Penghancuran Rumah Berhala Ri’ām – Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam (3/4)

SIRAH NABAWIYYAH IBNU HISYĀM
(Judul Asli: As-Sīrah an-Nabawiyyah li ibni Hisyām)
Penulis: Abū Muḥammad ‘Abd-ul-Mālik bin Hisyām al-Mu‘āfirī.

Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc.
Penerbit: Darul Fikr.

Rangkaian Pos: Penguasaan Abu Karib Tubban Terhadap Kerajaan Yaman & Penyerangannya Terhadap Yatsrib | Sirah Nabawiyyah - Ibnu Hisyam

BAB 4
(Bagian 3)

PENGUASAAN ABŪ KARIB TUBBĀN TERHADAP KERAJAAN YAMAN DAN PENYERANGANNYA TERHADAP YATSRIB

Penghancuran Rumah Berhala Ri’ām

Ibnu Isḥāq berkata: “Ri’ām adalah rumah yang diagung-agungkan orang-orang Yaman. Mereka menyembelih hewan qurban di sebelahnya, dan berbicara berdasarkan petunjuk rumah tersebut ketika mereka masih dalam keadaan syirik. Dua rahib Yahudi berkata kepada Tubba‘: “Sesungguhnya syetan menyesalkan mereka dengan Rumah Ri’ām tersebut. Untuk itu, jauhkan kami daripadanya.” Tubba‘ berkata: “Terserah pendapatmu terhadap rumah tersebut!” Menurut orang-orang Yaman, dua rahib Yahudi tersebut meminta Tubba‘ mengeluarkan anjing hitam, kemudian keduanya menyembelihnya dan menghancurkan Rumah Ri’ām tersebut. Menurut informasi yang disampaikan kepadaku, puing-puing Rumah Ri’ām tersebut adalah darah yang dulunya ditumpahkan ke atasnya.”

Raja Ḥassān dan Kematiannya di Tangan Saudaranya

Ketika anak Tubba’, Ḥassān bin Tubbān As‘ad Abū Karib menjadi raja baru, ia berjalan bersama orang-orang Yaman dengan tujuan menguasai negeri-negeri ‘Arab dan negeri-negeri non-‘Arab. ketika mereka tiba di salah satu daerah di ‘Irāq, Ibnu Hisyām berkata, yaitu tepatnya di Baḥrain sebagaimana disampaikan kepadaku, maka orang-orang Ḥimyar dan kabilah-kabilah menolak meneruskan perjalanannya. Mereka berbicara kepada saudara Ḥassān yang bernama ‘Amr yang sedang berada dalam pasukan bersama Ḥassān, kata mereka kepada ‘Amr: “Bunuhlah Ḥassān, niscaya kami mengangkatnya sebagai raja kami, kemudian engkau pulang bersama kami ke negeri asal.” ‘Amr menyetujui rencana tersebut, kemudian mereka sepakat melaksanakan rencana tersebut, namun Dzū Ru‘ain al-Ḥimyarī tidak menyetujuinya dan melarang realisasinya. Saran Dzū Ru‘ain tidak diterima ‘Amr, kemudian Dzū Ru‘ain berkata:

Ketahuilah, siapakah yang mau membeli tidak tidur dengan tidur
Orang bahagia adalah orang yang bisa tidur dengan nyenyak
Adapun orang-orang Ḥimyar, mereka telah berkhianat
Semoga Allah mengampuni Dzū Ru‘ain

Dzū Ru‘ain menulis bait syair di atas di secarik kertas, kemudian mengirimkannya kepada ‘Amr. Dzū Ru‘ain berkata kepada ‘Amr: “Simpan tulisan ini di tempatmu!” Permintaan Dzū Ru‘ain tersebut dipenuhi ‘Amr. Setelah itu, ‘Amr membunuh saudaranya. Ḥassān, kemudian pulang ke Yaman bersama anak buahnya. Salah seorang dari Ḥimyar berkata kepada ‘Amr:

Allah mempunyai mata terhadap orang
Ḥassān yang dibunuh pada suatu zaman
Ia dibunuh oleh orang-orang elit karena takut ditahan
Besok pagi, mereka berkata bahwa itu tidak apa-apa
Jenazah kalian adalah orang terbaik kami
Orang hidup kalian adalah pemimpin kami, dan kalian adalah pemimpin kami

Kematian ‘Amr dan Perpecahan di Tubuh Orang-orang Ḥimyar

Ibnu Isḥāq berkata: “Ketika ‘Āmir bin Tubbān As‘ad tiba di Yaman ia tidak bisa tidur sekejap pun, dan selalu dalam keadaan terjaga. Karena ia merasa tersiksa karena tidak bisa tidur, ia minta dipanggilkan tim dokter dan pakar dukun untuk mengobati penyakitnya tersebut. Salah seorang dari mereka berkata kepadanya: “Demi Allah, tidak ada orang yang membunuh saudaranya atau dengan zalim seperti pembunuhanmu terhadap saudaramu, melainkan tidurnya hilang dan tidak bisa tidur diberikan kepadanya.” ketika perkataan tersebut disampaikan kepada ‘Amr, ia bunuh semua orang Yaman yang menyuruhnya membunuh saudaranya, Ḥassān. Kemudian ia pergi menemui Dzū Ru‘ain. Dzū Ru‘ain berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku pernah menitipkan sesuatu padamu.” ‘Amr berkata: “Titipan apa itu?” Dzū Ru‘ain berkata: “Tulisan yang pernah aku berikan kepadamu.” ‘Amr mengeluarkannya dan ternyata di dalamnya terdapat bait syair di atas. Dzū Ru‘ain meninggalkan ‘Amr dan ‘Amr sadar bahwa dulu Dzū Ru‘ain pernah memberi nasihat kepadanya. Tidak lama kemudian ‘Amr meninggal dunia, dan sepeninggalnya kendali orang-orang Ḥimyar terlepas dan mereka terpecah belah.

Perihal Lakhnī‘ah dan Dzū Nuwās

Kemudian salah seorang dari orang-orang Ḥimyar yang tidak berasal dari keluarga istana yang bernama Lakhnī‘ah Yanūfa Dzū Syanātir membunuh tokoh-tokoh Ḥimyar dan menodai kehormatan keluarga istana. Salah seorang dari orang-orang Ḥimyar berkata kepada Lakhnī‘ah:

Engkau telah membunuh anak-anaknya dan mengusir istri-istrinya
Dengan tangan-tangannya, engkau membangun kehinaan bagi orang-orang Ḥimyar
Engkau bumihanguskan dunianya dengan kecerobohan para pemikir
Namun kerusakan pada agama itu jauh lebih banyak
Begitulah, sebelum ini terjadi kezhaliman
Yang kemudian mendatangkan kerugian

Lakhnī‘ah orang bejat yang gemar melakukan hubungan homoseksual seperti kaum Nabi Lūth. Ia seringkali mendatangi remaja-remaja istana, kemudian melakukan hubungan homoseksual dengan mereka di ruang tamu khusus, agar remaja-remaja istana tersebut tidak bisa diangkat menjadi raja sesudah itu. Dari atas ruang khusus tersebut, ia melihat ke arah para penjaganya dan tentara-tentaranya sambil meletakkan gosok gigi di mulutnya sebagai syarat untuk mereka bahwa ia telah melakukan hubungan homseksual. Suatu ketika, Lakhnī‘ah mengutus seseorang untuk membawa Zur’ah Dzū Nuwās bin Tubbān As‘ad, saudara Ḥassān kepadanya. Zur‘ah masih berusia kanak-kanak ketika Ḥassān dibunuh. Ia tumbuh besar menjadi remaja tampan, berpostur tubuh atletis, dan cerdas. Ketika utusan Lakhnī‘ah tiba di kediaman Zur‘ah, ia mengerti maksud yang diinginkan Lakhnī‘ah padanya. Ia mengambil pisau kecil yang tajam dan menyembunyikannya di bawah sepatunya, kemudian bangkit ke tempat Lakhnī‘ah. Ketika ia berduaan dengan Lakhnī‘ah, maka Lakhnī‘ah langsung menindih Zur‘ah, namun dengan cepat Zur‘ah Dzū Nuwās menindihnya dan menikamnya hingga tewas. Ia potong kepalanya, kemudian ia letakkan di lubang dinding. Ia letakkan gosok gigi di mulutnya kemudian keluar menemui manusia.

Ibnu Hisyām berkata: “Manusia melihat ke arah lobang dinding, ternyata mereka melihat kepala Lakhnī‘ah di dalamnya. Kemudian mereka menyusul Dzū Nuwās hingga berhasil mengejarnya. Mereka berkata kepadanya: “Tidak ada yang pantas menjadi raja bagi kami kecuali engkau, jika engkau telah berhasil membereskan orang brengsek ini (Lakhnī‘ah)

Raja Zur‘ah Dzū Nuwās

Rakyat Ḥimyar mengangkat Zur‘ah Dzū Nuwās sebagai raja. Orang-orang Ḥimyar dan kabilah-kabilah Yaman bersatu di bawah kepemimpinannya. Dzū Nuwās adalah raja terakhir orang-orang Ḥimyar, dan dialah pelaku kasus pembunuhan di dalam parit (Ashḥāb-ul-Ukhdūd). Ia menamakan dirinya Yūsuf dan menjadi raja selama bertahun-tahun.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *