Surah al-Qiyamah 75 ~ Tafsir ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Qiyamah 75 ~ Tafsir ash-Shabuni

075

SŪRAT-UL-QIYĀMAH

 

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-Qiyāmah termasuk surat Makkiyyah. Isinya menitikberatkan masalah hari kebangkitan dan hari pembalasan yang termasuk rukun iman. Secara khusus, surat ini mengedepankan hari kiamat dan praharanya, keadaan manusia ketika sekarat dan apa yang dialami oleh orang kafir di akhirat berupa kesulitan dan kepayahan. Itulah sebabnya surat ini disebut Sūrat-ul-Qiyāmah.

Surat ini diawali dengan sumpah dengan hari kiamat dan nafsu yang suka mencela. Tujuan sumpah ingin menegaskan bahwa hari kebangkitan adalah benar, tidak ada keraguan padanya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.” (75:1-4).

Kemudian surat ini menyebutkan sebagian tanda-tanda hari kiamat yang mengerikan itu. Hari itu bulan gerhana, mata manusia bingung. Makhluk dan umat manusia dikumpulkan untuk menerima perhitungan amal dan pembalasan: “Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” (75: 7-12).

Sūrat-ul-Qiyāmah juga berbicara mengenai keinginan Nabi s.a.w. untuk menghafal al-Qur’an ketika Jibril membacakannya. Beliau bersusah payah mengikuti Jibril dan menggerakkan lidah bersamanya ketika menghafalkan apa yang dibaca Jibril. Maka Allah memerintah beliau untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an dan jangan menggerakkan lidah. “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.” (75: 16-19).

Surat ini juga menyebutkan pembagian umat manusia di akhirat menjadi dua bagian: Orang yang beruntung dan orang yang celaka. Orang yang beruntung wajahnya bersinar cerah dengan cahaya dan memandang Tuhan mereka. Sedangkan orang yang celaka wajahnya gelap dan diselubungi kehinaan. “Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin, bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.” (75: 22-25).

Kemudian surat ini berbicara mengenai seseorang ketika sakaratul maut yang mengalami berbagai kesulitan dan ketakutan. Saat itu manusia mengalami kesulitan dan kesempitan yang tidak terbayang. “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. Dia ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).” (75: 26-33).

Sūrat-ul-Qiyāmah ditutup dengan menetapkan keyakinan tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar dan hari akhirat dengan dalil-dalil rasional. “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang; laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” (75: 36-40)

 

TAFSIR SŪRAT-UL-QIYĀMAH

Sūrat-ul-Qiyāmah, Ayat: 1-40.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

 

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَ لَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ، أَيْحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ، بَلَى قَادِرِيْنَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ. بَلْ يُرِيْدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ، يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ. فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ، وَ خَسَفَ الْقَمَرُ، وَ جُمِعَ الشَّمْسُ وَ الْقَمَرُ، يَقُوْلُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ، كَلَّا لَا وَزَرَ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ. يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَ أَخَّرَ، بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيْرَةٌ، وَ لَوْ أَلْقَى مَعَاذِيْرَهُ. لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ، إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَ قُرْآنَهُ، فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ، ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ. كَلَّا بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ، وَ تَذَرُوْنَ الْلآخِرَةَ. وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ. وَ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ، تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ. كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيْ، وَ قِيْلَ مَنْ رَاقٍ، وَ ظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ، وَ الْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ. فَلَا صَدَّقَ وَ لَا صَلَّى، وَ لكِنْ كَذَّبَ وَ تَوَلَّى، ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى. أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى، ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى، أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى. أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى، ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى، فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذِّكْرَ وَ الْأُنْثَى، أَلَيْسَ ذلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى.

75: 1. Aku bersumpah dengan hari kiamat.

75: 2. dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (diri sendiri).

75: 3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?

75: 4. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.

75: 5. Bahkan manusia hendak membuat maksiat terus-menerus.

75: 6. Ia bertanya: “Bilakah hari kiamat itu?”

75: 7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan).

75: 8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya.

75: 9. dan matahari dan bulan dikumpulkan.

75: 10. pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat lari?”

75: 11. Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!.

75: 12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.

75: 13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.

75: 14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.

75: 15. meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.

75: 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

75: 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

75: 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.

75: 19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.

75: 20. Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia.

75: 21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.

75: 22. Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri.

75: 23. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

75: 24. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,

75: 25. mereka yakin, bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.

75: 26. Sekali-kali jangan! Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,

75: 27. dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”

75: 28. dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia).

75: 29. dan bertaut betis (kiri) dengan batis (kanan),

75: 30. Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.

75: 31. Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan salat.

75: 32. tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran).

75: 33. kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).

75: 34. Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,

75: 35. kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.

75: 36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpa pertanggungjawaban]?

75: 37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)?

75: 38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya.

75: 39. lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.

75: 40. Bukankah Dia [Allah yang berbuat] demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *