Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir Ibni Katsir (3/5)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir Ibni Katsir

Al-Jinn, ayat 11-17.

وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا. وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا. وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا. وَ أَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَ مِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا. وَ أَمَّا الْقَاسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا. وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا. لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ وَ مَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.

072: 11. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

072: 12. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari)-Nya dengan lari.

072: 13. Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

072: 14. Dan sesungguhnya dia antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

072: 15. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam.

072: 16. Dan bahwasnya jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).

072: 17. Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang amat berat.

(al-Jinn [72]: 11-17).

Allah s.w.t. berfirman, menceritakan perihal jinn, bahwa mereka mengatakan tentang diri mereka yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَ أَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَ مِنَّا دُوْنَ ذلِكَ

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. (al-Jinn [72]: 11).

Yakni tidak saleh.

كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا.

Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (al-Jinn [72]: 11).

Maksudnya, berbeda-beda pendapat dan jalannya serta berpecah-belah. Ibnu ‘Abbās dan Mujāhid serta bukan hanya seorang yang lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا.

Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (al-Jinn [72]: 11).

Yaitu di antara kami ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Aḥmad ibnu Sulaimān an-Najjād di dalam kitab Āmālī-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami al-Ḥasan ibnu Aslam ibn Sahl Bahasyal, telah menceritakan kepada kami ‘Alī ibnu Sulaimān alias Abusy-Sya‘tsā al-Ḥadhramī guru Imām Muslim, telah menceritakan kepada kami Abū Mu‘āwiyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar al-A‘masy mengatakan bahwa pernah ada jinn datang kepada kami, lalu aku bertanya kepadanya: “Makanan apakah yang paling engkau sukai?” Jinn itu menjawab: “Nasi”. Maka aku suguhkan kepadanya nasi, dan aku melihat suapan nasi diangkat, tetapi aku tidak melihat sesosok tubuh pun. Dan aku bertanya pula kepadanya: “Apakah di kalangan kalian terdapat aliran-aliran seperti yang ada pada kami?” Jinn itu menjawab: “Ya”. Aku bertanya: “Lalu siapakah kalangan Rāfidhah di antara kalian?” Jinn menjawab: “Yang paling terburuk di antara kami.”

Aku kemukakan sanad atsar ini kepada guru kami al-Ḥāfizh Abul-Ḥajjāj al-Muzanī, maka ia menjawab bahwa sanad ini shaḥīḥ sampai kepada al-A‘masy.

Al-Ḥāfizh Ibnu ‘Asākir di dalam biografi al-‘Abbās ibnu Aḥmad ad-Dimasyqī menyebutkan bahwa al-‘Abbās pernah mendengar jinn mendendangkan syair berikut di malam hari ketika ia berada di rumahnya, yaitu sebagai berikut:

قُلُوْبٌ بَرَاهَا الْحُبَّ حَتَّى تَعَلَّقَتْ مَذَاهِبُهَا فِيْ كُلِّ غَرْبٍ وَ شَارِقٍ
تَهِيْمُ بِحُبِّ اللهِ وَ اللهُ رَبُّهَا مُعَلِّقَةً بِاللهِ دُوْنَ الْخَلَائِقِ.

Hati ini telah dipenuhi oleh rasa cinta sehingga terbelenggu ke mana pun pergi, baik ke arah barat maupun ke arah timur, karena tergila-gila dengan cinta kepada Allah, padahal Allah adalah Tuhannya; hati ini bergantung kepada Allah, bukan kepada makhluk.

Firman Allah s.w.t.:

وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللهَ فِي الْأَرْضِ وَ لَنْ نُّعْجِزَهُ هَرَبًا.

Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari)-Nya dengan lari. (al-Jinn [72]: 12).

Yakni kami mengetahui bahwa kekuasaan Allah menguasai diri kami dan sesungguhnya kami tidak dapat menyelamatkan diri di bumi ini dari kekuasaan Allah, sekalipun kami lari dengan sekuat kami. Karena sesungguhnya Dia berkuasa atas kami, tiada seorang pun yang dapat menghalang-halangi-Nya dari kami.

وَ أَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’ān), kami beriman kepadanya. (al-Jinn [72]: 13)

Mereka merasa bangga dengan keimanan mereka, dan memang hal ini merupakan kebanggaan dan penghormatan yang tinggi serta sifat baik yang dimiliki mereka. Mengenai ucapan mereka yang disebutkan oleh firman berikutnya:

فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَ لَا رَهَقًا.

Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (al-Jinn [72]: 13).

Menurut Ibnu ‘Abbās, Qatādah, dan selain keduanya, dia tidak akan merasa takut pahalanya dikurangi atau dibebankan kepadanya dosa orang lain. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَ لَا هَضْمًا.

Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Thāhā: 112).

Firman Allah s.w.t. menceritakan ucapan jinn:

أَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَ مِنَّا الْقَاسِطُوْنَ

Dan sesungguhnya dia antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. (al-Jinn [72]: 14).

Yaitu di antara kami ada orang yang taat dan ada pula orang yang melampaui batasan hak dan menyimpang darinya, yakni durhaka. Lafazh al-qāsith berbeda dengan lafazh al-muqsith, karena al-muqsith artinya adil.

فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا.

Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (al-Jinn [72]: 14).

Maksudnya, mencari jalan keselamatan untuk dirinya.

وَ أَمَّا الْقَاسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا.

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam. (al-Jinn [72]: 15).

Yakni bahan bakarnya yang menambah nyala api Jahannam. Dan firman Allah s.w.t. berikutnya:

وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا. لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ

Dan bahwasnya jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (al-Jinn [72]: 16-17).

Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna ayat ini, ada dua pendapat di kalangan mereka. Salah satunya mengatakan, seandainya jinn yang menyimpang dari kebenaran itu menempuh jalan Islam dan kembali kepada jalan kebenaran serta tetap menempuhnya.

لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا.

benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (al-Jinn [72]: 16).

Ghadaqan artinya banyak, makna yang dimaksud ialah memberinya rezeki yang banyak lagi berlimpah. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah s.w.t. dalam ayat lain, yaitu:

وَ لَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَ الْإِنْجِيْلَ وَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ.

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (al-Mā’idah: 66).

Dan firman Allah s.w.t. lainnya:

وَ لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوْا وَ اتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (al-A‘rāf: 96).

Dengan demikian, berarti firman Allah s.w.t.:

لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ

Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (al-Jinn [72]: 17).

Yaitu agar Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. Muqātil mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy yang kafir, ketika hujan dicegah dari mereka selama tujuh tahun.

Pendapat yang kedua mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ

Dan bahwasnya jikalau mereka tetap pada jalan itu. (al-Jinn [72]: 16).

Yakni jalan kesesatan.

لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا.

benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. (al-Jinn [72]: 16).

sebagai istidrāj dari Kami terhadap mereka, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى إِذَا فَرِحُوْا بِمَا أُوْتُوْا أَخَذْنَهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُوْنَ.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (al-An‘ām: 44).

Juga semakna dengan firman-Nya:

أَيَحْسَبُوْنَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَ بَنِيْنَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ، بَلْ لَا يَشْعُرُوْنَ.

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (al-Mu’minūn: 55-56).

Ini pendapat Abū Mijlaz alias Lḥiq ibnu Ḥumaid, karena dia mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah s.w.t.:

وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ

Dan bahwasnya jikalau mereka tetap pada jalan itu. (al-Jinn [72]: 16).

Yakni, jalan kesesatannya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr dan Ibnu Abī Ḥātim. Al-Baghawī meriwayatkannya dari ar-Rabī‘ ibnu Anas, Zaid ibnu Aslam, al-Kalabī, dan Ibnu Kaisān. Alasan pendapat ini cukup masuk di akal, dan didukung pula oleh adanya firman Allah s.w.t. selanjutnya yang mengatakan:

لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ

Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (al-Jinn [72]: 17).

Adapun firman Allah s.w.t.:

وَ مَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.

Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang amat berat. (al-Jinn [72]: 11-17).

Yaitu siksaan yang berat, keras, lagi menyakitkan. Ibnu ‘Abbās, Mujāhid, ‘Ikrimah, Qatādah, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan firman Allah s.w.t.:

عَذَابًا صَعَدًا.

adzab yang amat berat. (al-Jinn [72]: 11-17).

Yakni berat tiada henti-hentinya. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, bahwa Sha‘dan adalah nama sebuah gunung di dalam neraka Jahannam. Diriwayatkan pula dari Sa‘īd ibnu Jubair, bahwa Sha‘dan adalah sebuah sumur yang ada di dalam neraka Jahannam.

Unduh Rujukan:

  • [download id="14915"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *