Penguasaan Abu Karib Tubban – Sirah Nabawiyyah – Ibnu Hisyam (1/4)

SIRAH NABAWIYYAH IBNU HISYĀM
(Judul Asli: As-Sīrah an-Nabawiyyah li ibni Hisyām)
Penulis: Abū Muḥammad ‘Abd-ul-Mālik bin Hisyām al-Mu‘āfirī.

Penerjemah: Fadhli Bahri, Lc.
Penerbit: Darul Fikr.

Rangkaian Pos: Penguasaan Abu Karib Tubban Terhadap Kerajaan Yaman & Penyerangannya Terhadap Yatsrib | Sirah Nabawiyyah - Ibnu Hisyam

BAB 4
(Bagian 1)

PENGUASAAN ABŪ KARIB TUBBĀN TERHADAP KERAJAAN YAMAN DAN PENYERANGANNYA TERHADAP YATSRIB

Tubba‘ al-Ākhir

Ibnu Isḥāq berkata: “Ketika Rabī‘ah bin Nashr meninggal dunia, kerajaan negeri Yaman pindah ke tangan Ḥassān bin Tubbān As‘ad Abū Karib. Tubbān As‘ad adalah Tubba‘ al-Ākhir bin Kulī Karib bin Zaid. Zaid adalah Tubba‘ al-Awwal bin ‘Amr Dzul-Adz‘ār bin Abrahah Dzul-Manār bin ar-Rīsy (Ibnu Hisyām berkata: “Ada yang mengatakan ar-Rā’isy.”) bin ‘Adī bin Shaifī bin Saba’ al-Ashghar bin Ka‘ab Kahfī azh-Zhulmi bin Zaid bin Sahl bin ‘Amr bin Qais bin Mu‘āwiyah bin Jusyam bin ‘Abdu Syams bin Wā’il bin al-Ghauts bin Quthn bin ‘Arīb bin Zuhair bin Aiman bin al-Hamaisa‘ bin al-‘Aranjaj yang tidak lain adalah Ḥimyar bin Saba’ al-Akbar bin Ya‘rub bin Yasyjub bin Qaḥthān.”

Ibnu Hisyām berkata: “Yasyjub adalah anak Ya‘rub bin Qaḥthān.”

Ibnu Isḥāq berkata: “Tubbān As‘ad Abū Karib datang ke Madinah, kemudian membawa dua rahib Yahudi Madinah ke Yaman, memakmurkan Masjid-il-Ḥarām, dan menutupinya. Raja Yaman sebelumnya adalah Rabī‘ah bin Nashr.”

Ibnu Hisyām berkata: “Tubbān As‘ad Abū Karib inilah yang pernah dikatakan dalam salah satu syair:

Duhai seandainya aku mendapatkan keberuntungan seperti Abū Karib
Kebaikannya menutupi kebodohannya

Ḥassān Melewati Madinah

Ibnu Isḥāq berkata: “Dari timur, Ḥassān mengarahkan perjalanannya ke Madinah. Sebelumnya, ia pernah melewati Madinah tanpa membunuh penduduknya. Ia tinggalkan anaknya sebagai pemimpin mereka, namun anaknya dibunuh penduduk Madinah dengan zhalim. Kemudian Ḥassān datang ke Madinah untuk mengusir penduduknya, memberangus penduduknya, dan menebang pohon kurmanya. Untuk menghadapinya, al-Anshār bersatu di bawah pemimpin mereka ‘Amr bin Thallah, saudara Bani an-Najjār, dan salah seorang dari Bani ‘Amr bin Mabdzūl. Nama lengkap Mabdzūl adalah ‘Āmir bin Mālik bin an-Najjār. Nama lengkap an-Najjār adalah Taimullāh bin Tsa‘labah bin ‘Amr bin al-Khazraj bin Ḥāritsah bin Tsa‘labah bin ‘Amr bin ‘Āmir.”

Ibnu Hisyām berkata: “‘Amr bin Thallah adalah ‘Amr bin Mu‘āwiyah bin ‘Amr bin ‘Āmir bin Mālik bin an-Najjār. Thallah adalah ibu ‘Amr. Ibu ‘Āmir adalah putri ‘Āmir bin Zuraiq bin ‘Abdu Ḥāritsah bin Mālik bin Ghadhb bin Jusyam bin al-Khazraj.”

Antara Tubba‘ dengan Penduduk Madinah

Ibnu Hisyām berkata: “Salah seorang dari Bani ‘Adī bin an-Najjār yang bernama Aḥmar berbuat jahat terhadap salah seorang sahabat Tubba‘. Sahabat Tubba‘ tersebut datang ke Madinah kemudian dibunuh oleh Aḥmar. Penyebabnya, Aḥmar melihat sahabat Tubba‘ tersebut berada di tandan kurma dan sedang memotongnya, kemudian Aḥmar membacoknya dengan sabit dan tewas seketika. Aḥmar berkata: “Kurma itu menjadi milik orang yang menyerbukinya.” Peristiwa pembunuhan terhadap sahabatnya membuat Ḥassān semakin geram kepada penduduk Madinah. ia berkata: “Bunuh mereka semua!” Orang-orang Anshār berpendapat, bahwa mereka berperang melawan Tubba‘ pada siang hari saja, dan pada malam harinya mereka menjamunya sebagai tamu. Karena sikap mereka seperti itu, Tubba‘ kagum kepada mereka. Ia berkata: “Demi Allah, sesungguhnya kaum kami pastilah orang-orang mulia.” Ketika Tubba‘ sedang memerangi penduduk Madinah, tiba-tiba dua orang rahib dari rahib-rahib Yahudi Bani Quraidhah datang kepadanya. -Quraidhah, an-Nadhīr, an-Najjām, ‘Amr yang tiada lain Hadal adalah anak-anak al-Khazraj bin ash-Sharīḥ bin at-Tau’amān bin as-Sabt bin al-Yasa‘ bin Sa‘ad bin Lāwai bin Khair bin an-Najjām bin Tanḥūm bin ‘Āzar bin ‘Azrā bin Hārūn bin ‘Imrān bin Yashhar bin Qāhits bin Lāwai bin Ya‘qūb yang tidak lain adalah Isrā’īl bin Isḥāq bin Ibrāhīm Khalīl-ur-Raḥmān-. Kedua rahib Yahudi tersebut orang alim dan ilmunya mendalam. Keduanya datang kepada Tubba‘ karena mendengar rencana Tubba‘ untuk membumihanguskan Madinah dan memberangus penduduknya, keduanya berkata kepada Tubba‘: “Wahai raja, jangan teruskan rencanamu itu. Jika engkau tetap memaksa diri melakukannya, maka hubunganmu dengan Madinah terputus, dan kami khawatir engkau mendapatkan hukuman dalam waktu dekat.” Tubba‘ berkata kepada kedua rahib Yahudi tersebut: “Kenapa begitu?” kedua rahib Yahudi berkata: “Karena Madinah kelak menjadi tempat hijrahnya seorang Nabi yang muncul dari tanah suci Makkah dari kalangan Quraisy pada akhir zaman. Kelak Madinah menjadi negeri Nabi tersebut dan tempat menetapnya.” Mendengar penjelasan kedua rahib Yahudi tersebut, Tubba‘ membatalkan rencananya. ia melihat, bahwa kedua rahib Yahudi tersebut benar-benar orang berilmu dan ia pun tertarik terhadap perkataan keduanya kepadanya. kemudian ia meninggalkan Madinah dan beralih memeluk agama kedua rahib Yahudi tersebut. Khālid bin ‘Abd-ul-‘Uzzā bin Ghaziyyah bin ‘Amr bin ‘Abd bin ‘Auf bin Ghunm bin Mālik bin an-Najjār berkata membangga-banggakan ‘Amr bin Thallah:

Apakah ia telah bangun ataukah ia telah mengharamkan kemaluannya
Ataukah ia telah menunaikan kebutuhan biologisnya
Ataukah engkau ingat masa muda
Tidak ada nostagiamu tentang masa muda dan zaman itu
Melainkan tentang perang yang
Terhadap perang seperti ini, seorang pemuda menjadi ibrah
Tanyakan kepada Imran dan Asad
Ketika perang terjadi menjelang subuh
Pada perang tersebut, Abu karib mengenakan baju besi panjang
Kemudian orang-orang berkata, ‘Siapakah yang kita jadikan target sasaran dalam perang ini?
Apakah Bani ‘Auf ataukah Bani an-Najjār?
Yang menjadi target sasaran kita adalah Bani an-Najjār
Karena orang-orang kami dibunuh mereka dan kami harus membalas dendam terhadap mereka.”
Kemudian mereka berperang dengan menghunus pedang masing-masing
Gerakan pedang-pedang tersebut seperti awan yang mendatangkan air hujan
Di antara mereka terdapat ‘Amr bin Thallah
Semoga Tuhan memanjangkan umurnya untuk kaumnya
Ia pemimpin yang mengungguli semua pemimpin
Barang siapa takut pada umurnya, ia tidak sampai pada tujuannya

Orang-orang Anshār berkeyakinan, bahwa Tubba‘ geram kepada orang-orang Yahudi yang ada di tengah-tengah mereka, ketika Tubba‘ datang untuk membunuh orang-orang Yahudi tersebut, orang-orang al-Anshār melindungi orang-orang Yahudi dari serangan Tubba‘ hingga Tubba‘ meninggalkan mereka. Oleh karena itu, Tubba‘ berkata dalam syairnya:

Aku sungguh geram kepada dua suku Yahudi yang ada di Yatsrib
Mereka pantas mendapatkan hukum pada hari yang naas

Ibnu Hisyām berkata: “Syair di atas sengaja dibuat-buat. Oleh karena itu, kami sengaja melarang mengakuinya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *