AQIDAH
Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah
Aqidah Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah adalah aqidah yang diyakini dan dikerjakan oleh Rasulullah SAW bersama sahabat-sahabatnya yang saat itu dikenal dengan Aqidah Islamiya.
Sedang golongan Ahlussunnah Wal Jamaah adalah golongan yang berpegang dengan apa apa yang diyakini dan dikerjakan oleh Rasulullah SAW bersama sahabat-sahabatnya.
Dasar mereka adalah Sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
الفرقة الناجية: هي ما أنا عليه وأصحابي.
(رواه الترمذي والحاكم)
“Al-firqah an-nājiah atau golongan yang selamat dan akan masuk Surga adalah golongan yang berpegang dengan apa–apa yang aku kerjakan bersama sahabat-sahabatku.” (HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
Mengenai Al-firqah an-najiyah ini akan kita bahas tersendiri.
Demikian yang dimaksud dengan aqidah Ahl-us-Sunnah Wal Jamaah dan golongan Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah.
LAHIRNYA NAMA
Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah
Dahulu di zaman Rasulullah SAW kaum Muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada Syi’ah ini dan tidak ada Syi’ah itu, semua di bawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.
Bila ada masalah atau beda pendapat antara para Sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. Itulah yang membuat para Sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah maupun dalam urusan duniawi.
Kemudian setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali KW menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik. Sedang aqidah mereka tetap satu yaitu aqidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam aqidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syi’ah (Rawafid).
Tapi setelah para Sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam aqidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.
Saat itu Muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan Ahli Bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Khawārij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh pada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW bersama Sahabat-Sahabatnya.
Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan aqidahnya Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah. Jadi golongan Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah adalah golongan yang mengikuti Sunnah-sunnah Nabi dan Jamā’at-us-Shahabah.
Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW: bahwa golongan yang selamat dan akan masuk Surga (Al-Firqah An-Nājiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama Sahabat-Sahabatku
Dengan demikian aqidah Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah adalah aqidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan golongan Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus-Sunnah Wal Jamā’ah dan Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah itulah Islam. Sedang golongan-golongan Ahli Bid’ah seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Khawarij dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian aqidah Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imām Ahmad ra, Imām Mālik ra, Imām Syāfi’i ra dan Imam Hambali ra. Begitu pula sebelum timbulnya Ahli Bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat Ahl-ul-Bait adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi SAW, dan mereka tidak menyimpang dari ajaran Nabi. Mereka tidak dari golongan Ahli Bid’ah, tapi dari golongan Ahl-us-Sunnah.
Demikian sekilas lahirnya nama Ahl-us-Sunnah Wal Jamā’ah.