Hati Senang

002 Bejana – Cara Mensucikan Kulit Bangkai – Pertanyaan | Terjemah Ibanat-ul-Ahkam

TERJEMAH IBANAT-UL-AHKAM
(Judul Asli: Ibānat-ul-Aḥkāmi Syarḥu Bulūgh-il-Marām: Qism-ul-‘Ibādah)
Oleh: Hasan Sulaiman an-Nuri dan Alwi Abbas al-Maliki


Penerjemah: Mahrus Ali
Penerbit: Mutiara Ilmu.

BAB II

BEJANA

 

  1. عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): (لَا تَشْرَبُوْا فِيْ آنِيَةِ الذَّهَبِ وَ الْفِضَّةِ، وَ لَا تَأْكُلُوْا فِيْ صِحَافِهِمَا،فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا، وَ لَكُمْ فِي الْآخِرَةِ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Ḥudzaifah bin al-Yamān berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Janganlah minum dengan bejana emas dan perak dan jangan makan dengan piring emas atau perak. Sesungguhnya ia untuk kaum kafir di dunia dan untukmu di akhirat.

(Muttafaq ‘alaih).

Pengertian Hadits Secara Global

Bejana emas dan perak akan dipakai oleh orang-orang yang sombong dan suka mewah. Rasūlullāh s.a.w. melarang kita baik lelaki atau perempuan untuk minum atau makan dengannya. Beliau memberikan janji kebaikan kepada kita dengan meninggalkan hal itu. Sedang janji tersebut adalah benar. Barang siapa yang meninggalkannya di dunia karena taat kepada perintah Nabi s.a.w. maka di akhirat akan mendapat balasan yang layak.

Rasūl juga mengancam kepada orang yang melanggar dengan siksaan yang menghinakan dirinya sebagai balasan atas pelanggaran perintah beliau. Hal itu, dia akan diisi perutnya dengan api neraka Jahannam.

Uraian Lafal Hadits

(الْآنِيَةُ) : Ia adalah jama‘ lafal inā’un (إِنَاءٌ). Artinya bejana air salah satu sarana bersuci. Dan sungguh Rasūl melarang menggunakan sebagian bejana. Oleh karena itu, penyusun buku ini menggunakan bab ini. Sebab bejana tersebut mempunyai hukum tersendiri.

(فَإِنَّهَا لَهُمْ) : Dhamīr dalam lafal lahum (لَهُمْ) kembali kepada orang-orang kafir yang tidak disebut dalam hadits di atas. Sebab mereka diketahui dari mafhūm (pengertian) kalimat hadits.

(فِي الدُّنْيَا) : Di dunia. Hal ini memberitakan apa yang mereka lakukan. Bukan memberitahukan bahwa hal itu dihalalkan bagi mereka. Sebab mereka juga dianjurkan menjalankan cabang-cabang syariat menurut qaul yang rājiḥ sebagaimana pemahaman ayat-ayat al-Qur’ān.

(وَ لَكُمْ فِي الْآخِرَةِ) : Dan untukmu di akhirat. Maksudnya untuk kaum muslimin.

Kesimpulan Hadits

Haram makan dan minum dengan bejana emas atau perak baik bagi lelaki atau perempuan sama saja.

Perawi Hadits

Ḥudzaifah bin al-Yamān al-Absī adalah ‘Abdillāh termasuk sahabat yang terdahulu dalam masuk Islam. Dia adalah sahabat yang besar. Dia adalah orang yang terpercaya di sisi Rasūlullāh s.a.w. Dia mengikuti perang Uhud. Dan Rasūl memberitahukan kepadanya apa yang bakal terjadi daripada fitnah.

Ḥudzaifah meriwayatkan 100 hadits. Beberapa sahabat Rasūl dan tabi‘in meriwayatkan hadits dari beliau. Dan beliau meninggal dunia di al-Mada’in pada tahun 36 H.

 

  1. وَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ًص): (الَّذِيْ يَشْرَبُ فِيْ إِنَاءِ الْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِيْ بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Ummu Salamah berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Orang yang minum dengan bejana perak, sesungguhnya dia laksana menggelegak api neraka Jahannam ke perutnya.

(Muttafaq ‘alaih).

Pengertian Hadits Secara Global

Orang yang minum dengan bejana emas dan perak berhak mendapat siksaan Allah Yang Maha Mulia. Sebab dia telah melanggar perintah Allah Yang Maha Bijaksana. Pada hari kiamat, dia menggelegak api neraka Jahannam ke perutnya agar siksaan tersebut sepadan dengan apa yang dilakukan di dunia yaitu minum dengan bejana yang diharamkan.

Uraian Lafal Hadits

(يُجَرْجِرُ) : Al-Jarjarah (الْجَرْجَرَةُ) adalah suara jatuhnya air ke perut.

(جَهَنَّمَ) : Jahannam. Ia adalah salah satu nama tingkat neraka. Semoga Allah menyelamatkan kita daripadanya. Lafal Jahannam (جَهَنَّمُ) adalah bukan bahasa ‘Arab. Oleh karena itu, ia termasuk isim ghairu munsharif. ‘Illat-nya ‘alamiyyah dan ‘ujmiyyah (Ia suatu nama yang tidak dari bahasa ‘Arab). Atau lafal Jahannam (جَهَنَّمُ) berasal dari kalimat al-Juhūnah (الْجُهُوْنَةُ) artinya keras. Sebab siksaan Jahannam amat keras. Ia termasuk isim ghairu munsharif, ‘illat-nya ta’nits ma‘nawi dan ‘alamiyyah.

Kesimpulan Hadits

Haram minum dengan tempat perak bagi lelaki dan perempuan dan keterangan orang yang menjalankannya.

Perawi Hadits

Ummu Salamah adalah bernama Hindun binti Umayyah al-Qurasyiyah al-Makhzumiyyah. Ia adalah Umm-ul-Mu’minīn yang dikawinkan oleh Nabi s.a.w. pada tahun empat hijriyah. Dia meriwayatkan 378 hadis. Imām Nāfi‘, Sa‘īd bin al-Musayyab dan beberapa orang meriwayatkan darinya. Dia istri Rasūl yang terakhir meninggal dunia. Makamnya di al-Baqi‘.

Cara Mensucikan Kulit Bangkai

  1. وَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (ر) قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): (إِذَا دُبِغَ الْإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ). أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ، وَ عِنْدَ الْأَرْبَعَةِ: (أَيُّمَا إِهَابٍ دُبِغَ).

Ibnu ‘Abbās r.a. berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Bila kulit disamak, maka sungguh telah suci.

(HR. Muslim).

Dan menurut riwayat empat imam ahli hadits, Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Setiap kulit yang di samak….

Pengertian Hadits Secara Global

Rasūlullāh s.a.w. memberi tahu bahwa kulit bangkai adalah najis, sebab darah yang ditumpahkan masih banyak yang melekat di kulitnya. Darah tersebut mengandung beberapa baksil yang dijelaskan dalam ilmu kedokteran modern, bahwa ia membahayakan kesehatan. Dan sesungguhnya membersihkan kulit tersebut dengan menyamak yang bisa menghilangkan darah yang melekat dalam pori-porinya.

Untuk anjing dan babi, kulitnya tidak bisa suci dengan disamak, walaupun keadaan bagaimanapun. Sebab najisnya adalah najis mughallazhah.

Uraian Lafal Hadits

(الْإِهَابُ) : Kulit yang belum di samak, sekalipun dari binatang yang disembelih atau tidak.

Kesimpulan Hadits

  1. Menyamak kulit untuk menghilangkan darah yang najis dari pori-porinya. Oleh karena itu, menyamak adalah sebagai sebab sucinya.
  2. Samak kulit bisa membersihkan setiap kulit bangkai, baik yang luar maupun yang dalam kecuali kulit anjing dan babi dan anak salah satunya. Sebab najisnya adalah najis mughallazhah. Dan itulah menurut mazhab Imām Syāfi‘ī. Sedang menurut mazhab Ḥanafī: Seluruh kulit bangkai bisa dibersihkan kecuali kulit babi. Menurut mazhab Māliki, maka pendapat yang terkenal di kalangan mereka adalah kulit itu bisa suci bila di samak, namun luarnya saja bukan dalamnya (kulit yang bagian dalam). Dan boleh digunakan di atas benda yang kering bukan yang cair, kecuali air sebab ia kuat menahan diri. Boleh digunakan shalat kulit yang bagian luar sedang yang bagian dalam tidak boleh.

Menurut mazhab Ḥanbalī, pendapat yang masyhur di kalangan mereka adalah tidak ada kulit yang bisa disucikan dengan disamak. Pendapat ini adalah salah satu pendapat Imām Mālik yang dikutip daripadanya.

 

  1. وَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْمُحَبِّقِ (ر) قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): (دِبَاغُ جُلُوْدِ الْمَيْتَةِ طَهُوْرُهَا). صَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ.

Salamah bin al-Muḥabbiq r.a. berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Kulit bangkai bisa suci bila disamak.

Ibnu Ḥibbān menyatakan hadits tersebut adalah shaḥīḥ.

Pengertian Hadits Secara Global

Hadits tersebut telah menyatakan bahwa kulit bangkai adalah najis dan cara membersihkannya adalah dengan disamak yang dapat menghilangkan najis-najis yang melekat kepadanya yaitu di pori-pori kulit tersebut.

Kesimpulan Hadits

Kulit bangkai adalah najis yang bisa dibersihkan dengan disamak. Dan telah diterangkan dengan panjang lebar di hadits sebelumnya yaitu pada nomer 16.

Perawi Hadits

Salamah bin al-Muḥabbiq bin Rabī‘ah bin Shakhīr al-Hudzalī Abū Sinān al-Mishrī. Beliau meriwayatkan 12 hadits. Anaknya bernama al-Ḥasan al-Bashrī meriwayatkan hadits daripadanya.

 

  1. وَ عَنْ مَيْمُوْنَةَ (ر) قَالَتْ: مَرَّ النَّبِيُّ (ص) بِشَاةٍ يَجُرُّوْنَهَا فَقَالَ: (لَوْ أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا) فَقَالُوْا: إِنَّهَا مَيْتَةٌ، فَقَالَ: (يُطَهِّرُهَا الْمَاءُ وَ الْقَرَظُ). أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَ النَّسَائِيُّ.

Maimūnah r.a. berkata: Nabi s.a.w. berjalan-jalan bertemu dengan bangkai kambing yang diseret orang banyak, beliau bersabda: “Seandainya kamu mengupas kulitnya?” Mereka menjawab: “Seandainya ia adalah bangkai.” Rasul bersabda: “Ia bisa dibersihkan dengan al-Qarazh (salah satu pohon yang biasanya untuk menyamak kulit).

(HR. Abū Dāūd dan Nasā’ī).

Pengertian Hadits Secara Global

Rasūlullāh s.a.w. melihat bangkai kambing di atas tanah yang ditarik sebagian orang untuk ditempatkan di tempat yang jauh dari perumahan, agar orang-orang tidak terganggu dengan baunya yang busuk. Lantas Rasūlullāh s.a.w. berkata kepada mereka: “Seandainya kamu mengupas kulitnya lalu kami bisa memanfaatkannya.” Mereka memberi tahu kepada beliau bahwa kambing tersebut adalah bangkai. Rasūl bersabda: “Ia bisa disucikan dengan al-Qarazh.”

Uraian Lafal Hadits

(إِهَابَهَا) : Kulit yang belum disamak.

(الْقَرَظُ) : Pohon yang terkenal bijinya untuk menyamak.

Kesimpulan Hadits

  1. Larangan menghambur-hamburkan harta atau menyia-nyiakannya selama bisa dimanfaatkan dengan bagaimana caranya.
  2. Kulit bangkai bisa suci dengan disamak dengan al-Qarazh atau sesuatu yang bisa menggantikan fungsinya seperti dan kulit delima yakni pada pokoknya sesuatu yang bisa menghilangkan kotoran najis dalam pori-porinya. Tidak boleh disamak dengan dijemur di matahari menurut kebanyakan ulama kecuali pendapat ulama Abū Ḥanīfah.

 

  1. وَ عَنْ أَبِيْ ثَعْلَبَةَ الْخُشْنِيِّ (ر) قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا بِأَرْضِ قَوْمِ أَهْلِ كِتَابٍ، أَفَنَأْكُلُ فِيْ آنِيَتِهِمْ؟ قَالَ: (لَا تَأْكُلُوْا فِيْهَا إِلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا فَاغْسِلُوْهَا وَ كُلُوْا فِيْهَا). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Abū Tsa‘labah al-Khusyanī r.a. berkata: Aku berkata: “Wahai Rasūlullāh! Sesungguhnya kami hidup di tanah suatu kaum ahli kitab. Bolehkah kami makan dengan wadah-wadah mereka?” Rasūl menjawab: “Jangan makan dengannya kecuali bila kamu tidak menemukan yang lain. Oleh karena itu, cucilah dan makanlah dengannya.

(Muttafaq ‘alaih).

Pengertian Hadits Secara Global

Rasūlullāh s.a.w. melarang kami makan dan minum dengan tempat dan wadah kaum Yahudi dan Nasrani. Barangkali rahasia larangan itu adalah kebanyakan tempat dan wadah tersebut adalah najis. Sebab mereka tidak seberapa memperhatikan masalah najis dan kesucian. Adapun dalam keadaan terpaksa, Rasūl memperbolehkannya untuk kita, namun setelah tempat dan wadah tersebut dicuci dengan air agar kita bisa yakin kebersihannya.

Uraian Lafal Hadits

(أَهْلِ كِتَابٍ) : Mereka adalah kaum Yahudi, sedang kitab mereka adalah Taurat. Dan kaum Nashrani kitab mereka adalah Injil.

(فَاغْسِلُوْهَا وَ كُلُوْا فِيْهَا) : Perintah mencuci tempat atau wadah mereka sebelum dipakai, sebab dikhawatirkan terdapat najis, sebab mereka tidak menghindari kenajisan seperti khamer dan daging babi.

Kesimpulan Hadits

  1. Boleh memakai wadah ahli kitab setelah dicuci.
  2. Larangan dalam hadits tersebut hukumnya adalah makruh, tidak menunjukkan haram. Sebab tempat dan bejana mereka adalah kotor lantaran mereka sering bersentuhan dengan najis.

Perawi Hadits

Abū Tsa‘labah al-Khusyanī (nisbat kepada Khusyain bin an-Namr dari suku bangsa Qudhā‘ah). Namanya Jurstum bin Nasyīr. Dia berbaiat kepada Nabi s.a.w. di bawah pohon ar-Ridhwān – terkenal dengan Bai‘t-ur-Ridhwān. Rasūlullāh s.a.w. pernah memberikan bagian rampasan kepada beliau di perang Khaibar.

Abū Tsa‘labah mengikuti perang Hunain. Beliau meriwayatkan 40 hadits. Ibn-ul-Musayyab meriwayatkan hadits darinya. Beliau meninggal dunia pada tahun 75 H. dalam keadaan bersujud.

 

  1. وَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ (ر): (أَنَّ النَّبِيَّ (ص) وَ أَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوْا مِنْ مَزَادَةِ امْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، فِيْ حَدِيْثٍ طَوِيْلٍ.

‘Imrān bin Ḥushain r.a. berkata: “Sesungguhnya Nabi s.a.w. dan para sahabatnya berwudhu’ dari wadah (rangsel atau bekal musafir) wanita musyrik.

(Muttafaq ‘alaih).

Pengertian Hadits Secara Global

Hadits di atas adalah sebagian dari hadits yang panjang yaitu: “Sesungguhnya Rasūlullāh s.a.w. dalam suatu perjalanannya mengutus ‘Alī bin Abī Thālib dan seorang lagi bersamanya. Dan para sahabat kehabisan air. Rasūl s.a.w. bersabda kepada mereka berdua: “Pergilah dan carilah air.” Mereka berangkat lalu bertemu dengan seorang perempuan di atas untanya dan duduk di antara dua rangselnya yang berisikan air. Mereka berkata: “Di manakah tempat air?” Dia menjawab: “Saya sejak kemarin mencari air, lalu mendapatkannya dan sampai sekarang saya di sini.”

Mereka berkata: Pergilah kepada Rasūlullāh s.a.w. ….., lalu Rasūl minta agar tempat air didekatkan, lalu beliau menumpahkan air dari mulut dua geriba. Lantas diumumkan kepada orang banyak: “Minumlah dan ambillah untuk memberi minum kepada orang lain.” Akhirnya banyak orang yang meminum dan menyimpannya.

Uraian Lafal Hadits

(أَنَّ النَّبِيَّ (ص) وَ أَصْحَابَهُ) : Kalimat tersebut untuk menolak dakwaan bahwa hal itu khusus untuk nabi.

(مَزَادَتَيْنِ) : Tatsniyah lafal mazādah. Wadah tersebut biasanya dari dua kulit, dan agar lebih luas maka di tambah satu kulit lagi di tengahnya.

Kesimpulan Hadits

  1. Wadah kaum musyrikin adalah suci.
  2. Kulit bisa suci bila disamak. Dua geriba atau rangsel itu kulit binatang sembelihan kaum musyrikin. Sedang sembelihan mereka adalah najis.
  3. Keringat kaum musyrikin adalah suci. Sebab seorang perempuan tersebut juga menyentuh air yang kurang dari dua qullah.
  4. Ajaran agama Islam adalah mudah.

Perawi Hadits

‘Imrān bin Ḥushain al-Khuzā‘ī Abū Najd. Dia masuk Islam pada tahun perang Khaibar. Dia termasuk ulama di kalangan para sahabat. Beliau menghindarkan diri di waktu terjadi fitnah. Beliau meriwayatkan 130 hadits. Anaknya bernama Muḥammad dan al-Ḥasan meriwayatkan hadits daripadanya. Beliau berusia panjang. Malaikat pun mengucapkan salam kepadanya. Beliau meninggal dunia pada tahun 52 H. di Bashrah.

 

  1. وَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ (ر): (أَنَّ قَدَحَ النَّبِيِّ (ص) انْكَسَرَ فَاتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سِلْسِلَةً مِنْ فِضَّةٍ). أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.

Anas r.a. berkata: “Sesungguhnya wadah Rasūlullāh s.a.w. pecah, lalu di tambal dengan mata rantai perak di tempat yang pecah itu.

(HR. Bukhārī).

Pengertian Hadits Secara Global

Perbuatan dan sabda Rasūl adalah sebagai pelajaran syariat kepada umatnya. Jadi beliau meletakkan perak di tempat yang pecah itu sebagai dalil hal itu diperbolehkan.

Uraian Lafal Hadits

(قَدَحَ) : Wadah yang bisa menyegarkan dua atau tiga orang yang minum.

(الشَّعْبِ) : Pecah atau belahan.

Kesimpulan Hadits

  1. Boleh menambal wadah yang pecah dengan perak.
  2. Dianjurkan minum dengan gelas atau wadah.

Ringkasan

Hadits-hadits dalam bab di atas menyimpulkan sebagai berikut:

  1. Haram makan dan minum dengan bejana emas atau perak.
  2. Mensucikan kulit dengan di samak sekalipun kulit bangkai.
  3. Larangan memakai wadah ahli kitab sebelum di cuci.
  4. Boleh menambal bejana dengan perak.

Pertanyaan

  1. Bagaimanakah hukum bejana-bejana emas dan perak? Dan apakah larangan tersebut bersifat umum?
  2. Apakah ancaman Rasūl bagi orang yang memakai bejana emas dan perak? Dan apakah janji beliau bagi orang yang meninggalkannya karena taat padanya?
  3. Terangkan siksaan orang yang minum dan makan di wadah emas dan perak!
  4. Mengapa lafal Jahannam (جَهَنَّمُ) termasuk isim ghairu munsharif?
  5. Berilah arti lafal-lafal sebagai berikut:

آنِيَةٌ، صِحَافٌ، جَهَنَّمُ، يُجَرْجِرُ، إِهَابٌ، دِبَاغٌ،

قَرَظٌ، مَزَادَةٌ، الْقَدَحُ، الشَّعْبُ.

  1. Terangkan pendapat para ulama tentang kulit yang di samak.
  2. Berilah ‘illat najis kulit bangkai!
  3. Apakah yang dimaksud dengan suci dalam sabda beliau: faqad thahur (فَقَدْ طَهُرَ)?
  4. Mengapa Rasūlullāh s.a.w. ingkar terhadap bangkai kambing yang tergeletak di atas tanah?
  5. Bagaimanakah hukum memakai kulit kambing yang disembelih?
  6. Sebutkan apa yang engkau ketahui tentang hukum menyamak kulit.
  7. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Janganlah kamu makan dengan wadah ahli kitab. Mengandung apakah kalimat tersebut? Apakah sebab larangan itu?
  8. Apakah hikmah atas lafal (وَ أَصْحَابَهُ)?
  9. Bagaimanakah hukum wudhu’ dengan wadah orang musyrik?
  10. Apakah yang dimaksud Tadhbib? Dan bagaimanakah hukum?
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.