001-2 Rukun Islam Yang Ketiga (Bagian 1) – Kasyifat-us-Saja’

كاشفة السجا في شرح سفينة النجا
Kāsyifat-us-Sajā fī Syarḥi Safīnat-un-Najā
(Tirai penutup yang tersingkap dalam mensyarahi kitab Safīnat-un-Najā [Perahu Keselamatan])
لمحمد نووي بن عمر الجاوي
Oleh: Muḥammad Nawawī bin ‘Umar al-Jāwī

Alih Bahasa: Zainal ‘Arifin Yahya
Penerbit: Pustaka Mampir

Rangkaian Pos: Kashifat-us-Saja’ - Tentang Tiang-tiang Agama Islam | Syekh Nawawi al-Bantani

(فَصْلٌ): فِيْ بَيَانِ دَعَائِمِ الْإِسْلَامِ وَ أَسَاسِهَا وَ أَجْزَائِهَا

(FASAL)

Tentang penjelasan tiang-tiang penyangga agama Islam, asas-asasnya dan bagian-bagiannya.

 

RUKUN ISLAM YANG KETIGA (BAGIAN 1)

 

(وَ) ثَالِثُهَا (إِيْتَاءُ الزَّكَاةِ) أَيْ إِعْطَاؤُهَا لِمَنْ وُجِدَ مِنَ الْمُسْتَحِقِّيْنَ فَوْرًا إِذَا تَمَكَّنَ مِنَ الْأَدَاءِ مَعَ وُجُوْبِ التَّعْمِيْمِ

(Dan) rukun Islam yang ketiga adalah (menunaikan zakat), yakni memberikan zakat kepada orang yang didapati dari para mustaḥiqq [orang yang berhak menerima zakat] dengan segera, apabila telah berpeluang leluasa untuk menunaikan, secara kewajiban memeratakan.

وَ هُمْ ثَمَانِيَةُ أَنْوَاعٍ.

Dan para mustaḥiqq itu ada 8 golongan:

الْأَوَّلُ: فَقِيْرٌ وَ حَدُّهُ: هُوَ الَّذِيْ لَا مَالَ لَهُ أَصْلًا وَ لَا كَسْبَ كَذلِكَ حَلَالَيْنِ

Yang pertama adalah orang faqīr. Dan batasan faqīr adalah orang yang tidak memiliki harta sama sekali, dan tidak punya usaha demikian pula [sama sekali], yang keduanya [harta dan usaha yang] halal.

وَ الْمُرَادُ بِالْكَسْبِ هُنَا هُوَ طَلَبُ الْمَعِيْشَةِ

Dan yang dimaksud dengan usaha di sini adalah mencari penghidupan.

أَوْ لَهُ مَالٌ فَقَطْ حَلَالٌ لَا يَسُدُّ مِنْ جُوْعَتِهِ مَسَدًّا مِنْ كِفَايَةِ الْعُمُرِ الْغَالِبِ عَلَى الْمُعْتَمِدِ عِنْدَ تَوْزِيْعِهِ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَتَّجِرْ فِيْهِ بِحَيْثُ لَا يَبْلُغُ النِّصْفَ

Atau [faqīr] adalah ia memiliki harta yang halal saja, yang tidak dapat menutupi akan rasa laparnya, dengan penutupan yang mencukupi [guna menyambung] umur secara umum, menurut pendapat al-Mu’tamad [yang dijadikan pegangan hukum] ketika dibagi-bagikan harta miliknya itu untuk keperluan tersebut, jika ia tidak memperniagakan pada hartanya itu, dengan sekiranya hartanya itu tidak mencapai setengah [kebutuhannya].

كَأَنْ يَحْتَاجَ إِلَى عَشَرَةِ دَرَاهِمَ، وَ لَوْ وُزِّعَ الْمَالُ الَّذِيْ عِنْدَهُ عَلَى الْعُمُرِ الْغَالِبِ لَخَصَّ كُلَّ يَوْمٍ أَرْبَعَةً أَوْ أَقَلَّ

seperti ia membutuhkan 10 dirham, dan jikalau telah dibagi-bagi harta yang menjadi miliknya untuk [menyambung] umur secara umum, pastilah terbatasi setiap hari [terpastikan terpenuhi kebutuhannya] sebanyak 4 dirham saja atau kurung.

بِخِلَافِ مَنْ قَدَّرَ عَلَى نِصْفِ كَافِيْهِ فَإِنَّهُ مِسْكِيْنٌ،

Berbeda halnya dengan orang yang mampu dengan setengah [kebutuhannya] yang mencukupinya, maka orang itu adalah orang miskīn.

وَ أَمَّا إِنِ اتَّجَرَ فَالْعِبْرَةُ بِكُلِّ يَوْمٍ

Dan adapun jika ia berdagang, maka yang diperhitungkan adalah [pendapatan] di setiap harinya.

أَوْ لَهُ كَسْبٌ فَقَطْ حَلَالٌ لاَئِقٌ بِهِ لَا يَسُدُّ مَسَدًّا مِنْ كِفَايَتِهِ كُلَّ يَوْمٍ

Atau [faqīr adalah] ia memiliki pekerjaan halal saja yang layak baginya, yang tidak dapat menutupi [kebutuhan] dengan penutupan [kebutuhan dari standar] kecukupannya di setiap harinya.

كَمَنْ يَحْتَاجُ إِلَى عَشَرَةٍ وَ يَكْتَسِبُ كُلَّ يَوْمٍ أَرْبَعَةً فَأَقَلَّ

Seperti orang yang membutuhkan 10 dirham, dan ia memperoleh [hasil kerja] di setiap harinya sebanyak 4 dirham atau kurang.

أَوْ لَهُ كُلٌّ مِنْهُمَا وَ لَا يَسُدُّ مَجْمُوْعُهُمَا مَسَدًّا مِنْ كِفَايَتِهِ.

Atau [faqīr adalah] ia memiliki masing-masing dari dua hal itu [harta dan hasil pekerjaan], namun tidak dapat menutupi harta gabungan dua hal itu dengan penutupan [kebutuhan standar] dari kecukupannya.

وَ الثَّانِيْ: مِسْكِيْنٌ وَ هُوَ مَنْ قَدَرَ عَلَى مَالٍ أَوْ كَسْبٍ أَوْ عَلَيْهِمَا مَعًا

Dan yang kedua adalah orang miskīn, yaitu orang yang mampu untuk mendapatkan harta atau [penghasilan dari] pekerjaan, atau akan dua hal itu secara bersamaan,

يَسُدُّ كُلٌّ مِنْهُمَا أَوْ مَجْمُوْعُهُمَا مِنْ جُوْعَتِهِ مَسَدًّا مِنْ حَيْثُ يَبْلُغُ النِّصْفَ فَأَكْثَرَ وَ لَا يَكْفِيْهِ

yang dapat menutupi masing-masing dari dua hal itu [harta atau pekerjaan], atau gabungan dari dua hal itu, dari kelaparannya dengan penutupan [kebutuhan standar umum] dengan sekiranya [harta dan penghasilan itu] mencapai setengah [kebutuhannya] atau lebih, namun tidak mencukupinya.

كَمَنْ يَحْتَاجُ إِلَى عَشَرَةٍ وَ لَا يَمْلِكُ أَوْ لَا يَكْتَسِبُ إِلَّا خَمْسَةً أَوْ تِسْعَةً وَ لَا يَكْفِيْهِ إِلَّا عَشَرَةٌ،

seperti seorang yang membutuhkan 10 dirham, namun ia tidak memiliki, atau ia tidak dapat memperoleh [dari hasil kerja], kecuali hanya 5 dirham atau 9 dirham, dan tidak mencukupinya, kecuali oleh 10 dirham.

وَ يَمْنَعُ فَقْرَ الشَّخْصِ وَ مِسْكِنَتَهُ كِفَايَتُهُ بِنَفَقَةِ الزَّوْجِ أَوِ الْقَرِيْبِ الَّذِيْ يَجِبُ الْإِنْفَاقُ عَلَيْهِ كَأَبٍ وَ جَدٍّ لَا نَحْوِ عَمٍّ وَ كَذَا اشْتِغَالُهُ بِنَوَافِلِ وَ الْكَسْبُ يَمْنَعُهُ مِنْهَا فَإِنَّهُ يَكُوْنُ غَنِيًّا

Dan menghalangi terhadap kategori faqīrnya seseorang atau miskīn-nya (KS-271), oleh tercukupi dirinya dengan sebab nafkah suami, atau kerabatnya yang wajib memberi nafkah kepadanya, seperti bapak dan kakeknya, bukan [nafkah dari] seumpama paman.

وَ لَا يَمْنَعُ ذلِكَ اشْتِغَالُهُ بِعِلْمٍ شَرْعِيٍّ أَوْ عِلْمِ آلَاتٍ، وَ الْكَسْبُ يَمْنَعُهُ

Namun tidak menghalangi akan hal itu [tergolong faqīr atau miskīn] (KS-282) oleh kesibukan seseorang dengan ilmu syarī‘at atau ilmu alat, sedangkan bekerja menjadi penghalang baginya.

لِأَنَّهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ إِذَا كَانَ زَائِدًا عَنْ عِلْمِ الْحَالَاتِ وَ إِلَّا فَهُوَ فَرْضُ عَيْنٍ كَمَا بَيَّنَ ذلِكَ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ،

karena sesungguhnya hal itu [sibuk mempelajari ilmu syarī‘at] adalah fardhu kifāyah, apabila keadaannya telah melebihi dari ilmu syarī‘at yang harus di kuasai segera, dan jika tidak [belum mencapai standar ilmu syarī‘at yang dibutuhkannya segera], maka menuntut ilmu itu adalah fardhu ‘ain, sebagaimana telah dijelaskan hal oleh guru kami, Syaikh Ahmad an-Nahrāwī.

وَ لَا يَمْنَعُ ذلِكَ أَيْضًا مَسْكَنُهُ وَ خَادِمُهُ وَ ثِيَابٌ وَ كُتُبٌ لَهُ يَحْتَاجُهَا وَ مَالٌ لَهُ غَائِبٌ بِمَرْحَلَتَيْنِ

Dan tidak menghalangi akan hal itu juga [tergolong faqīr atau miskīn] (KS-293) oleh rumah yang dimilikinya, para pembantunya, pakaian dan kitab-kitab yang dimilikinya, yang ia membutuhkan semua itu, dan harta yang ghaib [tidak ada padanya yang berada] di jarak dua marḥalah [±88.7 km].

أَوْ مُؤَجَّلٌ فَيُعْطَى مَا يَكْفِيْهِ إِلَى أَنْ يَصِلَ مَالُهُ أَوْ يَحُلَّ الْأَجَلُ لِأَنَّهُ الْآنَ فَقِيْرٌ أَوْ مِسْكِيْنٌ.

atau hutang bertempo, maka ia dapat diberikan sesuatu [bagian zakat] yang mencukupinya, sampai datang hartanya, atau sampai lunas hutang bertemponya itu, karena sesungguhnya ia saat ini [dikategorikan] sebagai orang faqīr atau orang miskīn.

وَ الثَّالِثُ: عَامِلٌ كَسَاعٍ يَعْمَلُ فِيْ أَخْذِهَا مِنْ أَرْبَابِ الْأَمْوَالِ وَ كَاتِبٍ يُكْتَبُ مَا أَعْطَاهُ أَرْبَابُهَا

Dan yang ketiga adalah ‘āmil [pengelola zakat], seperti: (1). penarik zakat, yang bekerja untuk mengambil zakat dari para pemilik harta, dan (2). penulis yang mencatat zakat yang diberikan oleh para pemilik harta.

وَ قَاسِمِ يَقْسِمُهَا عَلَى الْمُسْتَحِقِّيْنَ وَ حَاشِرِ يَجْمَعُ الْمِلَاكَ أَوْ ذَوِي السَّهْمَانِ لَا قَاضٍ وَ وَالٍ.

dan (3). pembagi zakat yang membagikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dan (4). pengumpul yang mengumpulkan para pemilik harta atau pemilik bagian wajib zakat, yang bukan seorang qadhi dan aparat pemerintah [penguasa]. (KS-304).

Catatan:


  1. KS-27: Di dalam kitab Fatḥ-ul-Wahhāb, Juz II, Kitab Qasm-iz-Zakāti, halaman 26-27. 
  2. KS-28: Di dalam kitab Fatḥ-ul-Wahhāb, Juz II, Kitab Qasm-iz-Zakāti, halaman 27, baris ke 2-3. 
  3. KS-29: Di dalam kitab Mawāhib-ush-Shamad, Bab Qasm-ish-Shadaqāt, halaman 70, baris ke 19-20. Di dalam Fatḥ-ul-Mu‘īn, Syaikh Zain-ud-Dīn ‘Abd-ul-‘Azīz al-Malibarī, Fasal Fī Adā’-iz-Zakāti, halaman 52, baris baris ke 16-18. Di dalam kitab Fatḥ-ul-Wahhāb, Juz II, Kitab Qasm-iz-Zakāti, halaman 27, baris ke 3-5. 
  4. KS-30: Di dalam Fatḥ-ul-Mu‘īn, Fasal Fī Adā’-iz-Zakāti, halaman 52, baris ke 23-24. Di dalam kitab Fatḥ-ul-Wahhāb, Juz II, Kitab Qasm-iz-Zakāti, halaman 27, baris ke 5-7. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *