لَيْسَ بِجِسْمٍ وَ لَا جَوْهَرٍ وَ لَا عَرَضٍ وَ لَمْ يَزَلْ وَحْدَهُ وَ لَا مَكَانَ وَ لَا زَمَانَ وَ لَا قُطْرَ وَ لَا أَوَانَ.
Allah bukan jisim (raga), bukan jauhar (materi), bukan ‘aradh (sifat). Allah senantiasa Esa, tidak terikat dimensi ruang dan waktu, tidak terikat arah dan masa.
ALLAH BUKAN MATERI, BUKAN ATOM.
Allah bukan jisim (raga), bukan jauhar (materi, atom), bukan pula ‘aradh (sifat). Karena Allah tersucikan dari baru, sedangkan jisim, jauhar, dan ‘aradh adalah baru (371). Jauhar adalah sesuatu penyusun jisim, sedangkan jisim adalah sesuatu yang tersusun, yang dapat bertambah dan berkurang. Allah berfirman:
وَ زَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَ الْجِسْمِ. (البقرة: 247)
“Dan Allah telah menambahkannya (yakni Thalut) ilmu dan jisim.”
Sedangkan ‘aradh adalah sesuatu yang butuh pada tempat untuk menempel, dan mustahil untuk abadi, seperti warna dan rasa (382). Padahal Allah itu Satu; bukan berupa asal bagi sesuatu yang lain yang menjadi penyusunannya; Allah akan tetap abadi.
Allah senantiasa Esa, tidak terikat dimensi ruang dan waktu, tidak terikat arah dan masa. Yakni, bahwa Allah ada dengan sendiri-Nya sebelum adanya ruang dan waktu.
Catatan:
- 37). Jauhar, jisim dan ‘aradh adalah pembagian dari alam. Karena alam itu adakalanya berdiri sendiri, atau berdiri dengan yang lain. Yang kedua (yang berdiri dengan yang lain) adalah ‘aradh. Sedang yang pertama (yang berdiri sendiri) – dan disebut ‘ain, yang menjadi tempat bagi ‘aradh – adakalanya tersusun, yakni jisim, dan adakalnya tidak tersusun, yakni jauhar, terkadang disebut dengan “jauhar fard”. Lihat Syarḥ-ul-Maḥallī ‘alā Jāmi‘-il-Jawāmi‘ II/406. ↩
- 38). Jalāl as-Suyūthī, Syarḥ-ul-Kawkab-is-Sāthi‘, vol II, hal. 513. ↩
Komentar
Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?