BAB SATU
JEJAK SANG SAHABAT UTAMA
Membebaskan Bilal dan Para Budak
Pada masa awal-awal dakwah Islam, kaum muslim mendapat tekanan berat, terutama kaum lemah dan para budak. Banyak yang didera siksaan kejam sebab keislaman mereka, salah satunya adalah Bilal. Ia digiring tuannya, Umayyah ibn Khalaf, ke tengah padang pasir pada tengah hari, saat panas matahari berada di puncak. Dadanya yang telanjang ditindih batu besar. Sementar, Umayyah menginjakkan kakinya.
“Kau akan seperti ini sampai mati!” kata Umayyah. “Kecuali kau mau mengingkari Muhammad dan kembali menyembah Lata dan ‘Uzza.”
Bilal begitu tersiksa. Namun, dengan tegar, ia berkata: “Aḥad! Aḥad! Allah Tuhanku!”
Kadangkala Umayyah mengikat leher Bilal dan menyerahkannya kepada anak-anak. Kemudian, anak-anak itu akan mengarak Bilal di lembah-lembah Makkah. Sementara, Bilal hanya berulang-ulang mengucap: “Aḥad! Aḥad!”
Abu Jahal juga pernah menyiksa Bilal. Ia menyeret dan menampari wajah Bilal. Menjemur Bilal di bawah terik matahari dan menindih perutnya dengan penggilingan.
Abu Bakar merasa prihatin melihat kondisi Bilal. Abu Bakar kemudian menemui Umayyah. Secara kebetulan, rumah keduanya berdekatan.
“Umayyah! Tidakkah kau takut kepada Allah, telah memperlakukan orang lemah ini?!” kata Abu Bakar dengan penuh perasaan: “Apakah kau akan menyiksanya dengan kejam sampai ia mati?!”
“Kau bicara seperti itu?! Bukankah kau yang membuat Bilal menentangku?! Jika kau memang menyayanginya, cobalah kau selamatkan dia!” jawab Umayyah dengan sombong.
Abu Bakar tergugah dengan perkataan Umayyah. Dengan mantap, Abu Bakar menjawab: “Aku memiliki budak hitam yang lebih kuat daripada Bilal. Ia memiliki keyakinan yang sama denganmu. Kau bisa mendapatakannya dengan menukarkan Bilal.”
“Baik! Aku terima”, jawab Umayyah.
Orang-orang yang mengetahui hal itu berkomentar: “Abu Bakar membeli Bilal yang terpendam bebatuan!”
Abu Bakar mendapatkan Bilal. Merawatnya dan mengobati luka-lukanya, lalu membebaskannya dari status budak.
Setelah merdeka, Bilal hampir selalu bersama Rasulullah dan Abu Bakar, ikut dalam berbagai peristiwa bersama mereka. Hatinya tulus hingga Allah berkenan mengangkat derajatnya. Suatu ketika, Rasulullah pernah berkata kepada Bila: “Aku pernah masuk ke surga. Di sana, aku mendengar langkah-langkah kaki. Aku menyeru: “Siapa dia?” Tiba-tiba terdengar jawaban: “Bilal”.”
Bilal menangis terharu tiap kali teringat cerita Rasulullah itu.
Abu Bakar senang melihat orang-orang Islam senang. Ia selalu berusaha sekuat tenaga membebaskan orang-orang Islam yang menjadi budak, mengentaskan mereka dari siksaan para tuan.
Selain Bilal, beberapa budak yang dibebaskan Abu Bakar antara lain: ‘Amir ibn Fahirah, Ummu Ubais (sahaya milik Tayim ibn Marrah), dan Zanirah (sahaya Bani ‘Abdi Dar). Zanirah mengalami kebutaan oleh sebuah kejadian setelah dibebaskan. Orang-orang musyrik lalu mengatakan: “Lata dan ‘Uzza yang membuat Zanirah buta.” Zanirah menanggapi: “Mereka berdusta. Lata dan ‘Uzza hanya benda mati yang tak bisa berbuat apa-apa.” Allah kemudian menyembuhkan kebutaan Zanirah.
Budak lain yang dibebaskan Abu Bakar adalah Nahdiah beserta putrinya. Keduanya kerap mendapat siksaan selama menjadi budak Bani ‘Abdi Dar.
Hayy, perempuan dar Bani ‘Adi (seperti ‘Umar ibn Khaththab), juga dibebaskan Abu Bakar. Hayy sering disiksa ‘Umar saat ‘Umar masih musyrik.
Tindakan Abu Bakar yang memerdekakan banyak budak disayangkan oleh ayahnya, Abu Quhafah.
“Bukankah sebaiknya kau membebaskan budak-budak yang kuat, kemudian kau jadikan mereka penjagamu?” Kata Abu Quhafah, suatu ketika.
“Ayah! Aku melakukan ini semata-mata karena Allah,” jawab Abu Bakar dengan lembut. (131).
Catatan: