Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir Ibni Katsir (Bagian 6)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir Ibni Katsir

Al-Muddatstsir, ayat 31-37.

 

وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا، كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ، وَ مَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ. كَلَّا وَ الْقَمَرِ. وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ. وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ. إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ. نَذِيْرًا لِّلْبَشَرِ. لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ.

74: 31. Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

74: 32. Sekali-kali tidak, demi bulan,

74: 33. dan malam ketika telah berlalu,

74: 34. dan shubuh apabila mulai terang.

74: 35. Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar.

74: 36. sebagai ancaman bagi manusia.

74: 37. (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mnudur.

 

Firman Allah s.w.t.:

وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka. (al-Muddatstsir: 31)

Ashḥāb arti bahasanya para pemilik, dan makna yang dimaksud adalah para penjaga neraka.

إِلَّا مَلآئِكَةً

Melainkan dari malaikat. (al-Muddatstsir: 31)

Yakni, terdiri dari pada malaikat Zabāniyah (juru siksa) yang kasar lagi keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy, ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka. Maka Abū Jahal berkata: “Hai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka, maka pastilah kamu dapat mengalahkan mereka?” Maka Allah s.w.t. berfirman:

وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. (al-Muddatstsir: 31).

Yaitu, kasar penampilannya, mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan. Menurut suatu pendapat, ada seseorang dari mereka yang dikenal dengan sebutan Abul-Asydin, yang nama aslinya Kaldah ibnu Usaid ibnu Khalaf. Ia berkata: “Hai golongan orang-orang Quraisy, serahkanlah dua orang dari para penjaga neraka itu kepadaku, sedangkan yang sisanya yaitu tujuh belas orang kuserahkan kepada kalian untuk menanganinya.” Ia katakan demikian karena merasa yakin dengan kekuatan dirinya yang hebat. Tersebutlah bahwa kekuatan yang dimilikinya menurut kisah mereka sangat hebat, dia berdiri di atas hamparan kulit sapi, lalu kulit sapi itu ditarik oleh sepuluh orang untuk mereka ambil dari bawah telapak kakinya. Ternyata kulit sapi itu robek, sedangkan si Kaldah tidak bergeming sedikit pun dari tempat pijakannya.

As-Suḥailī mengatakan bahwa si Kaldahlah yang pernah menantang Rasūlullāh s.a.w., untuk bergulat, dan ia mengatakan: “Jika engkau mengalahkan aku, maka aku akan beriman kepadamu.” Maka Nabi s.a.w. memenuhi tantangannya dan ternyata beliau dapat membantingnya berkali-kali, tetapi Kaldah tidak juga mau beriman. Dan as-Suḥailī mengatakan bahwa Ibnu Isḥāq menisbatkan kisah pergulatan ini kepada Rukānah ibnu ‘Abdu Yazīd ibnu Hisyām ibn-ul-Muththalib. Menurut saya, tidak ada pertentangan di antara apa yang disebutkan oleh keduanya karena barangkali keduanya terjadi; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah s.w.t.:

وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا

dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir. (al-Muddatstsir: 31).

Yakni, sesungguhnya Kami sebutkan bilangan mereka sembilan belas hanyalah untuk menguji manusia.

لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ

supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb menjadi yakin. (al-Muddatstsir: 31).

Yaitu, agar mereka mengetahui bahwa Rasūl ini adalah benar dan mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya.

Firman Allah s.w.t.:

وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا

dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. (al-Muddatstsir: 31).

Yakni, di samping iman yang telah ada pada mereka melalui apa yang mereka saksikan sendiri, bahwa berita yang disampaikan oleh Nabi mereka adalah benar.

وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ

dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitāb dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (al-Muddatstsir: 31).

Maksudnya, orang-orang munafik.

وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا

dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” (al-Muddatstsir: 31).

Mereka mengatakan: “Apakah hikmah yang terkandung di balik penyebutan bilangan tersebut?” Allah s.w.t. berfirman:

ذَلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ،

Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (al-Muddatstsir: 31).

Yakni, dengan adanya cobaan dan ujian seperti ini, maka akan bertambah kuatlah iman di dalam hati sebagian kaum dan akan bertambah goyahlah keimanan pada sebagian yang lainnya. Hanya pada Allah-lah terdapat hikmah yang tiada taranya dan alasan yang mematikan hujjah lawan.

Firman Allah s.w.t.:

وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (al-Muddatstsir: 31).

Tiada seorang pun yang mengetahui jumlah mereka dan berapa banyaknya mereka kecuali hanya Allah sendiri, supaya tidak ada orang yang mempunyai dugaan bahwa mereka berjumlah sembilan belas malaikat saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh segolongan orang-orang yang sesat dari kalangan para failasuf Yunani dan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan penganut kedua agama (Yahudi dan Nashrani). Ketika mereka mendengar ayat ini, maka mereka bermaksud mena’wilkannya dengan pengertian sepuluh akal dan sembilan jiwa, yang hal ini merupakan buat-buatan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mampu membuktikan kebenaran dari hipotesisnya. Mereka hanya memahami permulaan dari ayat ini, tetapi kafir dengan bagian terakhirnya, yaitu firman Allah s.w.t. yang mengatakan:

وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (al-Muddatstsir: 31).

 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *