Surah al-Lahab 111 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-111

AL-LAHAB

Surat al-Lahab bermakna gejolak api. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-Fatḥ, Surat al-Lahab juga dinamakan al-Masad, terdiri dari 5 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini menjelaskan kebinasaan Abū Lahab dan istrinya. Semua usaha Abū Lahab tidak memberi manfaat. Dia dan istrinya dipanggang di dalam api neraka.

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu dijelaskan bahwa upah mengerjakan ketaatan adalah kemenangan, kekuasaan, dan pahala yang banyak. Dalam surat ini, Allah menjelaskan bahwa akibat yang diterima oleh orang yang durhaka adalah kerugian di dunia dan siksaan di akhirat.

 

C. TAFSIR SURAT AL-LAHAB

Abū Lahab menghalangi manusia dari jalan kebenaran.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

 

تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ تَبَّ.

Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb.

“Mudah-mudahan binasalah kedua tangan Abu Lahab dan dia benar-benar telah binasa.” (11)

(al-Lahab [111]: 1).

Mudah-mudahan Allah membinasakan Abū Lahab, tokoh kafir Quraisy, dan menetapkan kerugian baginya.

Memang telah menjadi kenyataan bahwa Abū Lahab itu rugi sangat besar dan binasa, baik di dunia ataupun di akhirat nanti.

مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَ مَا كَسَبَ.

Mā aghnā ‘anhu māluhu wa mā kasab.

“Kekayaan dan usahanya tidak berguna baginya.”

(al-Lahab [111]: 2).

Hartanya dan semua usahanya sama sekali tidak memberi kegunaan baginya dan tidak dapat menghalangi seruan Nabi. Abū Lahab, namanya adalah ‘Abd-ul-‘Uzzā, seorang paman Nabi, namun dia sangat memusuhi Nabi. Dia selalu berusaha merusak dakwah Nabi.

Oleh karena itulah, dalam surat ini Allah menyebutkan pembalasan yang akan ditimpakan kepada Abū Lahab.

سَيَصْلى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ.

Sa yashlā nāran dzāta lahab.

“Dia kelak akan menderita ‘adzab neraka yang apinya menyala-nyala.”

(al-Lahab [111]: 3).

Semua upaya yang dilakukan oleh Abū Lahab untuk menghalangi dakwah Nabi, tentu saja sia-sia. Sebab, Allah telah meninggikan kalimat Rasūl-Nya, dan mengembangkan dakwah Nabi, dan meluaskan nama harum (nama besar) Nabi-Nya. Abū Lahab akan merasakan api neraka, dan dia akan dibenamkan di dalam api itu.

وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ.

Wamra’atuhū ḥammālatal ḥathab.

“Dan istrinya, pemikul kayu api.” (22)

(al-Lahab [111]: 4).

Istrinya juga akan disiksa dengan api neraka, sebagai pembalasan atas usahanya menggagalkan dakwah Nabi. Selain itu, dia pun suka menyebar fitnah dan mengadu domba para sahabat Nabi bersama orang musyrik.

Bahkan ada riwayat yang menyebutkan, pada malam hari dia seringkali meletakkan duri-duri di jalan yang biasa dilalui Rasūlullāh agar Rasūl luka terkena duri itu.

فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ

Fī jidīhā ḥablum min masad.

“Di lehernya ada tali dari rami (sabut).” (3)

(al-Lahab [111]: 5).

Di dalam neraka, lehernya diikat dengan tali yang kuat. Ada yang berpendapat bahwa istri Abū Lahab di dalam neraka kelak akan di‘adzab sambil memikul onggokan kayu sebagai bukti bahwa di dunia, dia suka menghasut dan membuat fitnah untuk menggagalkan usaha Nabi dalam menyampaikan dakwah Islam.

 

Sebab Turun Ayat

Al-Bukhārī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās bahwa pada suatu hari Rasūlullāh pergi ke Batha. Di tempat itu dia naik ke atas bukit dan berseru memanggil orang-orang Quraisy untuk berkumpul. Setelah orang-orang Quraisy berkumpul, dia pun berkata: “Percayakah kamu kepadaku jika aku mengatakan bahwa kamu sedang diintai oleh musuh, yang akan datang menyerbu?” Mereka pun menjawab: “Kami mempercayai ucapanmu itu.” Nabi berkata lagi: “Kalau demikian, maka ketahuilah bahwa aku ini adalah seorang rasūl yang datang untuk memperingatkan kamu bahwa kamu nantinya akan menghadapi ‘adzab yang besar, jika kamu tidak beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya.”

Mendengar keterangan Nabi itu, Abū Lahab kontan menjawab: “Apakah untuk keperluan ini kamu mengumpulkan kami? Celakalah kamu.” Berkenaan dengan itu, maka Allah menurunkan surat ini untuk mengabadikan sebutan jelek kepada Abū Lahab dan istrinya.

Catatan:


  1. 1). Kaitkan dengan QS. Ghāfir [40]: 37, QS. Hūd [11]: 101. 
  2. 2). Penghasut dalam bahasa ‘Arab diistilahkan pemikul kayu api. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *