberi manfaat kepada dunia dan memeliharanya.
GERAKAN MATAHARI EMPAT MUSIM DAN SIKLUS TAHUNAN
Lalu, lihatlah muncul dan pudarnya matahari yang mengatur empat musim, dan renungkan manfaatnya. Pada musim dingin, panas di pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan berkurang, dan bibit buah mulai tumbuh, udara menjadi padat dan menimbulkan awan gelap serta hujan. Tubuh binatang menjadi kuat dan kegiatan alam pun bergairah. Pada musim semi, alam bergerak dan unsur-unsur yang tumbuh di musim dingin mulai muncul dalam bentuk tumbuh-tumbuhan, dan bunga-bunga bermekaran di pepohonan. Binatang mulai berkembang biak. Pada musim panas, udara menjadi panas. Panas mematangkan buah, melelehkan segala kelebihan bobot tubuh dan mengeringkan permukaan bumi sehingga siap untuk dibangun dan untuk aktivitas lainnya. Pada musim gugur, udara menjadi lebih bersih, sehingga berbagai penyakit pun hilang. Tubuh menjadi lebih sehat dan waktu malam lebih panjang, sehingga berbagai aktivitas masih dilakukan di malam hari. Tak terhitung lagi banyak manfaat selain dari yang sudah disebutkan.
Renungkanlah pergerakan matahari melalui tanda-tanda Zodiak. Renungkanlah bagaimana matahari mengarahkan siklus tahunan, dan renungkanlah manfaat pengaturan Tuhan itu. Siklus inilah yang mengatur empat musim: musim dingin, semi, panas, dan gugur. Dalam siklus matahari inilah buah-buahan dan hasil alam lainnya menjadi matang dan berkualitas baik; dan sesudah ini, siklus permulaan dan pertumbuhan pun kembali berputar. Nenek moyang kita benar ketika mengatakan bahwa waktu merupakan ukuran gerakan, Kita melihat tahun merupakan ukuran pergerakan matahari dari Aries ke Aries. Dengan tahun dan berbagai bagiannya, kita dapat mengukur waktu dan masa, dari saat Tuhan menciptakan dunia hingga saat-saat sesudahnya. Dan dengan tahun dan berbagai bagiannya pula manusia mengukur usia dan jangka waktu untuk membayar utang, membayar gaji, dan berbagai transaksi lainnya. Selesainya satu pergerakan matahari menandakan berakhirnya satu tahun, dan perhitungan waktupun menjadi ukuran yang pasti.
GERAKAN BULAN DAN PENENTUAN “BULAN”
Dalam pergerakan ini, tampak jelas rencana Tuhan. Orang awam menggunakan bulan untuk menentukan bulan (sebagai ukuran waktu, yakni 30 hari atau 12 bulan dalam setahun – peny). Perhitungan tahun tidak bisa dilakukan sesuai peredaran bulan, karena siklusnya tidak merata dalam empat musim, atau dalam pertumbuhan dan perkembangan buah. Karena alasan ini, waktu berdasarkan bulan (Qamariah) setahun lebih lambat dibandingkan berdasarkan matahari (Syamsiah) dan bulan dalam penanggalan qamariah berjalan bergiliran; terkadang suatu bulan bisa berada di musim dingin, terkadang di musim panas.
TERSEBARNYA SINAR MATAHARI
Renungkanlah bagaimana matahari terbit menyinari seluruh dunia, dan bagaimana hal itu ditata. Jika matahari hanya terbit di satu sisi, dan tidak berpindah ke sisi lain, sinarnya tidak akan menjangkau banyak gunung karena terhalangi gunung-gunung lain beserta berbagai penghalang yang lain. Dengan ketentuan Tuhan, matahari terbit di timur pada awal hari dan menyinari benda-benda di sebelah barat yang menghadap ke arahnya. Kemudian, matahari bergerak menuju barat, dan menyinari benda-benda yang di pagi hari tersembunyi. Jadi tidak ada tempat yang tidak terkena sinar matahari.
PANJANG SIANG DAN MALAM SERTA PENGARUHNYA
Renungkanlah panjang siang dan malam dan bagaimana semuanya ini diatur supaya bermanfaat bagi penciptaan. Panjang maksimal keduanya adalah lima belas jam, dan tidak lebih. Pikirkanlah: jika panjang siang hari itu seratus atau dua ratus jam, bukankah binatang dan tumbuh-tumbuhan di permukaan bumi akan musnah? Binatang tidak akan beristirahat dan tidak akan berhenti bekerja sepanjang hari. Ternak tidak akan berhenti makan selama mereka bisa melihat benderangnya siang, dan manusia juga tidak akan berhenti bekerja atau berhenti bergerak. Mereka semua akan kelelahan dan hancur lebur. Tumbuh-tumbuhan akan terbakar dan layu, karena panasnya sengatan matahari. Demikian pula, jika malam hari itu sangat panjang, binatang akan berhenti bergerak dan berhenti makan hingga mereka mati kelaparan. Tumbuhan juga akan kehilangan panas alamiahnya, sehingga tumbuh-tumbuhan ini akan membusuk dan musnah. Kita bisa melihat hal yang sama pada tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari.
CAHAYA BULAN DAN BINTANG
Renungkan cahaya bulan dan bintang serta perannya dalam kegelapan malam. Meskipun kegelapan itu perlu, yaitu supaya binatang bisa beristirahat dan memberikan udara dingin bagi tumbuhan, kegelapan total tanpa cahaya juga tidak baik karena kondisi ini tidak memungkinkan untuk bekerja. Sebab, ada orang yang perlu bekerja di malam hari, baik karena sengatan panas membuat pekerjaan itu lebih cocok dilakukan dengan penerangan bulan. Contoh pekerjaan ini adalah membajak sawah, membangun batu bata atau memotong kayu. Cahaya bulan memungkinkan manusia melakukan kegiatan semacam itu. Terbitnya bulan hanya pada waktu malam, dan fakta bahwa cahayanya kurang terang dibandingkan matahari memang ditentukan sedemikian supaya manusia tidak terus bekerja, sebagaimana di siang hari, dan supaya mereka ingat untuk beristirahat demi memulihkan tenaga. Ada cahaya dalam bentuk bintang yang menggantikan jika bulan tidak muncul, dan hal ini memungkinkan terjadinya pergerakan. Ketika keadaan darurat, seseorang harus lari dari bahaya atau ketika orang harus bergerak waktu malam, manusia tidak akan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa cahaya. Renungkanlah kebijakan mendalam penataan ini, di mana kegelapan memiliki wilayah dan jangka waktunya sendiri, tetapi juga masih menyisakan cahaya bagi keperluan-keperluan yang telah kita gambarkan.