000 Pengantar – Ar-Risalah Imam asy-Syafi’i

الرِّسَالَةُ
AR-RISALAH
(Panduan Lengkap Fikih dan Ushul Fikih)
Oleh: Imam asy-Syafi‘i

Penerjemah: Masturi Irham & Asmui Taman
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

 

Ar-Rabī‘ bin Sulaimān mengatakan: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Idrīs bin al-‘Abbās bin ‘Utsmān bin Syāfi‘ī bin as-Sā’ib bin ‘Ubaid bin ‘Abd Yazīd (عبدِ يزيد) bin Hāsyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manāf al-Muththalibī, sepupu Rasūlullāh s.a.w. memberitahukan kepada kami:

  1. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (al-An‘ām: 1).
  1. “Segala puji bagi Allah Yang tiada puji syukur atas limpahan suatu nikmat dari nikmat-nikmatnya kecuali Dia akan melimpahkan nikmat-nikmatNya yang lain yang mengharuskan kita senantiasa mengucap syukur kepada-Nya karenanya.
  1. Orang-orang yang mencoba menghitung seluruh keagungan-Nya tidak akan mampu menghitungnya, sebagaimana yang dikehendaki-Nya dan melebihi perhitungan yang dilakukan semua makhluk-Nya.
  1. Aku memuji syukur kepada Allah. Karena Dialah yang berhak mendapatkannya karena keagungan dan kemuliaan-Nya.
  1. Aku memohon pertolongan kepada-Nya sebagai hamba yang tiada daya dan kekuatan kecuali dari-Nya.
  1. Aku memohon petunjuk Allah kepada-Nya, yang tidak akan menyesatkan orang yang telah mendapatkannya.
  1. Aku memohon ampun kepada-Nya atas kesalahanku, yang telah lalu dan yang kemudian, sebagaimana istighfār dari orang yang mengakui-Nya sebagai Dzat yang berhak disembah dan mengetahui bahwa tiada yang dapat memberikan ampunan bagi dosanya dan tidak pula menyelamatkannya dari-Nya kecuali Dia.
  1. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasūlullāh, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muḥammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
  1. Allah telah mengutusnya kepada dua kelompok.
  1. Salah satunya: Ahli Kitab, yang telah menyelewengkan hukum-hukumnya dan berlaku kufur kepada Allah hingga mereka mereka-reka kedustaan yang mereka tebarkan melalui ucapan-ucapan mereka. Dengan cara itu mereka telah mempercampurkan hak-hak Allah yang diturunkan kepada mereka.
  1. Kemudian Allah mengilustrasikan kekufuran dan kedustaan mereka kepada Nabi-Nya dengan firman-Nya: “Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitāb, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari al-Kitāb, pahadal ia bukan dari al-Kitāb dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,” padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” (Āli ‘Imrān: 78).
  1. Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitāb dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (al-Baqarah: 79).
  1. Allah juga berfirman: “Orang-orang Yahudi berkata: “‘Uzair itu putra Allah.” Dan orang-orang Nashrani berkata: “Al-Masīḥ itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Tuhan) al-Masīḥ putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan,” (at-Taubah: 30-31).
  1. Allah juga berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitāb, mereka percaya kepada jibti dan thaghur, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (an-Nisā’ī: 51-52).
  1. Dan kelompok orang-orang yang kufur kepada Allah, di mana mereka melakukan sesuatu yang tidak mendapatkan izin dari Allah; mereka membuat patung dari batu dan kayu dan membentuk sesuatu lalu mengagungkannya. Kemudian memberikannya nama-nama dan julukan, mereka mengada-ada dan menyebutnya sebagai tuhan yang mereka sembah. Apabila mereka mensucikan sesuatu selain yang mereka sembah, maka mereka melemparkan sesuatu yang disembahnya itu dan menggantinya dengan yang lain buatan mereka sendiri lalu menyembahnya. Mereka itulah masyaratkat ‘Arab.
  1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kelompok yang lain meniru-niru bangsa lain dalam hal ini dan menyembah sesuatu yang mereka agungkan seperti ikan paus, binatang-binatang, bintang-bintang, api, dan lainnya.
  1. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya Nabi-Nya jawaban dari beberapa jawaban orang yang menyembah selain-Nya dari golongan ini. Allah mengisahkan kondisi mereka kepadanya: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (az-Zukhruf: 23).
  1. Dalam ayat lain, Allah juga mengisahkan tentang sikap dan perilaku mereka: “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu menginggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya‘uq dan nasr.” (Nūḥ: 23).
  1. Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Ceritakanlah (wahai Muḥammad) kisah Ibrāhīm di dalam al-Kitāb (al-Qur’ān) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun.” (Maryam [19]: 41).
  1. Allah juga berfirman: “Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrāhīm. Ketika dia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.” Berkatalah Ibrāhīm: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?” (asy-Syu‘arā’: 69-73).
  1. Mengenai kelompok mereka, Allah juga memperingatkan mereka terhadap nikmat-nikmatNya dan memberitahukan tentang kesesatan mereka secara umum dan juga orang-orang yang beriman di antara mereka: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Āli ‘Imrān: 103).
  1. Imām asy-Syāfi‘ī r.h. mengatakan: “Dengan demikian, sebelum Allah menyelamatkan mereka dengan pengutusan Muḥammad, mereka adalah orang-orang kufur, baik ketika tercerai-berai maupun berkumpul. Mereka dikumpulkan dengan perkara penting, yaitu kufur kepada Allah dan mengada-adakan sesuatu yang tidak pernah diizinkan Allah dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Allah Maha Agung lagi Maha Besar, tiada yang berhak disembah dengan sebenarnya selain-Nya. Maha Suci dan Maha Terpuji Allah, Rabb dan Sang Pencipta segala sesuatu.
  1. Mereka yang hidup dalam kekufuran sebagaimana yang ditunjukkan dengan sikap, perilaku dan ucapan mereka berhak mendapatkan murka Allah dan semakin berbuat kedurhakaan kepada-Nya.
  1. Sedangkan barang siapa yang meninggal dunia di antara mereka dengan kondisi sebagaimana yang ditunjukkan sikap dan ucapan mereka, maka orang tersebut akan mendapatkan siksa Allah.
  1. Ketika Kitāb Suci-Nya datang, maka ketetapan Allah menyatakan untuk memenangkan agama-Nya melalui utusan-Nya yang terpilih setelah banyaknya kedurhakaan yang menyebabkan-Nya tidak berkehendak membuka pintu-pintu langit dengan rahmat-Nya. Sebagaimana ketetapannya terus berlaku sejak zaman dahulu.
  1. Karena Allah telah berfirman: “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan.” (al-Baqarah: 213).
  1. Pilihan Allah kepada orang yang terbaik untuk menerima wahyu-Nya, yang terpilih untuk menyampaikan misi-Nya, yang termulia dari seluruh ciptaan-Nya untuk membuka pintu rahmat-Nya, yang termulia dari seluruh ciptaan-Nya untuk membuka pintu rahmat-Nya, menjadi pamungkas bagi para nabi-Nya, dan menjadikannya sebagai utusan yang mendunia dibandingkan para utusan-Nya sebelumnya, yang selalu diingat di dunia dan memberikan syafaat di akhirat kelak, yang akhlaknya membentuk keindahan jiwa, yang merupakan makhluk yang paling diridhai-Nya di dunia dan akhirat, dan yang terbaik nasab dan kedudukannya jatuh kepada Muḥammad sebagai hamba dan utusan-Nya.
  1. Dan kita mengetahui bahwa kemuliaan akhlaknya yang merupakan kenikmatan khusus dari-Nya memberikan manfaat yang menyeluruh kepada seluruh umat manusia, baik masyarakat umum maupun khusus, baik di dunia maupun di akhirat.
  1. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (at-Taubah: 128).
  1. Allah juga berfirman: “Agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Umm-ul-Qurā’ (Makkah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya.” (al-An‘ām: 92).
  1. Allah juga berfirman: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (asy-Syu‘arā’: 214).
  1. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.” (az-Zukhruf: 44).
  1. Imām asy-Syāfi‘ī r.h. mengatakan: “Ibnu ‘Uyainah telah memberitahukan kepada kami dari Ibnu Abī Nājiḥ dari Mujāhid mengenai firman Allah: “Dan sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.” (az-Zukhruf: 44), dia mengatakan: “Seseorang bertanya: “Dari manakah orang itu?” Lalu dijawab: “Dari ‘Arab.” Lalu ditanyakan lagi: “Dari suku manakah dari bangsa ‘Arab?” Dijawab: “Dari Quraisy.”
  1. Imām asy-Syāfi‘ī r.h. mengatakan: “Apa yang dikatakan Mujāhid mengenai ayat ini sangatlah jelas dan tidak membutuhkan penafsiran.”
  1. Allah menyebutkan umat Muḥammad dan keluarga dekatnya secara khusus dalam peringatan yang tercantum dalam ayat ini dan seluruh umat manusia secara umum. Pada awalnya, al-Qur’ān mengemukakan tentang kepribadian Rasūlullāh dan kemudian memberi peringatan kepada kaumnya secara khusus ketika Allah mengutusnya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (asy-Syu‘arā’: 214).
  1. Sebagian ulama yang pakar tentang al-Qur’ān berpendapat bahwasanya Rasūlullāh bersabda: “Wahai Bani ‘Abdu Manaf, sesungguhnya Allah mengutusku: “Hendaklah kamu memberi peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” dan kalian semua adalah kerabat-kerabatku yang terdekat.”
  1. Imām asy-Syāfi‘ī r.h. mengatakan: “Ibnu ‘Uyainah telah memberitahukan kepada kami dari Ibnu Abī Nājiḥ dari Mujāhid mengenai firman Allah: “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.” (asy-Syarḥ: 4), ia mengatakan: “Aku tidak mengingat kecuali kamu mengingatnya bersamaku: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah dan bahwasanya Muḥammad adalah utusan Allah.”
  1. Maksudnya: – Wallāhu a‘lam – mengingat-Nya ketika beriman kepada Allah dan adzan. Bisa jadi mengingat-Nya itu ketika membaca Kitāb Suci-Nya dan taat terhadap perintah-Nya serta menjauhkan diri dari kedurhakaan terhadap-Nya.
  1. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita setiap kali orang-orang yang ingat mengingat-Nya dan orang-orang yang lalai terlupa untuk menyebuat nama-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau di antara orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dengan yang paling utama, paling banyak, paling suci yang belum pernah dilimpahkan kepada siapapun dari makhluk-Nya sebelumnya. Semoga Allah mensucikan kami dan kalian semua dengan shalawat dan salam terbaik yang belum pernah dilakukan seorang pun dari umatnya dengan melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepadanya serta rahmat dan keberkahannya. Semoga Allah memberikan sebaik-baik balasan kepada orang yang diutus untuk bangsa terbaik yang dipersaksikan untuk bangsa-bangsa yang lain, menyerukan kepada agama yang diridhai-Nya dan menjadi pilihan para malaikat-Nya, serta orang-orang yang mendapat kemuliaan dengan memilihnya. Sehingga tiada satu kenikmatan pun yang terlimpahkan pada diri kita baik yang tampak maupun yang tanpa kita sadari kedatangannya dengan keberuntungan yang kita dapatkan dalam agama atau terhindarkannya suatu bencana dari diri kita, kecuali disebabkan oleh Muḥammad yan membimbing pada kenikmatan terbaik itu, memberikan petunjuk pada kebenarannya, melindungi diri dari kebinasaan dan menghindarkan diri dari sumber-sumber keburukan yang bertentangan dengan petunjuk dan kebenaran, memperingatkan kita dari perkara-perkara yang menjerumuskan pada kebinasaan, dan berkomitmen memberikan nasehat dalam kebenaran dan sekaligus menyampaikan adanya peringatan. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Muḥammad dan anggota keluarga Muḥammad sebagaimana engkau limpahkan shalawat dan salam kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm karena sesungguhnya Dia-lah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung.
  1. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya al-Qur’ān itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’ān) kebatilan baik depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Tuhan) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fushshilat: 41-42). Lalu dengannya itu, ia mengantarkan mereka dari jurang kekufuran dan kegelapan menuju cahaya dan petunjuk, seraya menjelaskan perkara yang dihalalkan dan yang diharamkan kepada makhluknya secara panjang lebar. Karena Dia-lah yang Maha Mengetahui keberuntungan mereka di akhirat dengan larangan yang diberlakukan kepada mereka. Sebaiknya mereka menaati-Nya dan menyembah-Nya, baik dengan ucapan maupun perbuatan, seraya menjauhi larangan-laranganNya. Allah memberikan pahala kepada mereka yang taat kepada-Nya dengan kekekalan dalam surga-Nya dan selamat dari kemurkaan-Nya dengan segala keagungan-Nya.
  1. Rasūlullāh s.a.w. juga memberitahukan kepada mereka mengenai perkara yang diwajibkan-Nya bagi orang yang taat kepada-Nya.
  1. Dan menasehati mereka dengan kisah bangsa-bangsa sebelumnya, tentang orang-orang yang memiliki banyak harta dan keturunan, yang paling panjang umurnya, dan paling baik perilakunya sehingga mereka dapat meneladani akhlak mereka dalam kehidupan mereka di dunia. Sehingga ketika Hari Kiamat tiba, mereka dapat merasakan tujuan-tujuan mereka dengan segala pengharapan kepada-Nya segala pengharapan kepada-Nya segala pengharapan kepada-Nya sebelum datang siksaan-Nya ketika ajal mereka menjemput. Semua ini dilakukan agar mereka dapat berintrospeksi diri, memahami ayat-ayat suci yang diturunkan dengan jelas, meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan sebelum lalai, mengerjakan amal kebaikan sebelum kesempatan berakhir (penyesalannya tidak lagi berguna) dan tidak bisa membayar tebusan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: “Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh.” (Āli ‘Imrān: 30).
  1. Segala sesuatu yang diturunkan dalam Kitab Suci-Nya merupakan rahmat dan sekaligus ḥujjah (argumentasi) yang diketahui oleh orang yang mau mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mau mengetahuinya, tidak akan mengetahui orang yang mengabaikannya dan tidak akan bodoh orang yang mau mengetahuinya.
  1. Semoga Allah meridhainya. Kedudukan manusia dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan terbagi dalam beberapa lapisan, yang hal itu tergantung pada tingkat kemampuan mereka dalam menguasai ilmu pengetahuan tersebut.
  1. Karena itu, hendaklah para penuntut ilmu berupaya semaksimal mungkin untuk memperbanyak ilmu pengetahuan dan bersabar menghadapi semua cobaan dalam mencarinya, serta didasari dengan keikhlasan niat kepada Allah dalam memperdalam ilmu pengetahuannya, baik secara tekstual maupun kontekstual seraya memohon pertolongan kepada-Nya. Karena sesungguhnya tidak akan didapatkan suatu kebaikan kecuali dengan pertolongan-Nya.
  1. Karena sesungguhnya orang yang mengetahui tentang hukum-hukum Allah dalam Kitab Suci-Nya secara tekstual dan kontekstual dan Allah pun meridhainya dalam ucapan dan perbuatan atas pengetahuannya itu, maka ia telah memperoleh keutamaan dalam agama dan keduniawiannya. Di samping hilang pula keraguan yang menghinggapinya hingga terpancarlah hikmah dalam jiwanya sehingga ia berhak menyandang gelar sebagai pemimpin dalam jiwanya urusan agama.
  1. Karena itu, kami memohon kepada Allah yang senantiasa melimpahkan nikmat-nikmatNya kepada kita sebelum berhak menerimanya dan melanggengkannya kepada kita karena kelalaian kita dalam bersyukur kepada-Nya serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang dipersaksikan untuk umat-umat yang lain agar memberikan pemahaman kepada kita mengenai Kitāb Suci-Nya dan juga Sunnah Nabi-Nya, baik ucapan maupun perbuatan sehingga memenuhi haknya atas kita dan membuat kita terdorong untuk lebih meningkatkan ibadah kepada-Nya.”
  1. Imām asy-Syāfi‘ī r.h. mengatakan: “Tidak satu pun dari firman-firman Allah yang diturunkan kepada orang yang beragama kecuali di dalam Kitāb Suci Allah itu terdapat petunjuk yang mengarahkannya untuk mendapatkan petunjuk-Nya.
  1. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: “Kitāb yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Ibrāhīm: 1).
  1. Allah berfirman: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’ān, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (an-Naḥl: 44).
  1. Allah berfirman: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitāb (al-Qur’ān) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Naḥl: 89).
  1. Allah berfirman: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’ān) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitāb (al-Qur’ān) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’ān itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (asy-Syūrā: 52).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *