002-1 Raja-raja di Yaman – Ar-Rahiq-ul-Makhtum – al-Mubarakfuri

Rangkaian Pos: Kekuasaan & Emirat Di Kalangan Bangsa Arab | Ar-Rahiq-ul-Makhtum - al-Mubarakfuri

KEKUASAAN DAN EMIRAT DI KALANGAN BANGSA ‘ARAB

 

Raja-raja di Yaman

Bangsa tertua yang dikenal di Yaman dari kalangan ‘Arab ‘Aribah adalah kaum Saba’. Mereka bisa diketahui melalui penemuan fosil Aur, yang hidup dua puluh lima abad Sebelum Masih (SM). Puncak peradaban dan pengaruh kekuasaan mereka dimulai pada sebelas tahun SM. Perkembangan mereka bisa dibagi menurut tahapan-tahapan berikut:

1. Abad-abad sebelum tahun 650 SM. Raja-raja mereka pada waktu itu diberi gelar “Makrib Saba’.” Ibukota mereka di Sharawah. Puing-puing peninggalan mereka dapat ditemui dengan menempuh perjalanan sehari ke arah barat dari negeri Ma‘rib, yang dikenal dengan istilah Kharibah.

Pada zaman mereka mulai diadakan pembangunan bendungan, yang dikenal dengan nama Bendungan Ma‘rib. Bendungan ini sangat terkenal dalam sejarah Yaman. Ada yang mengatakan, wilayah kekuasaan kaum Saba’ meliputi daerah-daerah jajahan di negeri ‘Arab dan di luar ‘Arab.

2. Sejak tahun 650 SM sampai tahun 110 SM. Pada masa-masa ini mereka menanggalkan gelar “Makrib”, dan hanya dikenal dengan raja-raja Saba’. Mereka menjadikan Ma‘rib sebagai ibukota, sebagai pengganti Sharawah. Puing-puing kota ini dapat ditemui sejauh 60 mil dari Sana‘a ke arah timur. (11)

3. Sejak tahun 115 SM sampai tahun 300 SM. Pada masa-masa ini kabilah Ḥmyar dapat mengalahkan Kerajaan Saba’ dan menjadikan Raidan sebagai ibukotanya, sebagai ganti dari Ma‘rib. Kemudian Raidan diganti dengan nama Zhaffar. Puing-puing peninggalannya dapat ditemukan di sebuah bukit yang di sekitarnya di kelilingi pagar di dekat Yarim. Pada masa itu mereka mulai jatuh dan runtuh. Perdagangan mereka bangkrut, sebagai akibat dari perluasan kekuasaan kabilah Nabat ke utara Hijaz. Ini merupakan penyebab pertama kehancuran mereka. Kedua, karena bangsa Romawi menguasai jalur perdagangan dari laut, setelah mereka dapat menguasai Mesir, Suriah dan bagian utara Hijaz. Ketiga, adanya persaingan di antara kabilah-kabilah yang ada di sana. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan keluarga Qaḥthān berpisah-pisah dan mereka termotivasi untuk berpindah ke negeri Syasa’ah.

4. Sejak tahun 300 M sampai masuknya Islam ke Yaman. Pada masa-masa ini kekacauan, keributan, revolusi, dan peperangan antarsuku sering terjadi di antara mereka, yang justru membuat mereka menjadi mangsa bagi pihak luar, hingga kemerdekaan mereka pun terenggut. Pada masa itu bangsa Romawi masuk ke Aden. Atas bantuan bangsa Romawi ini pula orang-orang Habasyah dapat merebut Yaman pada awal tahun 340 M, yang sedang disibukkan oleh persaingan antara kabilah Hamdān dan Ḥimyar. Penjajahan mereka berlangsung hingga tahun 378 M. Selanjutnya Yaman bisa mendapatkan kemerdekaannya lagi. Tetapi, kemudian bendungan Ma‘rib jebol, sehingga menimbulkan banjir besar seperti yang disebutkan di dalam al-Qur’ān dengan Sail-ul-Aram pada tahun 450 atau 451 M. Setelah itu disusul satu kejadian besar yang mengakibatkan runtuhnya peradaban mereka dan mereka pun terpecah-belah.

Pada tahun 523 M, Dzū Nuwās, seorang Yahudi, meminpin pasukannya menyerang orang-orang Kristen (pengikut ajaran Nabi ‘Īsā – edt) dari penduduk Najrān, dan berusaha memaksa mereka meinggalkan agamanya. Karena mereka menolak, maka Dzū Nuwās membuat parit-parit besar yang di dalamnya dinyalakan api, lalu mereka dilemparkan ke dalam api hidup-hidup, sebagaimana yang diisyaratkan al-Qur’ān pada firman-Nya dalam surah al-Burūj:

قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُوْدِ.

Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. (al-Burūj: 4).

Kejadian ini menimbulkan api dendam di hati orang-orang Kristen dan mendorong mereka untuk memperluas daerah kekuasaan dan penaklukan di bawah pimpinan Kaisar Romawi untuk menguasai negeri ‘Arab. Mereka memobilisasi orang-orang Habasyah dan menyiapkan armada lautnya. Sebanyak 70.000 pasukan dari penduduk Habasyah diterjunkan dan mampu menguasai Yaman untuk kali kedua. Serbuan ini dipimpin oleh Aryath pada tahun 525 M. Aryath menjadi penguasa negeri jajahannya dengan mandat Raja Habasyah hingga akhirnya dibunuh oleh Abrahah, anak buahnya sendiri. Abrahah menggantikan kedudukan Aryath di Yaman setelah meminta restu rajanya di Habasyah. Abrahah inilah yang mengerahkan pasukannya untuk menghancurkan Ka‘bah, yang dikenal dengan Pasukan Gajah.

Setelah “Peristiwa Gajah” penduduk Yaman meminta bantuan kepada orang-orang Persia. Mereka pun bersekutu melawan orang-orang Habasyah hingga akhirnya mampu mengusirnya dari Yaman dan mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 575 M, di bawah kepemimpinan Ma‘di Ya‘rib bin Saif Dzī Yazin al-Ḥimyarī. Kemudian mereka menobatkannya menjadi raja. Ma‘di Ya‘rib masih mempertahankan sebagian penduduk Habasyah sebagai pengawal yang selalu menyertai aktivitasnya, meskipun akhirnya justru menjadi bumerang baginya. Suatu hari mereka membunuhnya. Dengan kematiannya, pupuslah sudah Dinasti Dzī Yazin.

Setelah itu Kisra mengangkat penguasa dari bangsa Persia di Sana‘a dan menjadikan Yaman sebagai salah satu wilayah kekuasaan Persia. Beberapa pemimpin dari bangsa Persia silih berganti menguasai Yaman dan era kepemimpinan mereka yang terakhir di Yaman adalah Badzan, yang kemudian memeluk Islam pada tahun 638 M. Dengan keislamannya ini berakhir pula kekuasaan bangsa Persia atas negeri Yaman. (22)

Catatan:


  1. 1). Lihat al-Yamanu ‘Abrat-ut-Tārīkh, hal. 77, 83, 124, 130; dan Tārīkh-ul-‘Arabi Qabl-al-Islām, hal. 101-102. 
  2. 2). Lihat keterangan lebih lanjut mengenai hal ini di buku Tafhīm-ul-Qur’ān, IV/195-198 dan Tārīkhu Ardh-il-Qur’ān, I/133 sampai halaman terakhir. Dalam penetapan tahun-tahunnya, ada perbedaan yang cukup jauh pada beberapa referensi sejarah. Pada beberapa ayat al-Qur’ān, kisah-kisah seperti ini dinyatakan: “Ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.” 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *