2-3-1 Rahasia di Balik Tanda-tanda Isim – Huruf-huruf Magis

Dari Buku:
Huruf-huruf Magis
(Judul Asli: Maniyyah al-Faqir al-Munjarid wa Sairah al-Murid al-Mutafarrid)
Oleh: Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhaniy
Penerjemah: Diya' Uddin & Dahril Kamal
Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: 002 Rahasia-rahasia di Balik Kalam - Huruf-huruf Magis

RAHASIA DI BALIK TANDA-TANDA ISIM

(Bagian 1 dari 2)

 

فَالْاِسْمُ يُعْرَفُ بِالْخَفْضِ وَ التَّنْوِيْنِ وَ دُخُوْلِ الْأَلِفِ وَ اللَّامِ وَ حُرُوْفِ الْخَفْضِ.

Isim bisa dikenali dengan i‘rāb khafadh (jarr), adanya tanwīn, masuknya alif dan lām (al), serta masuknya ḥurūf-ḥurūf khafadh (jarr).

Isim, nama yang kamu zikirkan, dan kamu tergetar karenanya, adalah Allah jalla jalāluhu. Karena nama adalah pencerminan dari yang dinamakan.

1. Isim atau nama Allah bisa dikenali dengan khafadh (kerendahan), yaitu meyakini diri dengan sifat kehinaan dan kerendahan.

Seorang penyair berkata:

Rendahkan dirimu di hadapan Kekasihmu

Karena cinta bukan perkara gampang

Bila Kekasih telah menunjukkan ridha-Nya

Maka benarlah jerih capaianmu.

Penyair lain berkata:

Rendahkan dirimu, di hadapan Sang Kekasih

Untuk capai kemuliaan

Banyak sudah ia diraih

Dengan derita kehinaan

Jika Sang Mahamulia adalah Kekasihmu

Sedang kamu bukan si terhina di hadapan-Nya

Maka ucapkanlah olehmu

Selamat tinggal pencapaian.

Syaikh Sayyidi Abu al-Hasan r.a. suatu saat berdoa:

Ya Allah, sungguh kaum itu

Telah Kau tetapkan kehinaan pada mereka

Sehingga mereka menjadi mulia

Dan telah Kau tetapkan kehilangan pada mereka

Sehingga mereka menemukan.

Yang dimaksud dengan kehinaan di sini adalah kesadaran diri yang hina dalam berjuang mencapai al-Ḥaqq. Ini terlihat jelas di antara beberapa teman sufi. Hal ini agar nafsu bisa mati dengan segera sehingga jiwa menjadi hidup dengan mengenal dan menyaksikan keagungan al-Ḥaqq. Ekspresi kehinaan itu seperti berjalan sambil menunduk, melepas peci/sorban kepala di tempat yang terlihat orang banyak, meminta-minta di toko-toko dan pasar-pasar.

Hal itu merupakan kehinaan yang diikuti kemuliaan bersama Allah ta‘ālā. Menjadi sarana yang membangkitkan kesadaran jiwa dengan menyaksikan kebesaran Penguasanya. Dengan kehinaan ini hamba bisa mengenal Allah dengan pengenalan. Bukan pengenalan dengan dalil maupun logika argumentasi.

Wa billāhi at-taufīq.

 

2. Allah ta‘ala juga dapat dikenal dengan adanya tanwīn.

a. Tanwīn tamkīn (pengukuhan).

Yaitu, Allah mengukuhkan seorang hamba untuk mengenal dan mencintai seorang guru yang sempurna dan ‘ārif billāh. Allah mengukuhkannya dengan jalan melayani dan bergaul (berguru) kepada guru tersebut. Sampai kemudian, Allah mengukuhkannya dengan menyaksikan keagungan al-Ḥaqq dan ma‘rifat kepada-Nya.

b. Tanwīn tankīr (penghilangan diri).

Yaitu, seorang hamba yang menghilangkan dirinya sendiri dari semua manusia dan menarik diri dari pergaulan manusia. Dengan ini, dia merasa tenteram dalam kesendirian bersama Allah.

Ada seorang sufi yang berkata tentang perilaku orang seperti itu:

“Hilangkan identitasmu dari orang yang kamu kenal. Dan jangan memperkenalkan diri pada orang yang tidak kamu kenal.”

Dalam al-Ḥikam disebutkan:

“Ketika Allah membuatmu gelisah karena pergaulan bersama makhluk-Nya, maka ketahuilah, bahwa Dia berkehendak untuk membuatmu tenteram hanya bersama-Nya.”

Disebutkan pula:

“Tidak ada satu hal yang memberikan manfaat bagi hati sebagaimana ‘uzlah (pengasingan diri). Dengannya seorang murid bisa memasuki medan perenungan yang luas.”

c. Tanwīn ‘iwadh (penggantian).

Yaitu, seorang murid mengganti kekayaan dengan kekurangan, kemuliaan dengan kehinaan, pergaulan dengan ‘uzlah. Demikian juga dia mengganti hal-hal buruk dengan kebalikannya.

d. Tanwīn muqābalah (pengimbangan).

Yaitu, seorang murid mengimbangi mulianya sifat ke-Tuhan-an dengan sifat kehambaan. “Nyatakan sifatmu, Allah akan menolongmu dengan sifat dan kekuatan-Nya. Nyatakan sifat kekuranganmu, maka Allah akan menolongmu dengan sifat keterpenuhan-Nya. Nyatakan sifat kelemahanmu, Allah akan menolongmu dengan kemampuan dan kekuatan-Nya.”

Aku memiliki sebait syair dalam hal ini:

Nyatakan dirimu dengan sifat kekurangan

Dalam setiap kejapan, maka

Betapa cepatnya keterpenuhan

Bila memang benar kekurangan itu

Jika kamu sungguh menghendaki

Diluaskannya pemberian, dengan cepat

Maka perhatikan,

Dalam kekurangan yang sesungguhnya

Terdapat keuntungan

Berupa pemberian-pemberian yang tergelar

Jika kamu menghendaki

Kemuliaan yang kokoh dan lestari, maka

Dalam kehinaan, tersamar adanya kemuliaan

Bahkan terlihat jelas

Jika kamu menghendaki

Peningkatan menuju derajatmu yang tinggi

Maka ketinggian derajat itu bisa tampil

Dalam kerendahanmu

Yang memang rendah tiu

Jika kamu menghendaki pengetahuan

Maka hilangkan dirimu

Dari pergaulan manusia, dan

Segala pencarian.

Jangan tampilkan dirimu pada selain al-Ḥaqq

Maka kamu akan melihat

Keagungan al-Ḥaqq dalam segalanya

Ketika kamu menghaluskan diri dan rasamu,

Maka

Dalam segala sesuatu

Keindahan Kekasihmu bisa menampilkan diri.

Seorang murid mengimbangi sifat-sifat tercela dengan sifat-sifat terpuji, seperti kikir dengan kemurahan, kesombongan dengan kerendahan hati, dendam dan dengki dengan lapang dada, kegelisahan dan kemarahan dengan ketabahan dan ketenangan. Demikian juga, dia mengimbangi keburukan dengan kebaikan, dan mengimbangi penyakit dengan obat penawar.

3. Allah juga bisa dikenal dengan masuknya alif dan lām (al).

Hal itu merupakan isyarat masuknya murid ke dalam Kehadiran Suci. Ini cukup dikenal di kalangan kaum ‘ārifīn. Pengetahuan tentangnya diperoleh dari penjelasan Allah mengenainya, melalui lisan para rasul, dan para pengganti mereka. Al-Ḥadhrat al-Qudisyyah merupakan tempat musyāhadah (penyaksian al-Ḥaqq), mukālamah (saling berdialog), muwajjahah (saling bertatap muka), dan mukāfahah (saling berhadapan). Memasukinya hanya bisa dilakukan dengan mencapai berbagai tanda di atas.

4. Al-Ḥaqq ta‘ālā, Dzat yang diberi nama dengan banyak nama, juga bisa dikenal dengan huruf jarr, yaitu sebab-sebab kerendahan. Yakni, segala hal yang merendahkan ego pribadi dan menurunkannya menuju titik kerendahan hati dan kehinaan, sebagaimana penjelasan sebelumnya.

Wallāhu a‘lam.

Huruf-huruf jarr tersebut adalah:

1. Min (dari); mengisyaratkan permulaan perjalanan spiritual (sair).

2. Ilā (sampai); mengisyaratkan puncak perjalanan.

“Seorang murid, permulaannya adalah mujāhadah (perjuangan spiritual), dan puncaknya adalah musyāhadah (penyaksian al-Ḥaqq).”

“Seorang murid yang cemerlang permulaan perjalanannya, akan cemerlang pula akhir perjalanannya.”

Yang dimaksud cemerlang pada permulaan perjalanan adalah tabiat suci yang menyala-nyala, menanggung kepayahan, serius dalam memerangi hawa nafsu, dan mampu mengelola waktu secara efektif. Cemerlang di akhir perjalanan adalah terus-menerus menyaksikan keagungan al-Ḥaqq, serta berdiam dalam Kehadiran Suci dan Tempat Ketenteraman.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *