Surah al-Humazah 104 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 104; 9 ayat

Al-Humazah

(pengumpat).

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pembuka Surah al-Humazah.

Orang-orang yang dapat menyingkap rahasia-rahasia tauhid dan keyakinan pasti mengetahui bahwa kesempurnaan agama seseorang, semuanya tergantung pada akhlak dan adabnya yang didasarkan pada akhlak dan adab Allah s.w.t. Bagi orang yang memiliki keinginan dan permintaan, harus mendidik zhahir mereka dengan syari‘at nabawi dan hukum-hukum pilihan yang disalin dari lentera kenabian dan wilayah, dan mendidik bathin mereka dengan kilauan gaib dan seruan ilmu laduni yang diilhamkan kepada mereka, sesuai dengan kekuatan suci ketuhanan yang berkaitan dengan kesiapan fitrah mereka dan penerimaan tabiat mereka. Barang siapa yang membencinya dan tidak bersifat dengannya, maka di akhirat nanti ia tidak akan mendapat pertolongan dari Dzat Yang Menciptakan.

Karena itulah dalam surah ini Allah s.w.t. mendorong dan menganjurkan orang-orang yang mendapat perlindungan dan taufiq-Nya untuk beradab dan berakhlak dengan akhlak yang baik, menghiasi diri dengan sifat-sifat kesempurnaan seraya mencela orang-orang yang lalai dan sesat, yang beradab buruk kepada Allah s.w.t. dan hamba-hambaNya, dan yang mendapatkan tempat terburuk saat mereka kembali kepada-Nya. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang menampakkan Diri dengan kesempurnaan-Nya kepada manusia, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepadanya dengan memberikan berbagai macam kelembutan dan kebaikan, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada hamba-hamba khusus-Nya dengan cara Dia menghiasi akhlak mereka dengan akhlak-Nya.

Ayat 1.

(وَيْلٌ) [Kecelakaan] yang besar dan kebinasaan yang mengerikan lagi bengis, akan ditimpakan (لِّكُلِّ هُمَزَةٍ) [kepada setiap pengumpat] yang berjalan di antara manusia dengan mengumpat dan menyalahi tujuan, sehingga kebiasaan buruk ini menjadi kebiasaan yang tertanam kuat dalam dirinya. Kecelakaan ini juga akan ditimpakan kepada setiap (لُّمَزَةٍ) [pencela] yang mempertanyakan nasab manusia dan mengaitkan mereka dengan berbagai macam kedurhakaan dan dosa yang didasarkan pada fitnah dan kepura-puraan. Tidak ada yang dapat mendorong dan memprovokasinya untuk berani melakukan tindakan buruk seperti ini, selain daripada kekayaan, harta, pangkat, dan kekuasaannya.

Ayat 2.

Sebab orang (الَّذِيْ جَمَعَ مَالاً) [yang mengumpulkan harta] dan barang-barang yang berasal dari perhiasan hina dunia yang dapat membuat hati penduduknya condong kepadanya, (وَ عَدَّدَهُ) [lagi menghitung-hitung].

Ayat 3.

(يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ) [Ia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya] maksudnya, hartanya tersebut dapat memelihara dan menjaga dirinya, lalu menjadikannya terus berada di dunia selamanya, di mana ia berpikir tidak akan mengalami perpindahan maupun kematian.

Ringkasnya, ia terpedaya oleh harta dan pangkatnya sehingga, dengan penuh kesombongan dan kecongkakan, ia membayangkan dapat berada di dunia selamanya.

Ayat 4.

Selanjutnya Allah s.w.t. berfirman: (كَلَّا) [sekali-kali tidak!] sebagai sanggahan atas anggapan, ketertipuan, kesewenang-wenangan, dan kesalahan pendapatnya. Maksudnya, dari mana anggapan ia bisa hidup kekal di dunia, dapat menyusup dengan mudah dalam dirinya? Demi Allah, (لَيُنْبَذَنَّ) [sesungguhnya ia benar-benar akan dilemparkan] dan dicampakkan pada hari pembalasan, (فِي الْحُطَمَةِ) [ke dalam Ḥuthamah]. Yaitu kobaran api yang dapat menghancurkan, memecahkan, dan melenyapkan segala hal yang dilemparkan ke dalamnya.

Kemudian untuk mengintimidasi, Allah s.w.t. menyamarkan Ḥuthamah tersebut dengan berfirman:

Ayat 5.

(وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ) [Dan tahukah kamu apa Ḥuthamah itu] yang dipersiapkan untuk mengazabnya.

Lalu untuk lebih memperbesar intimidasi dan ancaman-Nya, Allah s.w.t. menafsirkannya dengan berfirman:

Ayat 6.

(نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ) [(yaitu) api (disediakan) Allah yang dinyalakan].

Ayat 7.

(الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ) [Dan naik sampai ke hati]. Maksudnya, rasa panas dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kobaran api itu tidak hanya terbatas pada bagian kulit luar semata, namun juga menjalar ke bagian dalam tubuh. Sama halnya dengan dampak dari tindakan mengumpat dan mencela, yang membuahkan pembalasan berupa Ḥuthamah ini, juga mencakup zhahir dan bathin manusia.

Ayat 8.

Ringkasnya, (إِنَّهَا) [sesungguhnya api itu] yakni kobaran api ilahiyah: (عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ) [ditutup rapat atas mereka]. Yakni ditimpakan kepada mereka dari atas, mengelilingi mereka, dan memenuhi daerah yang ada di sisi mereka. Jadi, Allah s.w.t. menjadikan api tersebut mengepung mereka dari segala penjuru.

Ayat 9.

Sedangkan di saat yang sama, tangan dan kaki mereka dibelenggu dan diikat dengan kuatnya (فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ) [pada tiang-tiang yang panjang], yakni tiang penyangga dan kayu panjang yang dilubangi, sedangkan leher mereka dijerat dengan rantai dan tali belenggu. Ini semua tidak lain menggambarkan kondisi mereka di dunia yang terikat oleh rantai harapan dan terbelenggu oleh angan-angan. Semoga Allah s.w.t. melindungi kita dan semua hamba-Nya dari semua itu.

 

Penutup Surah al-Humazah.

Wahai manusia yang mengimani keesaan Allah s.w.t., mengikuti jejak Nabi Muḥammad s.a.w., dan merasa khawatir serta takut pada keperkasaan Ilahi dan kemarahan-Nya; kamu harus bersikap lurus dalam semua akhlak dan tabiatmu; hidup di tengah-tengah komunitasmu dengan sikap yang rendah hati, lunak, dan penuh kegembiraan, bukan malah menimbulkan perdebatan dan perselisihan. Kamu harus berkawan dengan mereka, menaruh perhatian kepada mereka dengan sikap yang penuh keterbukaan dan kelembutan, tanpa diiringi dengan pertikaian dan kemunafikan.

Ringkasnya, kamu harus memprioritaskan mereka dalam semua urusan dibandingkan dirimu sendiri, dan menjaga mereka sesuai dengan kemampuanmu. Sebab, penjagaanmu dan usahamu memprioritaskan mereka dapat menarik penjagaan Allah s.w.t. dan pempriotasikan-Nya kepada dirimu.

Intinya adalah bersikap baiklah kepada mereka sebagaimana Allah s.w.t. bersikap baik kepadamu. Jadilah kamu ke dalam golongan orang-orang yang berbuat baik. Sembahlah Rabbmu setiap saat hingga ajal menjemputmu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *