HUBUNGAN IRĀDAH, ‘ILMU DAN BAQĀ’.
Selanjutnya, apa yang Allah ketahui akan wujud, berarti Allah menghendakinya. Dan apa yang Dia ketahui tidak wujud, berarti Dia tidak menghendakinya. Jadi, menurut kita, sifat irādah mengikut pada sifat ‘ilmu, bukan pada perintah. Karena seandainya Allah menghendaki apa yang tidak akan wujud, maka hal ini adalah sebuah kelemahan dalam sifat irādah-Nya.
Kekekalan Allah tidak bermula dan tidak berakhir. Sifat baqā’ dan sifat qadīm, keduanya bermuara pada keberlanjutan wujud pada masa lampau tanpa ada pangkalnya, dan masa yang akan datang tanpa ada ujungnya. Imām al-Ghazālī berkata: “Keduanya (baqā’ dan qidam) termasuk di antara sifat-sifat nafiy (peniada). Karena muara keduanya adalah pada peniadaan sesuatu yang mendahului, dan peniadaan sesuatu yang menyusuli.” (401).
Catatan: