004 Tayammum – FIQH Populer Terjemah FATHUL MU’IN

FIQH Populer
Terjemah Fath-ul-Mu‘in
Penulis: Syaikh Zainuddin bin ‘Abdul-‘Aziz al-Malibari
(Judul Asli: Fatḥ-ul-Mu’īni Bi Syarḥi Qurrat-il-‘Aini Bi Muhimmāt-id-Dīn)

Penerjemah: M. Fikril Hakim, S.H.I. dan Abu Sholahuddin.
Penerbit: Lirboyo Press.

TAYAMMUM

 

(تَتِمَّةٌ) يَتَيَمَّمُ عَنِ الْحَدَثَيْنِ لِفَقْدِ مَاءٍ أَوْ خَوْفِ مَحْذُوْرٍ مِنِ اسْتِعْمَالِهِ بِتُرَابٍ طَهُوْرٍ لَهُ غُبَارٌ. وَ أَرْكَانُهُ نِيَّةُ اسْتِبَاحَةِ الصَّلَاةِ الْمَفْرُوْضَةِ مَقْرُوْنَةً بِنَقْلِ التُّرَابِ، وَ مَسْحُ وَجْهِهِ ثُمَّ يَدَيْهِ. وَ لَوْ تَيَّقَنَ مَاءً آخِرَ الْوَقْتِ فَانْتِظَارُهُ أَفْضَلُ، وَ إِلَّا فَتَعْجِيْلُ تَيَمُّمٍ. وَ إِذَا امْتُنِعَ اسْتِعْمَالُهُ فِيْ عُضْوٍ وَجَبَ تَيَمُّمٌ وَ غَسْلُ صَحِيْحٍ وَ مَسْحُ كُلِّ السَّاتِرِ الضَّارِّ نَزْعُهُ بِمَاءٍ، وَ لَا تَرْتِيْبَ بَيْنَهُمَا لِجُنُبٍ. أَوْ عُضْوَيْنِ فَتَيَمُّمَانِ، وَ لَا يُصَلِّيْ بِهِ إِلَّا فَرْضًا وَاحِدًا وَ لَوْ نَذْرًا. وَ صَحَّ جَنَائِزُ مَعَ فَرْضٍ.

(Kesempurnaan). Boleh bertayammum dari dua hadats sebab tidak adanya air (11) atau takut dari hal yang membahayakan dari penggunaan air (22) dengan menggunakan debu (33) yang suci yang dapat berterbangan. Rukun-rukun tayammum adalah berniat agar diperbolehkan melaksanakan shalat yang difardhukan besertaan dengan memindah debu, (44) mengusap wajah, kemudian kedua tangannya. Kalau seandainya seseorang yakin akan adanya air di akhir waktu shalat, maka menantinya lebih utama, namun bila tidak yakin, maka yang lebih utama adalah mempercepat tayammum. Jika penggunaan air pada satu anggota wudhu’ terhalangi, (55) maka wajib baginya untuk bertayammum (66) dan membasuh anggota yang sehat dan mengusap dengan air setiap penghalang (77) yang membahayakan melepasnya. (88) Dan tidak ada keharusan tartib di antara keduanya bagi seorang yang junub, atau pada dua anggota, maka wajib melakukan dua tayammum. Tayammum tersebut tidak boleh untuk melakukan shalat kecuali satu fardhu’ saja – walaupun dengan nadzar – , dan sah shalat janazah bersamaan shalat fardhu.

Catatan:


  1. 1). Baik secara nyata (hissi) ataupun secara syara‘. Sebagian contoh yang secara nyata adalah terhalangnya antara dirinya dan air dengan seekor hewan buas sebab yang dikehendaki dengan udzur hissi adalah sulit untuk menuju air dan menggunakan secara nyata. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 71 Darul-Fikr. 
  2. 2). Seperti menjadi sakit, bertambah parah sakitnya, rusaknya anggota tubuh atau kemanfaatannya. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 71 Darul-Fikr. 
  3. 3). Walaupun debu ghasaban seperti debu masjid namun hukumnya haram. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 71 Darul-Fikr. 
  4. 4). Maksud dari memindah debu adalah memindah debu ke anggota yang diinginkan untuk diusap walaupun dari debu yang dibawa angin. Wajib untuk melanggengkan niat tayammum sampai mengusap wajah. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 72 Darul-Fikr. 
  5. 5). Haram secara syari‘at menggunakan air dengan rekomendasi dari seorang dokter yang adil atau dirinya sendiri seorang dokter. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 72 Darul-Fikr. 
  6. 6). Sebagai pengganti anggota yang tidak terkena air. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 72 Darul-Fikr. 
  7. 7). Sebagai pengganti dari anggota sehat yang terkena perban. Oleh karena itu bila perban tidak sampai mengambil anggota yang sehat, maka tidak wajib untuk mengusapnya. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 72 Darul-Fikr. 
  8. 8). Sekira dengan melepasnya dapat menyebabkan bahaya seperti sakit, rusaknya anggota atau kemanfaatannya. I‘ānah Thālibīn, Juz. 1 Hal. 72 Darul-Fikr. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *