001-4 Tentang Isnad Aqli – Jauhar-ul-Maknun

Dari Buku:
Terjemah Jauhar-ul-Maknūn
(Ilmu Balaghah)
Oleh: Abdurrahman al-Ahdori

Alih Bahasa: Achmad Sunarto
Penerbit: MUTIARA ILMU – Surabaya

Rangkaian Pos: Keadaan Isnad Khabari

PASAL 4

فَصْلٌ فِي الْإِسْنَادِ الْعَقْلِيِّ

TENTANG ISNĀD AQLĪ

Isnād itu terbagi dua:

  1. Isnād Khabarī,
  2. Isnād Insyā’ī.

Dan terbagi pula kepada:

  1. Ḥaqīqat ‘aqliyyah dan
  2. Majāz ‘aqlī.

Ḥaqīqat ‘aqliyyah: ialah meng-isnād-kan fi‘il atau serupa fi‘il (mashdar, isim fi‘il, isim maf‘ūl, shifat musyabbahāt, isim tafdhīl dan zharaf) kepada ma‘mūl-nya menurut kehendak mutakallim. Seperti: (ضُرِبَ زَيْدٌ، ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا).

وَ لِحَقِيْقَةٍ مَجَازٍ وَرَدَا لِلْعَقْلِ مَنْسُوْبَيْنِ أَمَّا الْمُبْتَدَا
إِسْنَادُ فِعْلٍ أَوْ مُضَاهِيْهٍ إِلَى صَاحِبِهِ كَفَازَ مَنْ تَبَتَّلَا.

Artinya:

Isnād ‘aqli itu datang ada kalanya ḥaqīqat ‘aqliyyah dan ada kalanya majāz ‘aqli. Adapun yang pertama, yaitu meng-isnād-kan fi‘il atau serupa fi‘il kepada ma‘mūl-nya, seperti: (فَازَ مَنْ تَبَتَّلَا) = Berbahagia orang yang memutuskan hubungan hatinya dengan makhluk. Yang berbahagia, ialah tabattul.

Adapun ḥaqīqat ‘aqliyyah itu menurut bukti dan i‘tiqād-nya, terbagi empat macam, yaitu:

  1. Yang sesuai bukti dan i‘tiqād-nya, seperti kata seorang mu’min: (أَنْبَتَ اللهُ الْبَقَلَ).
  2. Yang sesuai hanya dengan i‘tiqād-nya saja, tidak sesuai dengan buktinya, seperti kata orang kafir: (أَنْبَتَ الرَّبِيْعُ الْبَقَلَ).
  3. Yang sesuai dengan buktinya saja, tidak sesuai dengan i‘tiqād-nya, seperti kata orang mu‘tazilah: (خَلَقَ اللهُ الْأَفْعَالَ كُلَّهَا) = Allah yang menjadikan seluruh pekerjaan.

Padahal i‘tiqād mu‘tazilah itu bahwa cincin pada jari digerakakannya oleh jari itu, bukan oleh Allah.

  1. Yang tidak sesuai dengan bukti dan i‘tiqād-nya, seperti:(قَامَ مُحَمَّدٌ) = telah berdiri Muḥammad. Padahal kamu tahu bahwa Muḥammad itu belum berdiri.

Dan perlu diketahui, bahwa ḥaqīqat ‘aqliyyah itu bila dilihat dari kedua ujungnya, yaitu musnad dan musnad ilaih juga terbagi atas empat macam yaitu:

  1. Kedua-duanya berarti ḥaqīqat lughawī, seperti: خَلَقَ اللهُ السَّموَاتِ وَ الْأَرْضَ
  1. Kedua-duanya berarti majāz, seperti (أَحْيَا الْبَحْرُ زَيْدًا) = (telah memberi orang yang berderma kepada Zaid), dengan menggunakan majāz isti‘ārah sebagaimana yang akan diterangkan berikut in sya’ Allah.

Lafaz (أَحْيَا) dengan arti (أَعْطَى). Lafaz (الْبَحْرُ) dengan arti (الْكَرِيْمُ).

  1. Musnad ilaih dengan arti ḥaqīqat, sedangkan musnad dengan arti majāz, seperti: (أَحْيَا الْإِلهُ الْبَقَلَ)

Lafaz (أَحْيَا) dengan arti (أَنْبَتَ).

  1. Musnad ilaih dengan arti majāz, musnad dengan arti ḥaqīqat seperti:

(مَاتَ زَيْدٌ وَ أَنْتَ تُرِيْدُ أَبَاهُ) = Telah mati Zaid.

Padahal muksudmu bapaknya.

 

 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *