006 Allah Memberi Bukan Karena Doamu – Telaga Ma’rifat

TELAGA MA‘RIFAT
Mempertajam Mata Hati Dan Indra Keenam
Syekh Ibnu ‘Atha’

Alih Bahasa: Ust. Muhammad Nuh, LC
Penerbit: Mitrapress

6

ALLAH MEMBERI BUKAN KARENA DOAMU

 

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ

Terlambatnya pemberian Allah setelah engkau bersunggu-sungguh berdoa janganlah menyebabkan dirimu berputus asa. Ketahuilah Allah menjamin doa yang kau panjatkan (tetapi) sesuai dengan pilihan-Nya (kehendak-Nya), bukan karena kehendakmu.

 

Adab orang berdoa adalah memperhatikan tata kesopanan dan merendahkan hati. Permintaan yang kau lakukan bukan terhadap sesama manusia, tetapi permohonan kepada Rajanya para raja. Seorang bawahan jika menghadap raja, ia menata sikapnya sebaik mungkin. Berjalan berjongkok, bahkan beringsut. Cara bicaranya diatur jangan sampai keliru. Sikapnya sangat hati-hati, jangan sampai membuat raja merasa tidak senang. Ia benar-benar menunjukkan kehambaannya sebagai orang yang tak berarti. Jika mengajukan permohonan, maka tak pernah memaksakan kehendak. Dikabulkan atau tidak itu urusan raja. Namun dalam hati digantungkan harapan, semoga permohonannya diluluskan. Jika diluluskan, ia keluar istana dengan senang hati, tetapi tidak berbangga hati. Ia tak pernah berkata orang-orang di luar istana bahwa permohonan raja itu atas kehendaknya. Tetapi terkabulnya permohonan itu karena kemurahan raja.

Lalu bagaimana sikap kita dalam berdoa? Sesungguhnya Allah lebih Pemurah dari raja dunia. Karena Maha Pemurah, maka tak ada halangan bagi-Nya untuk mengabulkan doa hamba-hambaNya. Hanya saja, kapan doa itu dibalas dengan rahmat. Waktunya terserah Allah. Sebab Dia yang Punya Hak untuk itu.

Seringkali manusia mengeluh, sampai-sampai dia berani “menyalahkan” Tuhannya. Ini karena doanya merasa tidak dikabulkan. Ia sudah lelah berdoa, tetapi belum juga ada perubahan bagi nasibnya. Orang-orang semacam ini tidak berbaik sangka kepada Allah s.w.t. Jika ia berbaik sangka, tentu hatinya akan yakin bahwa Allah membalas doanya. Hanya saja balasan itu tidak secepat yang diharapkan, karena Allah jua yang berkehendak memilih waktunya yang tepat.

Jika doa terkabulkan dalam waktu yang tepat sesuai harapan, maka janganlah mengira bahwa rahmat itu karena doa kita. Jangan menyangka karena kita dekat kepada Allah dan merasa setiap ucapan terkabulkan. Sama sekali tidak! Rahmat dan pemberian-Nya bukan karena kehendak doa kita. Jika karena doa kemudian Allah menuruti kemauan hamba-Nya, maka di manakah letak Kekuasaan Allah. Jika demikian berarti Allah bisa diatur sekehendak hamba-Nya.

Oleh karena itu, sesungguhnya yang kita lakukan adalah berdoa. Karena doa adalah kebutuhan sebagai sarana untuk menyandarkan diri kepada Kekuasaan-Nya. Masalah dikabulkan atau tidak, itu sepenuhnya urusan Allah. Jika dikabulkan, bukan berarti Allah menuruti kehendak kita. Jika pemahaman ini direnungkan dalam hati, maka kita tak akan berputus asa dalam berdoa.

Sesungguhnya berdoa itu merupakan bagian dari ibadah. Setiap kita butuh apa saja, hendaknya bersandar kepada Allah dengan hati berpengharapan. Dengan hati yang selalu berprasangka baik kepada-Nya. Jangan lalu berputus asa manakala doa belum terkabul. Yakinlah dalam hati, setiap doa pasti dikabulkan Allah. Bukankah Dia telah berjanji sebagaimana dalam Surat al-Baqarah ayat 186: “Dan jika hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (katakanlah) bahwa Aku sangat dekat (dengannya). Aku mengabulkan permintaan orang yang meminta, jika ia mau berdoa kepada-Ku, agar mereka senantiasa dalam kebenaran.” Kemudian dalam surat al-Mu’min ayat 60, Allah semakin memberi ketegasan atas janjinya: “Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku akan kabulkan!

Seandainya orang berdoa tahu bahwa terkabulnya doa dipilih Allah saat di akhirat, maka itu lebih baik daripada diberikan di dunia. Sebab nilai rahmat di akhirat lebih besar dibandingkan nilai rahmat di dunia.

Hendaknya kita bersyukur, karena sesuatu yang ditentukan dan dipilih Allah adalah sebaik-baik ketentuan. Merupakan sebaik-baik pilihan buat kita.

Meskipun kadang-kadang kita menilai bahwa sesuatu yang kita terima itu tidak menyenangkan. Namun sesungguhnya di balik ketidaktahuan kita itu tersimpan hikmah yang sangat besar.

Marilah kita renungkan firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 216 ini: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal sesungguhnya sesuatu yang kau benci itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu, padahal sebenarnya sesuatu yang kau cintai itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.

Rasūlullāh s.a.w. juga menegaskan dalam sabdanya: “Tiada seorang pun yang berdoa melainkan Allah pasti akan mengabulkan doanya, atau dihindarkan bahaya padanya atau diampuni sebagian dosanya selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang menjurus pada dosa memutus hubungan sanak famili.

Sekarang yang perlu dilakukan oleh seorang hamba adalah berdoa, bergantung dan yakin kepada cara-cara yang sempurna dari Allah. Karena Dia selalu mengetahui keadaan hamba-Nya sebenar-benarnya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *