Surah asy-Syams 91 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

091

SŪRAT-ASY-SYAMS

Makkiyyah, 15 ayat

Turun sesudah Sūrat-ul-Qadar

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

وَ الشَّمْسِ وَ ضُحَاهَا.

1. (وَ الشَّمْسِ وَ ضُحَاهَا.) “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari” yaitu sewaktu memancarkan sinarnya di pagi hari.

وَ الْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا.

2. (وَ الْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا.) “Dan bulan apabila mengiringinya” apabila muncul mengiringi terbenamnya matahari.

وَ النَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا.

3. (وَ النَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا) “Dan siang apabila menampilkannya” yaitu menampakkan matahari yang semakin meninggi.

وَ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا.

4. (وَ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا.) “Dan malam apabila menutupinya” artinya menyelimuti siang dengan kegelapannya. Lafal idzā yang ada pada tiga tempat di atas hanya menunjukkan makna zharaf, sedangkan yang menjadi ‘āmil-nya adalah fi‘il dari qasam.

وَ السَّمَاءِ وَ مَا بَنَاهَا.

5. (وَ السَّمَاءِ وَ مَا بَنَاهَا.) “Dan langit serta pembinaannya.”

وَ الْأَرْضِ وَ مَا طَحَاهَا.

6. (وَ الْأَرْضِ وَ مَا طَحَاهَا) “Dan bumi serta penghamparannya” yang menghampar.

وَ نَفْسٍ وَ مَا سَوَّاهَا.

7. (وَ نَفْسٍ) “Dan jiwa” sekalipun bentuk lafalnya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jama‘ (وَ مَا سَوَّاهَا) “serta penyempurnaannya” maksudnya kesempurnaan ciptaannya; lafal pada tiga tempat di atas adalah mashdariyah, atau bermakna man.

فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَ تَقْوَاهَا.

8. (فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَ تَقْوَاهَا.) “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya” maksudnya Allah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Lafal at-taqwā letaknya diakhirkan karena demi memelihara keserasian bunyi akhir ayat, sedangkan sebagai jawāb dari qasam di atas ialah:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا.

9. (قَدْ أَفْلَحَ) “Sesungguhnya beruntunglah” pada lafal qad aflaḥa ini sengaja tidak disebutkan huruf lām taukīd-nya karena mengingat panjangnya pembicaraan (مَنْ زَكَّاهَا) “orang yang menyucikannya” yakni menyucikan jiwanya dari dosa-dosa.

وَ قَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا.

10. (وَ قَدْ خَابَ) “Dan sesungguhnya merugilah” atau rugilah (مَنْ دَسَّاهَا) “orang yang mengotorinya” yang menodainya dengan perbuatan maksiat. Asalnya lafal dassāhā ialah dassasahā, kemudian huruf sīn yang kedua diganti menjadi alif demi untuk meringankan pengucapannya, akhirnya jadilah dassāhā.

كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوَاهَا.

11. (كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ) “Kaum Tsamud telah mendustakan” rasulnya, yaitu Nabi Saleh (بِطَغْوَاهَا) “karena mereka melampaui batas” disebabkan tindakan mereka yang melampaui batas.

إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا.

12. (إِذِ انْبَعَثَ) “Ketika bangkit” artinya bersegera (أَشْقَاهَا) “orang yang paling celaka di antara mereka” orang tersebut dikenal dengan nama julukan si pendekar, lalu ia bersegera menyembelih unta Nabi Shāliḥ atas izin mereka.

فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ نَاقَةَ اللهِ وَ سُقْيَاهَا.

13. (فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ) “Lalu Rasul Allah berkata kepada mereka” yakni Nabi Shāliḥ (نَاقَةَ اللهِ) “Unta betina Allah” maksudnya biarkanlah unta betina Allah ini (وَ سُقْيَاهَا) “dan minumannya” dan hari bagian minumnya; sesungguhnya bagian minum itu digilirkan antara mereka dan unta; untuk unta sehari dan untuk mereka sehari.

فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا.

14. (فَكَذَّبُوْهُ) “Lalu mereka mendustakannya” mendustakan ucapan Nabi Shāliḥ yang mengatakan, bahwa unta itu adalah milik Allah, dan bila mereka melanggarnya niscaya hal itu akan berakibat turunnya adzab atas mereka (فَعَقَرُوْهَا) “dan menyembelih unta itu” atau mereka membunuhnya itu, dengan maksud supaya bagian minum itu diperoleh seluruhnya oleh mereka (فَدَمْدَمَ) “maka menimpakanlah” atau menurunkanlah (عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ) “kepada mereka Rabb mereka” adzab (بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا) “disebabkan dosa mereka, lalu Allah meratakan adzab” atas mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat lolos atau menyelamatkan diri dari adzab-Nya.

وَ لَا يَخَافُ عُقْبَاهَا

15. (وَ لَا) “Dan tiadalah” dapat dibaca Wa lā dan Fa lā (يَخَافُ عُقْبَاهَا) “Allah takut terhadap akibat tindakan-Nya itu” maksudnya akibat adzab yang akan terjadi.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *