Surah al-Muzzammil 73 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-73

AL-MUZZAMMIL

Surat al-Muzzammil bermakna orang yang berselimut. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-Qalam kecuali ayat 10, 11, 12 dan 20, terdiri dari 20 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini mencakup beberapa petunjuk untuk Nabi s.a.w. agar menguatkan tubuh dan jiwanya memikul beban risalah dan perintah bersabar, serta tidak mempedulikan ancaman-ancaman orang musyrik.

Tuhan memerintahkan Nabi shalat malam selama sepertiga atau separo atau dua pertiga malam dan membaca al-Qur’ān dengan perlahan-lahan dan sepenuh hati untuk memahami makna dan maksudnya.

Tuhan juga menyuruh Nabi mengingat Allah, berlaku ikhlas, serta bersabar. Tuhan memperingatkan penduduk Makkah tentang bencana yang akan mereka alami, jika mereka mendustakan Muḥammad.

Pada akhir surat ini Tuhan menjelaskan bahwa Dia mengetahui tentang Nabi dan segolongan sahabat yang shalat malam dan Allah telah menentukan saat-saat tertentu pada malam dan siang hari untuk shalat. Oleh karena umat tidak dapat menjaga waktu shalat dengan alat-alat penentu yang ada pada mereka, Allah pun membolehkan mereka shalat malam sekadar yang mudah mereka lakukan.

Akhirnya Tuhan memerintahkan umat Muḥammad mendirikan shalat lima waktu dengan khusyū‘ dan membaca al-Qur’ān sekadar yang mudah dibaca, menafkahkan harta di jalan Allah, dan selalu beristighfar (meminta ampunan).

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Persesuaian antara surat yang telah lalu (al-Jinn) dan surat ini adalah:

  1. Surat yang telah lalu disudahi dengan menerangkan para rasul yang terdahulu. Sedangkan surat ini ditutup dengan menjelaskan bahwa Muḥammad adalah rasul penghabisan.
  2. Dalam surat yang telah lalu, Tuhan berfirman: “Ketika hamba Allah berdiri menyeru-Nya.” Adapun dalam surat ini, Tuhan berfirman: “Shalatlah pada malam hari, kecuali pada sebagian kecil daripadanya.”

 

C. TAFSĪR SURAT AL-MUZZAMMIL

1. Perintah Bersembahyang Malam, Membaca al-Qur’ān dan Memperhatikan Maknanya. Beribadat Malam Lebih Khusyu‘. Allah akan Mengambil Tindakan dan Memberi Balasan Kepada Orang-orang yang Mendustakan Muḥammad.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

 

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ. قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيْلًا.

Yā ayyuhal muzzammil, Qumil laila illā qalīlā.

Wahai orang yang berselimut. Bangunlah pada malam hari untuk shalat selain dari sedikit waktu.

(al-Muzzammil [73]: 1-2).

Wahai Nabi yang berselimut dan siap shalat, kata Allah. Tetaplah kamu mengerjakan shalat sepanjang malam, kecuali yang sebagiannya saja. Jelasnya, wahai orang yang berselimut, tanggalkanlah selimutmu dan bangunlah mengerjakan shalat malam, membaca al-Qur’ān, dan memperhatikan maknanya.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbās bahwa Nabi setelah menerima wahyu yang pertama, dalam hatinya timbul kecemasan dan dugaan beliau dipengaruhi oleh jinn. Karena itu, beliau kembali dari bukit dalam keadaan gemetar. Sesampai di rumah, beliau menyuruh istrinya, Khadījah, untuk menyelimuti badannya. Dalam keadaan berselimut itulah datang Jibrīl yang menyuruh beliau shalat malam, membaca al-Qur’ān dengan perlahan-lahan, serta memberitahukan bahwa beliau akan terus-menerus menerima wahyu al-Qur’ān yang mengandung perintah.

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa ketika wahyu yang kedua turun, Nabi kebetulan sedang berselimut, Jibrīl berkata kepadanya: “Wahai orang yang berselimut. Bangunlah pada malam hari.” Pada kali yang ketiga wahyu datang, Nabi mengenakan baju luar. Maka Jibrīl memanggil beliau: “Wahai orang yang sedang berpakaian luar.

Surat al-Muzzammil dan Muddatstsir adalah surat-surat yang mulai pertama turun.

نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًا. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَ رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا.

Nishfahū awinqush minhu qalīlā. Au zid ‘alaihi wa rattilil qur’āna tartīlā.

Yaitu seperduanya atau kurangkan sedikit dari itu. Atau lebihkan sedikit dari itu, dan bacalah al-Qur’ān dengan tenang dan perlahan-lahan.

(al-Muzzammil [73]: 3-4).

Beribadahlah separo malam atau kurang sedikit dari itu, yakni sepertiga malam atau lebih sedikit dari itu, yakni dua pertiga malam. Nabi diperbolehkan beribadat di antara sepertiga malam, separo malam atau dua pertiga malam. Inilah yang dinamakan tahajjud.

Bacalah al-Qur’ān dengan perlahan-lahan supaya kamu dapat lebih memahami maknanya dan memperhatikan isinya. Perintah ini ditujukan kepada Nabi, termasuk umatnya. Nabi diperintah membaca al-Qur’ān di dalam shalat, karena al-Qur’ān itu penawar hati.

Perintah Allah kepada Nabi agar melaksanakan tugas ini bertujuan menyiapkan beliau untuk memikul beban yang berat, yang akan dijelaskan dalam ayat berikut ini.

إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا.

Innā sa nulqī ‘alaika qaulan tsaqīlā.

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu al-Qur’ān yang berat penerimaannya.”

(al-Muzzammil [73]: 5).

Kami akan menurunkan al-Qur’ān kepadamu mengenai urusan-urusan yang harus kamu kerjakan beserta umatmu, yang mengandung perintah dan larangan, yang hanya dapat didukung oleh orang-orang yang mendapatkan taufik.

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْءًا وَ أَقْوَمُ قِيْلًا

Inna nāsyi’atal laili hiya asyaddu wathaw wa aqwamu qīlā.

Sesungguhnya seseorang yang bangun pada malam hari sangat sesuai dengan maksud dan lebih lurus bacaannya.” (11)

(al-Muzzammil [73]: 6).

Beribadat pada malam hari lebih erat perjalinannya antara hati dengan lisan dan lebih mampu memusatkan pikiran untuk memahami apa yang dibaca. Sebab, pada tengah malam yang sepi, tapi manusia dalam keadaan kosong dari pikiran-pikiran yang mengganggu. Atau makna al-Qur’ān yang dihayati pada malam hari lebih kuat pengaruhnya.

إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيْلًا.

Inna laka fin nahāri sabḥan thawīlā.

Sesungguhnya pada siang hari, kamu mempunyai banyak pekerjaan.”

(al-Muzzammil [73]: 7).

Beribadatlah pada malam hari, karena pada siang hari kamu mempunyai banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan kamu mempergunakan waktu untuk beribadat.

وَ اذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَ تَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيْلًا.

Wadzkurisma rabbika wa tabattal ilaihi tabtīlā.

Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepada-Nya dengan hati yang tulus. (22).

(al-Muzzammil [73]: 8).

Hendaklah kamu terus-menerus menyebut nama Allah pada siang dan malam hari dengan bertasbih, bertahlil, bertahmid, membaca shalawat, dan membaca al-Qur’ān, mempelajari ilmu, serta membulatkan seluruh perhatianmu untuk beribadat, dan berpalinglah dari selain Dia.

رَبُّ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا.

Rabbul masyriqi wal-maghribi lā ilaha illā huwa fattakhidzhu wakīlā.

Dialah Tuhan timur dan barat; tidak ada tuhan selain Dia, karena itu jadikanlah Dia sebagai pelindungmu.” (33)

(al-Muzzammil [73]: 9).

Kamu diperintahkan menyebut nama Allah dan membulatkan diri untuk beribadat, karena Allah-lah yang memiliki timur dan barat, serta tidak ada tuhan selain Dia. Karena itu bertaqwalah kepada-Nya dalam semua urusanmu.

وَ اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ وَ اهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا.

Washbir ‘alā mā yaqūlūna wahjurhum hajran jamīlā.

Bersabarlah terhadap perkataan yang mereka ucapkan, dan hindarilah mereka dengan sebaik-baiknya.” (44).

(al-Muzzammil [73]: 10).

Bersabarlah, hai Muḥammad, terhadap semua tutur kata kaummu, yang mendustakan kamu, dan janganlah kamu menghadapi mereka dengan cara yang kasar, dan memaafkan segala ketelanjurannya dengan dada yang lapang.

وَ ذَرْنِيْ وَ الْمُكَذِّبِيْنَ أُوْلِي النَّعْمَةِ وَ مَهِّلْهُمْ قَلِيْلًا.

Wa dzarnī wal mukadzdzibīna ulin ni‘mati wa mahhilhum qalīlā.

Biarkan aku bersama dengan orang-orang yang mendustakan itu, yaitu orang-orang yang hidup mewah. Berilah mereka penangguhan, walau hanya sejenak.” (55)

(al-Muzzammil [73]: 11).

Biarlah Aku sendiri yang mengambil tindakan terhadap mereka. Biarlah Aku sendiri yang memberikan pembalasan kepada mereka dan berilah waktu kepada mereka, dan kelak mereka akan merasakan adzab yang sudah Aku sediakan untuk mereka.

Ayat ini diturunkan terhadap tokoh-tokoh Quraisy yang selalu memperolok-olok Nabi. Menurut penuturan ‘Ā’isyah, bahwa tidak lama sesudah ayat ini turun terjadilah perang Badar.

إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَ جَحِيْمًا.

Inna ladainā ankālan wa jahīmā.

Sesungguhnya di sisi Kami ada rantai yang berat dan api yang sangat panas.”

(al-Muzzammil [73]: 12).

Untuk mereka yang mendustakan kebenaran, Kami (Allah) telah menyediakan belenggu-belenggu yang berat yang akan diikatkan pada kaki mereka sebagaimana yang dialami oleh orang-orang yang berbuat jahat di dunia.

Kami telah menyediakan pula neraka untuk mereka. Neraka itu apinya menyala-nyala, yang menghanguskan tubuh mereka.

وَ طَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَ عَذَابًا أَلِيْمًا.

Wa thā‘aman dzā ghushshatin wa ‘adzāban alīmā.

Makanan yang mencekik dan siksaan yang pedih.

(al-Muzzammil [73]: 13).

Di dalam neraka, Kami menyediakan makanan yang tidak dapat ditelan dan tidak pula dapat keluar dari mulut, seperti buah zaqqūm yang memang disediakan untuk si neraka.

Di samping itu, Kami juga menyediakan berbagai macam siksaan dan hanya Kami sendiri yang mengetahui hakikat siksaan-siksaan itu. Ini sebagai pembalasan yang akan mereka hadapi di akhirat nanti sebagai ganti kenikmatan dan kejayaan yang sudah mereka peroleh di dunia.

يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ وَ كَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا.

Yauma tarjuful ardhu wal jibālu wa kānatil jibālu katsīban mahīlā.

Pada hari, ketika bumi dan gunung-gunung menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang berhamburan.”

(al-Muzzammil [73]: 14).

Adzab yang Kami jelaskan itu akan terjadi pada hari berguncangnya bumi, hancur binasalah seluruh gunung yang diterbangkan angin bagai bulu kapas dan seperti pasir yang berhamburan.

إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُوْلًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا. فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيْلًا.

Innā arsalnā ilaikum rasūlan syāhidan ‘alaikum kamā arsalnā ilā fir‘auna rasulā. Fa ‘ashā fir‘aunur rasūla fa akhadznāhu akhdzaw wabīlā.

Sesungguhnya Kami mengutus seorang rasul kepadamu yang menjadi saksi terhadap kamu, sebagaimana Kami mengutus seorang rasul kepada Fir‘aun. Maka, Fir‘aun itu mendurhakai Rasūl (Mūsā), karena itu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.

(al-Muzzammil [73]: 15-16).

Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul untuk menjadi saksi, apakah kamu memenuhi seruan-Ku ataukah kamu menolaknya. Dia (Rasūl Muḥammad) akan menjadi saksi pada hari kiamat. Dahulu juga telah Kami utus Mūsā kepada Fir‘aun, yang menyerukan kepada kebenaran. Akan tetapi Fir‘aun mendustai Mūsā. Karenanya, Kami membinasakan Fir‘aun dan para pengikutnya dengan menenggelamkan mereka di Laut Merah.

فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًا. السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُوْلًا.

Fa kaifa tattaqūna in kafartum yauman yaj‘alul wildāna syīban. As-samā’u munfathirum bihī kāna wa‘duhū maf‘ūlā.

“Bagaimana kamu menjaga dirimu, jika kamu tidak beriman kepada hari yang menjadi anak-anak beruban? Yang langit terbelah. Adalah janji Allah yang pasti terjadi.”

(al-Muzzammil [73]: 17-18).

Wahai orang kafir, bagaimana kamu memperoleh keamanan pada hari kiamat, yaitu hari seluruh anak-anak beruban karena huru-haranya yang dahsyat, dan langit pun terpecah serta alam ini hancur-lebur.

Ringkasnya, kalau kamu tidak diadzab di dunia, sebagaimana Fir‘aun dan kawan-kawannya, maka bagaimana kamu memelihara dirimu dari huru-hara hari kiamat jika kamu tetap dalam kekafiran?

إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا.

Inna hādzihī tadzkiratun fa man syā’attakhadza ilā rabbihī sabīlā.

Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Barang siapa berkehendak, tentulah dia memilih jalan kepada Tuhannya.”

(al-Muzzammil [73]: 19).

Petunjuk-petunjuk yang telah dikemukakan dalam ayat-ayat di atas telah merupakan peringatan dan pelajaran. Tidak ada pelajaran yang lebih kuat pengaruhnya daripada peringatan ini. Karena itu, orang yang ingin mempergunakan ayat-ayat ini dapat menjadikannya sebagai pelajaran dan jalan yang membentang menuju Allah, lalu dia beriman dan beramal. Itulah jalan yang lempang dan lurus, yang membuat mereka bisa memperoleh keridhaan Allah.

Dalam ayat-ayat ini Allah membangunkan semangat Muḥammad untuk menghadapi tugas yang berat, yaitu perintah beribadat malam dan memahami isi al-Qur’ān sebagai persiapan untuk menerima tugas yang lebih berat lagi yang harus beliau lakukan.

Kemudian Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menghadapi Quraisy yang ingkar dengan penuh kesabaran serta melayani perbuatan mereka yang buruk dengan sikap yang lunak dan lembut. Pada akhirnya Allah menyuruh Rasūl-Nya untuk menyerahkan keadaan orang musyrikin kepada-Nya, yang akan menimpakan siksaan untuk mereka pada akhirat.

Allah mempertakutkan mereka dengan huru-hara dunia, seperti yang telah dialami Fir‘aun yang durhaka kepada Musa.

2. Allah Mengetahui Bahwa Nabi dan Para Sahabat Beribadat Sepanjang Malam Sangat Memberatkan. Perintah Bersembahyang di Malam Hari Sekedar yang Mudah Dilakukan.

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُوْمُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَ نِصْفَهُ وَ ثُلُثَهُ وَ طَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَ وَ اللهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَؤُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضَى وَ آخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ آخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَاقْرَؤُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَ أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ أَقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا وَ مَا تُقَدِّمُوْا لِأَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللهِ هُوَ خَيْرًا وَ أَعْظَمَ أَجْرًا وَ اسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Inna rabbaka ya‘lamu annaka taqūmu adnā min tsulutsayil laili wa nishfahu wa tsulutsahu wa thā’ifatun min al ladzina ma‘aka wallāhu yuqaddirul laila wan nahāra ‘alima al lan tuḥshūhu fatāba ‘alaikum faqra’ū mā tayassara minal qur’ān. ‘an sayakūnu minkum mardhā wa ākharāna yadhribūna fil ardhi yabtaghūna min fadhlillāhi wa ākharūna yuqātilūna fī sabīlillāh faqra’ū mā tayassara minhu wa aqīmush shalāta wa ātuz zakāta wa aqridhullāha qardhan ḥasanaw wa mā tuqaddimū li’anfusikum min khairin tajidūhu ‘indallāhi huwa khairan wa a‘zhama ajran wastaghfirullāha innalllāha ghafūrur raḥīm.

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau kadangkala mengerjakan shalat kurang dari dua pertiga malam, kadangkala separo malam, kadangkala sepertiganya, dan orang-orang yang bersamamu demikian pula. Allah mengadakan ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa kamu belum mampu menjangka (mengukur) waktu dengan pasti. Karena itu Tuhan menerima tobatmu. Maka bacalah al-Qur’ān mana yang mudah bagimu. Allah mengetahui, di antara kamu ada orang-orang yang sakit, ada orang yang sedang berjalan di muka bumi untuk mencari karunia Tuhan, dan ada orang yang sedang berperang di jalan Allah. (66). Karena itu, bacalah al-Qur’ān, mana yang mudah bagimu. Dirikanlah shalat, bayarkanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, (77) dan apa saja perbuatan baik yang kamu kerjakan untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapatinya di sisi Allah lebih baik dan lebih besar pahalanya. Mohonkanlah ampunan Tuhan; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Kekal rahmat-Nya.

(al-Muzzammil [73]: 20).

Ayat ini kembali kepada permulaan surat yang memerintahkan Nabi dan para sahabat beribadat di sepanjang malam antara sepertiga dan dua pertiga malam. Dengan sempurna Nabi telah melaksanakan perintah itu. Sesudah sepuluh tahun berselang (ada yang mengatakan: setelah satu tahun – SH), Allah menurunkan keringangan dan mengubah perintah beribadat malam itu dari wajib menjadi tidak wajib (sunnat).

Allah mengetahui bahwa Nabi telah beribadat sedikit kurang dari dua pertiga malam atau sedikit lebih dari separo malam. Kadang-kadang Nabi beribadat sepanjang separo malam dan kadang-kadang sepertiga malam dengan diikuti oleh sebagian sahabat Nabi.

Allah sendiri yang mengetahui dengan benar (tepat) ukuran malam dan siang. Kamu tentu tidak sanggup mengukur waktu itu dengan sangat tepat. Oleh karena itu, Allah memperbolehkan kamu tidak beribadat menurut jangka waktu yang telah ditentukan, dan Allah menarik kembali beban itu.

Muqātil mengatakan: “Pada waktu turun ayat kedua surat ini, para sahabat merasa sukar sekali melaksanakan ibadat malam seperti ditentukan itu. Mereka tidak bisa mengetahui persis, apakah mereka sudah beribadat untuk selama separo atau sepertiga malam atau dua pertiga malam. Untuk menghindari kekurangan dari ukuran itu, kerapkali mereka beribadat hingga pagi hari. Tentu saja mereka tidak bisa tidur. Oleh karena itu Allah menurunkan ayat ini, yang maksudnya bahwa kita tidak bisa mengukur dengan benar waktu malam. Kalau kita menjalankan lebih dari waktu yang ditentukan, tentu memberatkan diri. Kalau mengerjakan kurang dari yang difardhukan, terus merasa tidak puas. Oleh karena itu, Allah memberikan kemudahan kepada kita, dan menyuruh kita shalat sekadar yang mudah dilakukan.

Maka shalat pada malam hari sesuai dengan kemampuan. Yang dimaksud dengan “membaca al-Qur’ān” di sini adalah membaca al-Qur’ān dalam shalat malam. Sekurang-kurangnya sekadar yang mudah dibaca dalam shalat maghrib dan ‘isyā’. Menurut as-Suddī, sekurang-kurangnya 100 ayat. (88).

Allah mengetahui bahwa di antara kamu ada orang-orang yang lemah dan sakit, sehingga tidak mampu menjalankan shalat malam. Di antara kamu ada pula orang yang sedang dalam perjalanan (safar), pergi mencari keutamaan Allah, seperti melakukan perjalanan bisnis atau usaha, dan ada pula yang sedang berjihad di jalan Allah. Mereka semua itu tentu tidak sanggup menjalankan shalat malam seperti yang ditetapkan. Karenanya, Allah memperingan beban tersebut, dengan perintah: shalatlah malam sebanyak yang bisa kamu lakukan.

Tunaikanlah shalat-shalat yang difardhukan dengan hati yang sadar, khusyū‘ dan tunduk serta berikanlah zakat yang diwajibkan, dan belanjakanlah hartamu untuk kemaslahatan seseorang dan masyarakat yang mendatangkan kemanfaatan bagi mereka.

Apa saja yang kamu berikan di dunia ini untuk kepentingan akhirat, baik berupa sedekah ataupun berupa nafkah yang kamu belanjakan di jalan Allah maupun perbuatan ketaatan shalat, puasa, haji, ataupun ibadat yang lain, niscaya kamu akan memperoleh pahala yang berlipat-lipat di sisi Allah.

Mohonlah ampunan kepada Allah agar kesalahan-kesalahanmu terhapus pada hari hisab dan pembalasan nanti.

Allah menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan orang-orang yang bertobat kepada-Nya dan Allah mempunyai rahmat, tidak akan menyiksa hamba-Nya sesudah mereka bertobat.

 

D. KESIMPULAN SURAT

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang mu’min pada masa awal Islam: beribadat dua pertiga malam, separonya atau sepertiga malam. Mengingat keudzuran-keudzuran yang menimpa para mu’min yang makin bertambah jumlahnya tiap hari, maka Allah menyuruh mereka shalat malam sebanyak yang mereka mampu lakukan.

 

Catatan:

 


  1. 1). Kaitkan dengan QS. az-Zukhruf [43]: 22; QS. al-Isrā’ [17]: 78, 80. 
  2. 2). Kaitkan dengan QS. an-Nāzi‘āt [79]; QS. al-Qāri‘ah [101]; QS. al-Muddatstsir [74]; QS. Āli ‘Imrān [3]; QS. al-Baqarah [2]: 177. Baca juga QS. al-Insyirāḥ [94]: 7. 
  3. 3). Kaitkan dengan QS. ar-Raḥmān [55]. Baca juga QS. Hūd [11]: QS. al-Fātiḥah [1]: 3. 
  4. 4). Baca QS. al-Aḥzāb [33]: 48; QS. al-An‘ām [6]: 68; QS. an-Najm [53]: 29; QS. an-Nisā’ [4]: 62/ 
  5. 5). Kaitkan dengan QS. al-Wāqi‘ah [56]; QS. at-Takātsur [102]. Baca juga QS. Luqmān [31]: 24. 
  6. 6). Baca QS. al-Jumu‘ah [62]; QS. at-Taubah [9]: 122. 
  7. 7). Baca QS. al-Baqarah [2]: 245. 
  8. 8). Baca Bukhārī 10: 95 hadits 161; Muslim 4 hadits 45; Bukhārī 10: 95 hadits 460, Muslim 4 hadits 34, 36. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *