Surah al-Ghasyiyah 88 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 88; 26 ayat
Al-Ghāsyiyah
(hari pembalasan).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah al-Ghāsyiyah

Orang yang dapat menyingkap kehidupan akhirat dan meyakini kemunculan Sang Ḥaqq di kedua kehidupan, yakni di dunia dan akhirat; pasti mengetahui bahwa perisitiwa berdiri di hadapan Allah s.w.t., diserahkannya catatan amal kepada-Nya, dilakukannya penghisaban, dan ditimpakannya pembahasan sesuai dengan hasil hisab yang ada; semua itu disaksikan oleh Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal, di mana setiap waktu Dia dilapori hasil penghisaban yang terjadi. Setelah penghisaban dan penghukuman, sebagian manusia masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung dan diterima di sisi-Nya, dan sebagian lagi masuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi dan ditolak oleh-Nya.

Golongan yang beruntung berada dalam perlindungan Allah s.w.t., mereka meraih kegembiraan dan dikaruniai berbagai kenikmatan. Sedangkan golongan yang ditolak akan berada dalam neraka keterputusan dan keburukan, mereka dijauhkan dan dicampakkan dari sisi-Nya.

Karena itulah Allah s.w.t. mengabarkan perkara-perkara semacam ini kepada kekasih-Nya, Muḥammad s.a.w., dalam kitab-Nya dengan bahasa yang penuh penekanan dan interogasi. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang Maha Kuasa lagi Maha Menguasai semua yang diciptakan-Nya di dunia dan akhirat, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada semua hamba-Nya dengan mengingatkan mereka akan adanya tempat kembali dan berpulang, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada orang-orang khusus-Nya dengan memberi hidayah kepada mereka menuju jalan petunjuk.

Ayat 1.

(هَلْ أَتَاكَ) [Sudah datangkah kepadamu], maksudnya sesungguhnya telah datang dan sampai kepadamu, wahai Rasul yang paling sempurna: (حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) [berita (tentang) hari pembalasan], yaitu malapetaka besar yang akan menimpa manusia dan menyelimuti mereka pada hari kiamat dengan berbagai musibah yang mengerikan pada saat mereka berdiri di hadapan Allah s.w.t. untuk diperiksa dan dibalas. Pada saat itu, karena kengerian dan ketakutan yang sangat besar, mereka menjadi seperti orang-orang yang bingung, linglung, tersesat, dan sangat ketakutan kepada apa yang akan dilakukan pada diri mereka dan bagaimana mereka akan dihukum.

Ayat 2.

Setelah mereka diambil untuk dihisab, lalu dihisab: (وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ) [banyak muka pada hari itu tunduk terhina], diteku, dan menatap dengan pandangan sayu.

Ayat 3.

Pada saat itu, mereka (عَامِلَةٌ) [bekerja keras] melakukan berbagai hal yang tidak lagi bermanfaat bagi mereka seperti bertobat, menghadap Allah s.w.t., dan memohon ampunan-Nya setelah masanya sudah berlalu: (نَّاصِبَةٌ) [lagi kepayahan] dan benar-benar merasa keletihan karena berharap kesalahan-kesalahannya diampuni dan dilupakan. Namun perbuatan mereka tetap tidak berguna meskipun diri mereka kelelahan, karena waktu untuk memberikan ujian yang di dalamnya diperintahkan berbagai macam amal, sudah habis.

Ayat 4.

Pada saat itu, mereka akan (تَصْلَى) [memasuki] dan dilemparkan ke dalam (نَارًا حَامِيَةً) [api yang sangat panas (neraka)], di mana rasa panas dan sengatannya tidak terkira, demi untuk menguatkan dan menegaskan betapa berat siksaan yang akan diterimanya.

Ayat 5.

Lalu (تُسْقَى) [diberi minum] saat akan binasa karena merasa sangat kehausan, (مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ) [dengan air dari sumber yang sangat panas]. Bagaimana tidak demikian, sedang tempat yang ada di sekeliling mereka telah dibakar dengan api neraka sejak pertama kali tempat itu diciptakan. Maka sumber airnya pun menjadi minuman mereka.

Ayat 6.

(لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ) [Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon berduri] yang kering, rasanya lebih pahit dari pohon bakung, dan baunya lebih busuk dari segala hal yang berbau busuk. Bersamaan dengan baunya yang sangat busuk, rasanya yang sangat pahit, dan suhunya yang sangat panas.

Ayat 7.

Makanan itu juga (لَا يُسْمِنُ) [tidak menggemukkan] hingga bisa menambah kekuatan mereka, (وَلَا يُغْنِي) [dan tidak pula menghilangkan] serta menolak (مِن جُوعٍ) [rasa lapar]. Ringkasnya makanan tersebut tidak berguna bagi tubuh sama sekali.

Ayat 8.

Sedangkan (وُجُوهٌ) [banyak muka] yang lain (يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ) [pada hari itu berseri-seri], terlihat anggun, gembira, bahagia:

Ayat 9.

Dan (لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ) [merasa senang karena usahanya] yang telah memikul berbagai macam kesusahan dan kesulitan pada saat berada di dunia. Apalagi setelah mereka melihat balasan dari hasil usahanya tersebut,

Ayat 10.

Bagaimana mungkin ia tidak merasa senang, sedang semua itu adalah kenikmatan yang dihasilkan dari usahanya, dan karena usahanya tersebut, ia pun bisa berjalan di (فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ) [dalam surga yang tinggi] lagi luhur, yang kebersihan dan keelokannya sulit dipahami oleh akal dan dijangkau oleh panca indera, serta terbebas dari segala macam hal yang menjijikkan dan tidak disukai.

Ayat 11.

Sebab (لَّا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً) [tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna] dan tidak bermanfaat.

Ayat 12.

Untuk menyempurnakan kebersihan dan keelokannya, maka (فِيهَا عَيْنٌ) [di dalamnya ada mata air] yang airnya sangat jernih dan menyegarkan, (جَارِيَةٌ) [yang mengalir] di sela-sela sungai yang ada dalam surga salamanya, sebagai penyempurna bagi kesenangan dan kenikmatan mereka.

Ayat 13.

(فِيهَا سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ) [Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan] dari atas tanah dengan penopang yang panjang.

Ayat 14.

(وَأَكْوَابٌ) [Dan gelas-gelas] yang tidak ada pegangannya, (مَّوْضُوعَةٌ) [yang terletak] di hadapan mereka.

Ayat 15.

(وَنَمَارِقُ) [Dan bantal-bantal sandaran] yang sangat bersih, diwarnai dengan berbagai macam warna, dan (مَصْفُوفَةٌ) [tersusun] berjejer.

Ayat 16.

(وَزَرَابِيُّ) [Dan permadani-permadani] panjang, mewah, berwarna-warni, (مَبْثُوثَةٌ) [yang terhampar] dan dibentangkan di hadapan mereka. Sungguh, hal semacam ini bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak sulit dijangkau oleh kekuasaan Allah s.w.t.

Ayat 17.

(أَفَلَا) [Maka apakah] orang-orang yang mengingkari dan menyepelekan kekuasaan Allah s.w.t. atas hal-hal semacam ini (يَنظُرُونَ) [tidak memperhatikan], dengan melakukan perenungan dan mengambil pelajaran dari (إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ) [unta, bagaimana ia diciptakan] dengan struktur yang aneh dan bentuk yang menakjubkan? Unta mampu memikul banyak beban dengan hanya sedikit makan dan patuh kepada setiap orang hingga kepada para wanita dan anak-anak sekalipun. Bersamaan dengan kondisi tubuhnya yang besar dan kemampuan serta kekuatannya yang sempurna, unta mampu menanggung rasa lapar dan haus selama beberapa waktu, peka terhadap perasaan suka dan sayang dari pemiliknya di mana perasaan sayang itu dapat membuatnya mabuk cintai sehingga ia mau tidak makan dan minum dalam waktu yang panjang. Ia juga peka saat mendengar suara yang bagus, dan saat digiring. Dan sebagai penyempurna bagi kepekaannya, ia akan membinasakan dirinya akibat lari terlalu kencang, dan pada saat darah mengalir dari matanya. Ringkasnya, saat digiring, akan muncul darinya hal-hal menakjubkan yang bisa dipahami oleh orang-orang yang mau berpikir dan mengambil pelajaran.

Ayat 18.

(وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ) [Dan langit, bagaimana ia ditinggikan] tanpa tiang penopang maupun sandaran dan ditaburi banyak bintang yang tidak kita ketahui hakikatnya, sifatnya, bentuknya, karakternya, dan keadaannya. Terhadap itu semua, kita tidak bisa berbuat apapun selain hanya kebingungan dan melihat dengan penuh ketakjuban.

Ayat 19.

(وَإِلَى الْجِبَالِ) [Dan gunung-gunung] yang menjulang, (كَيْفَ نُصِبَتْ) [bagaimana ia ditegakkan] di atas bumi dan mengandung berbagai macam bahan tambang, air, dan materi lainnya.

Ayat 20.

(وَإِلَى الْأَرْضِ) [Dan bumi] yang menjadi tempat berbagai macam binatang, bahan tambang, serta tumbuh-tumbuhan: (كَيْفَ سُطِحَتْ) [bagaimana ia dihamparkan], diratakan, dan dibentangkan.

Bersamaan dengan semua hasil ciptaan yang begitu jelas ini, yang berasal dari Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Dermawan serta memiliki kemampuan dan kebaikan; mereka tetap mengingkari kemampuan Allah s.w.t. atas berbagai ciptaan dan kejadian akhirat. Yang lebih mengherankan lagi, orang yang menyaksikan jejak-jejak kekuasaan Ilahi yang ada pada dirinya dan yang tersebar di jagat raya, ternyata tetap meragukan dan mengingkari kekuatan-Nya dalam masalah yang terkait dengan peristiwa akhirat.

Semua ini tidak lain diakibatkan oleh penyesatan teman karib (setan) dan oleh kebiasaan-kebiasaan yang menghasilkan angan-angan dan khayalan palsu yang datang tiba-tiba kepada orang yang lalai dan sesat, yang terpenjara dalam penjara kemungkinan – dengan berbagai macam kesia-siaan dan kerugian yang terkandung di dalamnya. Jika tidak, maka tampaknya berbagai kekuasaan Ilahi yang begitu besar dan agung sudah pasti tidak akan diragukan oleh akal pikiran atau diingkari oleh hawa nafsu. Ringkasnya, siapa pun yang tidak menjadikan Allah s.w.t. sebagai cahaya bagi dirinya, maka ia tidak akan mendapatkan cahaya-Nya.

Ayat 21.

Setelah kamu mendengarkan pemaparan tentang kekuasaan Allah s.w.t. yang sempurna. (فَذَكِّرْ) [maka berilah peringatan] dengan al-Qur’an, wahai Rasul yang paling sempurna , sebagaimana yang telah diperintahkan dan diilhamkan kepadamu. (إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ) [Karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang memberi peringatan] dan menyampaikan risalah. Jadi tidak mengapa jika mereka tidak mau memperhatikan dan mengambil pelajaran, karena tugasmu hanya menyampaikan. Tapi kamu jangan bermalas-malasan dalam menyampaikannya.

Ayat 22.

Sebab (لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ) [kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka], bukan pula orang yang dapat memaksa mereka untuk menerima nasehatmu.

Ayat 23.

(إِلَّا مَن تَوَلَّى) [Tetapi orang yang berpaling], maksudnya: namun orang yang tetap menghindar dan durhaka setelah kamu menyampaikan peringatan, (وَكَفَرَ) [dan mengingkari] serta melewati batas dari sesuatu yang kamu sampaikan, juga meremehkan apa yang kamu bawa dan mendustakanmu:

Ayat 24.

(فَيُعَذِّبُهُ اللهُ) [Maka Allah akan mengazabnya] di mana Dialah yang Maha Perkasa, Maha Adil, dan Maha Kuasa untuk membahas: (الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ) [dengan adzab yang besar] di mana tidak ada adzab yang lebih besar dan lebih keras dibandingkan adzab-Nya. Dia akan mengharamkan mereka dari kedudukan menjadi khalifah dan akan menempatkan mereka di neraka salamanya dengan berbagai macam kehinaan dan kerugian.

Ayat 25.

(إِنَّ إِلَيْنَا) [Sesungguhnya kepada Kami-lah], bukan kepada selain Kami dari berbagai macam perantaraan dan sarana yang biasa, (إِيَابَهُمْ) [mereka dikembalikan] dan dipulangkan, sebagaimana dari Kami-lah mereka berasal.

Ayat 26.

(ثُمَّ) [Kemudian] setelah mereka dikembalikan kepada Kami dalam keadaan hina, (إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ) [sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka] atas semua amala yang telah mereka lakukan pada saat berada di dunia. Dan setelah Kami menghisab mereka, Kami membalas mereka dengan balasan yang paling baik, jika mereka termasuk dalam golongan kanan; dan mengadzab mereka dengan berbagai macam adzab dan siksaan, jika mereka termasuk dalam golongan kiri.

 

“Ya Rabb kami, mudahkanlah hisab-Mu kepada kami
Dan selamatkanlah kami dari siksaan-Mu, Sesungguh-nya
Engkau Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Penutup Surah al-Ghāsyiyah

Wahai pengikut Muḥammad yang berjalan menuju Sang Ḥaqq yang sebenarnya dengan menghadap dan kembali kepada-Nya, kamu harus kembali kepada Allah s.w.t. sebelum datangnya ajal yang ditetapkan untuk kiamat kecil dan besar. Serahkanlah semua urusanmu kepada-Nya dengan penuh kerelaan dan keridhaan, dan tanggalkanlah semua kebutuhan kemanusiaanmu selamanya.

Ringkasnya, kamu harus mematikan keinginanmu sebelum datangnya ajal yang sudah pasti akan menjemputmu sampai kamu berada di sisi Allah s.w.t selamanya dan berada dalam perlindungan-Nya tanpa harus menunggu datangnya kiamat besar, penghisaban, dan pembalasan. Kamu tidak akan mudah mendapatkan hal ini kecuali jika ada taufiq dari-Nya dan adanya tarikan dari sisi-Nya. Maka dari itu, kamu harus berusaha dan bekerja keras mendapatkannya. Sesungguhnya Allah s.w.t. adalah Dzat Yang memberi ilham untuk sampai pada suatu petunjuk dan Pemberi Hidayah menuju jalan yang lurus.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *