Kedatangan Tubba‘ ke Makkah dan Menutupi Ka‘bah dengan Kiswah – Sirah Nabawiyyah Ibnu Hisyam (2/4)

SIRAH NABAWIYYAH IBNU HISYĀM
(Judul Asli: As-Sīrah an-Nabawiyyah li ibni Hisyām)
Penulis: Abū Muḥammad ‘Abd-ul-Mālik bin Hisyām al-Mu‘āfirī.

Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc.
Penerbit: Darul Fikr.

Rangkaian Pos: Penguasaan Abu Karib Tubban Terhadap Kerajaan Yaman & Penyerangannya Terhadap Yatsrib | Sirah Nabawiyyah - Ibnu Hisyam

BAB 4
(Bagian 2)

PENGUASAAN ABŪ KARIB TUBBĀN TERHADAP KERAJAAN YAMAN DAN PENYERANGANNYA TERHADAP YATSRIB

Kedatangan Tubba‘ ke Makkah dan Menutupi Ka‘bah dengan Kiswah

Ibnu Isḥāq berkata: “Tubba‘ dan kaumnya adalah penyembah berhala. Ia mampir ke Makkah dalam perjalanan pulang ke Yaman. Ketika ia berada di antara ‘Usfān dan Amaj, ia didatangi sekelompok orang dari Hudzail Mudrikah bin Ilyās bin Mudzar bin Ma‘add. Mereka berkata kepadanya: “Paduka raja, maukah paduka raja kami beritahu tentang rumah penyimpanan harta melimpah yang disembunyikan raja-raja sebelum paduka raja? Di dalamnya terdapat mutiara, zabarjad, intan berlian, emas, dan perak?” Tubba‘ berkata: “Ya, saya mau.” Mereka berkata: “Yaitu rumah di Makkah yang disembah penduduknya dan mereka shalat di sampingnya.” Orang-orang Hudzail ingin mencelakakan Tubba‘ dengan cara seperti itu, karena mereka tahu betul bahwa siapa saja yang ingin merusak Baitullāh, pasti celaka. Ketika Tubba‘ telah bersiap diri untuk mengikuti arahan orang-orang Hudzail, Tubba‘ mengutus seseorang untuk menemui dua rahib Yahudi guna menanyakan arahan orang-orang Hudzail tersebut. Kedua rahib Yahudi berkata kepada Tubba‘: “Orang-orang Hudzail hanya ingin mencelakakan dirimu dan pasukanmu, karena kita tidak tahu ada rumah selain Baitullāh di muka bumi ini yang khusus dijadikan Allah sebagai rumah-Nya. Jika engkau menuruti arahan mereka, engkau pasti mati dan orang-orang yang bersamamu.” Tubba‘ berkata kepada kedua rahib Yahudi: “Kalau begitu, apa yang kalian berdua perintahkan kepadaku, jika aku datang ke Makkah?” Kedua rahib Yahudi berkata: “Engkau harus berbuat seperti yang dikerjakan penduduknya. Engkau thawaf di samping Ka‘bah, mengagungkannya, memuliakannya, mencukur rambut di sampingnya, dan merendahkan diri di sampingnya hingga engkau keluar daripadanya.” Tubba‘ berkata: “Apa yang membuat kalian berdua melarangku mengikuti arahan orang-orang Hudzail?” Kedua rahib Yahudi berkata: “Sesungguhnya Ka‘bah adalah rumah ayah kita Ibrāhīm, dan ia seperti yang telah kami jelaskan kepadamu. Namun penduduknya memisahkan kami daripadanya dengan cara mereka memasang berhala-berhala di dalamnya, dan dengan darah yang mereka tumpahkan di sampingnya. Mereka orang-orang kotor dan orang-orang syirik.” Atau seperti dikatakan keduanya. Tubba‘ memahami nasihat kedua rahib tersebut dan kejujuran nasihat keduanya. Kemudian ia mendekat kepada sekelompok orang dari orang-orang Hudzail lalu ia memotong tangan dan kaki mereka. Setelah itu, ia meneruskan perjalanannya hingga tiba di Makkah. Tiba di Makkah, ia thawaf di sekeliling Ka‘bah, menyembelih hewan qurban di sebelahnya, mencukur rambutnya, dan berada di sana selama enam hari. Menurut banyak orang, Tubba‘ menyembelih hewan qurban kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang, ia memberi makan penduduk Makkah, dan memberi mereka minum madu. Tubba‘ bermimpi dalam tidurnya mendapat perintah untuk menutup Ka‘bah, kemudian ia menutupinya dengan kain kasar. Ia bermimpi lagi agar ia menutupi Ka‘bah dengan kain yang lebih bagus, kemudian ia menutupinya dengan kain ma‘āfir (jenis kain Yaman). ia bermimpi lagi agar ia menutupinya dengan kain yang lebih bagus, kemudian ia menutupinya dengan kain mahal ketika itu yaitu kain al-Mulā’a dan al-Washā’il. Menurut orang-orang ketika itu, Tubba‘ adalah orang yang pertama kali menutupi Ka‘bah dan mewasiatkannya kepada para gubernurnya dari orang-orang Jurhum. Ia perintahkan mereka membersihkan Ka‘bah; darah, bangkai, dan darah haid tidak boleh didekatkan kepadanya. Ia membuat pintu dan kunci untuk Ka‘bah. Subai‘ah binti al-Aḥabb bin Zabīnah bin Jadzīmah bin ‘Auf bin Nashr bin Mu‘āwiyah bin Bakr bin Hawāzin bin Manshūr bin ‘Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin ‘Ailān, istri ‘Abdu Manāf bin Ka‘ab bin Sa‘ad bin Taim bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu’ai bin Ghālib bin Fihr bin Mālik bin an-Nadhr bin Kinānah berkata kepada anaknya Khālid agar Khālid mengagungkan kesucian Makkah, melarangnya mengganggunya, dan mengingatkannya kerendahan diri Tubba‘ kepada Makkah, dan apa yang ia kerjakan selama berada di Makkah,

Anakku, janganlah engkau menzhalimi anak kecil dari orang tua di Makkah
Anakku, jagalah kesucian Makkah dan jangan sekali-kali engkau terperdaya oleh tipuan
Anakku, barang siapa berbuat kezhaliman di Makkah, ia mendapat balasan yang buruk
Anakku, wajahnya dipukul dan terbakar
Anakku, sungguh aku telah mencobanya
Kulihat orang yang menzaliminya itu binasa
Allah memberi keamanan kepada Makkah
Dan istana-istana tidak dibangun di pelatarannya
Allah memberi keamanan kepada burung-burung Makkah
Dan kambing hutan merasa aman di gunung Tsabir (gunung di Makkah)
Sungguh Tubba‘ telah datang kepadanya
Kemudian ia menutupi Ka‘bah dengan kain Ḥabīr (kain dari Yaman)
Tuhanku merendahkan kekuasaan Tubba‘ di dalamnya
Kemudian ia menunaikan nadzarnya di dalamnya
Ia berjalan kepadanya dengan telanjang kaki
Di halaman Ka‘bah terdapat seribu unta
Ia tidak henti-hentinya memberi makan penduduk Makkah
Dengan daging unta kecil dan unta besar
Ia memberi mereka minum dengan madu asli dan air gandum
Gajah membinasakan pasukannya
Mereka melemparinya dengan batu-batu
Dengarkan jika engkau diajak bicara
Dan pahamilah akhir kesudahan segala sesuatu

Tubba‘ Mengajak Rakyat Yaman kepada Agamanya

Setelah itu, Tubba‘ pulang ke Yaman bersama pasukannya dan dua rahib Yahudi. Tiba di Yaman, ia mengajak penduduk Yaman masuk kepada agamanya, namun mereka menolak ajakan Tubba‘. Mereka menyerahkan persoalan Tubba‘ kepada api di Yaman.

Rakyat Yaman Menyerahkan Persoalan Tubba‘ kepada Api

Ibnu Isḥāq mengatakan Abū Mālik bin Tsa‘labah bin Abū Mālik al-Qurazhī berkata bahwa aku mendengar Ibrāhīm bin Muḥammad bin Thalḥah bin ‘Ubaidillāh berkata, bahwa ketika Tubba‘ mendekati Yaman, orang-orang Ḥimyar melarangnya masuk Yaman. Mereka berkata: “Engkau jangan masuk ke Yaman, karena engkau telah meninggalkan agama kami.” Tubba‘ mengajak orang-orang Ḥimyar kepada agamanya dengan berkata kepada mereka: “Agamaku lebih baik daripada agama kalian.” Mereka berkata: “Kita selesaikan persoalan kita kepada api.” Tubba‘ berkata: “”Boleh.” Ibnu Isḥāq menambahkan: “Menurut kepercayaan orang-orang Yaman, di Yaman terdapat api yang menjadi hakim dalam semua persoalan mereka; api tersebut melalap orang yang zalim, dan tidak membahayakan orang yang dizhalimi. Orang-orang Yaman pun keluar dari rumah masing-masing dengan membawa berhala-berhala mereka dan apa-apa yang dipakai ibadah dalam agama mereka, sedang dua rahib Yahudi membawa dua mushhaf yang tergantung di leher keduanya. Mereka duduk di tempat keluarnya api, kemudian api keluar kepada mereka. Ketika api keluar kepada mereka, mereka menghindar daripadanya, dan meniupnya. Para hadirin menguatkan semangat mereka dan menyuruh mereka bersabar. Mereka bersabar hingga api mengelilingi mereka kemudian memakan berhala-berhala mereka dan apa saja yang mereka pakai untuk beribadah, serta apa saja yang dibawa orang-orang Ḥimyar. Di sisi lain, dua rahib Yahudi keluar dengan dua mushhaf di lehernya. Dahinya berkeringat dan api sedikit pun tidak menjilat mereka. Seketika itu juga, orang-orang Ḥimyar memeluk agama kedua rahib tersebut, dan sejak itu agama Yahudi berkembang di Yaman.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *