Surah an-Nashr 110 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-110

AN-NASHR

Surat an-Nashr bermakna pertolongan. Diturunkan di Makkah sesudah surat at-Taubah, Surat an-Nashr Ahli Tafsir juga dinamakan dengan surat at-Taudī‘, terdiri dari 3 ayat.

 

A. SEJARAH TURUN

Diriwayatkan bahwa surat ini diturunkan di Mina, ketika Nabi berhaji wada‘. Setelah surat ini turun, barulah diturunkan ayat “al-yauma akmaltu lakum dīnakum” (hari ini aku sempurnakan agamamu). (11)

Ketika ‘Umar mendengar pembacaan surat ini, beliau pun menangis. Beliau berkata: “al-kamālu dalīlu zawāli (kesempurnaan itu menunjuk adanya hal yang akan hilang). Demikian pula al-‘Abbās sewaktu mendengar surat ini.

Surat ini menyuruh kita untuk memuji Allah dan memohon ampun kepada-Nya, apabila kita memperoleh suatu kemenangan. (22)

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu, Allah menjelaskan perbedaan antara agama Rasūl dengan agama yang dianut oleh para kafir. Dalam surat ini, Allah mengisyaratkan bahwa agama orang kafir akan lenyap dan agama yang dibawa Muḥammad akan menang dan menjadi agama yang dianut oleh jumlah terbesar dari penduduk dunia.

Menurut pendapat Ibnu ‘Abbās, surat ini adalah surat yang memberi peringatan bahwa Muḥammad telah mendekati akhir hayatnya. Sedangkan riwayat al-Bukhārī-Muslim dari ‘Ā’isyah menyatakan, sesudah turunnya ayat ini, Rasūlullāh selalu membaca “Subḥānallāhi wa biḥamdihi” dan “Astaghfirullāha wa atūbu ilaih.

 

C. TAFSIR SURAT AN-NASHR

Bertasbihlah memuji Allah terhadap pertolongan dan keutamaan yang telah dilimpahkan kepada kita.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ.

Idzā jā’a nashrullāhi wal fatḥ.

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (33)

(an-Nashr [110]: 1).

Apabila kamu melihat pertolongan Allah yang dilimpahkan kepada agama yang benar telah tiba, kamu pun melihat kehancuran orang-orang musyrik. Demikian pula apabila kamu memperoleh kemenangan dan dapat mengalahkan kaummu serta menundukkan mereka ke bawah kedaulatanmu.

وَ رَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا.

Wa ra’aitan nāsa yadkhulūna fī dīnillāhi afwājā.

“Dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.”

(an-Nashr [110]: 2).

Maka kamu, Muḥammad, akan melihat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, bernaung di bawah panji-panjimu, dan bukan lagi seperti pada masa permulaan kamu diutus, saat kamu mendapat banyak gangguan dan rintangan.

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا.

Fa sabbiḥ bi ḥamdi rabbika wastaghfirhu innahū kāna tawwābā.

“Maka bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu dan memohon ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia sangat menerima tobat.” (44)

(an-Nashr [110]: 3).

Bertasbihlah kamu kepada Tuhanmu sambil memuji-Nya terhadap keutamaan-keutamaan yang telah dilimpahkan kepadamu.

Mohonlah kepada Allah, supaya mengampuni dosa yang mungkin ada padamu, demikian pula dosa-dosa para pengikutmu yang disebabkan oleh kegelisahan dan kerisauan hati lantaran tidak segera datang kemenangan yang gilang-gemilang.

Allah adalah benar-benar Tuhan yang menerima banyak tobat hamba-Nya. Karena itu, bila kamu merasa lemah, mohonlah kepada Allah supaya diberi kekuatan dan terus-meneruslah kamu berpegang kepada agama Allah hingga kamu mencapai martabat kesempurnaan.

Ringkasnya, apabila kamu telah memperoleh kemenangan dan manusia telah berduyun-duyun memeluk agama Islam, yang berarti tidak ada lagi yang perlu kamu takuti. Oleh karena itu hendaklah kamu mensyukuri Allah dan melepaskan semua pikiran yang mungkin tumbuh, ketika kamu dalam kesulitan dan kesukaran.

Dalam ayat-ayat ini Tuhan menyuruh Nabi s.a.w. agar setelah memperoleh kemenangan dari musuh dan sesudah agama tersebar luas, menyucikan Allah serta memohon ampunan terhadap kesalahan-kesalahannya.

 

Catatan:

 


  1. 1). Baca QS. al-Mā’idah [5]: 3. 
  2. 2). Baca al-Qurthubī 20: 233, akhir QS. an-Nashr [110]. 
  3. 3). Kaitkan dengan QS. al-Fatḥ [48], QS. an-Naba’ [78], dan QS. az-Zumar [39]. 
  4. 4). Baca Bukhārī 65: 110, 1 hadits 481, Bukhārī 65: 110, 2 hadits 481. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *